NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal Pernikahan (Flashback)

Di tempat lain, seorang pria juga hanya terdiam di atas kasurnya. Berbaring menghadap langit-langit kamar yang memiliki motif desain indah, sehingga mata tidak monoton saat menatapnya. Sejak kepulangannya, pria itu langsung terbaring begitu saja. Pria itu Delan, yang memilih pulang ke rumahnya sendiri karena ingin menenangkan diri.

Ada bagian dirinya yang kosong setelah menyerahkan berkas dan mendaftar perpisahannya dengan Radella. Ingin sekali menarik kembali, tapi teringat kalau Radella yang akan bersiap untuk melanjutkan hidup dengan Reno. Status dirinya sebagai suami Radella sebentar lagi akan tergantikan oleh kekasih Radella yang diinginkan perempuan itu sedari dulu.

"Ini yang terbaik, ini yang terbaik," gumam Delan berharap memberikan afirmasi dengan kalimat tersebut.

Bukannya tenang, ingatannya malah kembali mengulas bagaimana awal pernikahan mereka. Kedatangan Radella ke rumahnya dan tinggal bersama selama satu tahun terakhir. Teringat bagaimana Radella melihat dekorasi kamar yang mereka tempati dengan mata berbinar takjub.

"Ini kamarku?" tanya Radella satu tahun yang lalu. Di mana, dirinya membawa Radella ke rumahnya untuk tinggal bersama.

Tidak mungkin juga mereka tetap tinggal di rumah salah satu dari orangtua mereka, sedangkan Delan sudah memiliki rumah sendiri. Meski awalnya, Radella menolak dan enggan kalau harus berpisah dari keluarganya. Namun, orangtua Radella memberikan nasihat dan meminta Radella mengikuti ke mana Delan melangkah sebagai seorang istri yang baik.

"Bagus banget, apalagi langit-langit kamarnya memiliki corak yang indah," imbuhnya dengan tatapan berbinar menghadap ke atas.

"Kamar berdua." Delan menyahut sambil ikut mendongak, baru dia sadari ternyata desain langit-langit kamarnya memang indah. Selama ini, dirinya hanya melihat sekilas atau sekadar memandang tanpa memperhatikan detail.

Radella menoleh, terkejut mendengar jawaban Delan. Dia kira, mereka tidak akan tidur satu ranjang mengingat perjanjian yang telah mereka sepakati. Mereka juga sudah tahu bagaimana kisah pernikahan mereka nantinya. Makanya, Radella berpikir mereka akan berada di kamar masing-masing.

Gadis itu menoleh ke samping menatap Delan yang masih melihat ke atas. Pria itu menyadari tatapan Radella, lalu ikut menoleh ke samping dan mereka saling tatap. Tatapan pertama mereka dengan waktu lebih dari lima detik tanpa berucap apapun. Seakan terhanyut suasana, tatapan keduanya malah semakin menyelami satu sama lain.

"Hem," dehem Delan. Dia yang lebih dulu sadar dengan situasi yang langsung berubah canggung.

Radella juga tersentak, segera memalingkan wajahnya dan memindai keadaan kamar. Selanjutnya, gadis itu melangkah mendekati ranjang dan duduk di atas kasur empuk milik Delan. Dia langsung merasa nyaman, padahal di rumahnya juga sama empuknya hanya saja ukuran besarnya satu tingkat di bawah punya Delan.

"Jadi, kita tidur bersama? Lalu bagaimana dengan perjanjian itu? Bukankah Kamu sendiri yang bilang tidak akan menyentuhku?" tanya Radella beruntun.

Menatap Delan yang masih berdiri di tempatnya, pria itu terlihat ragu saat ingin melangkah dan bergabung bersama Radella di atas kasurnya. Radella menyadari, dia menggeser posisinya agar lebih ke pinggir. Tangannya menepuk kasur di sampingnya, mengisyaratkan agar Delan ikut duduk di sampingnya.

Pria itu tersenyum tipis, berjalan ke arah kasur. Duduk di sudut yang lain, mereka duduk saling menjauh bahkan jarak di tengah mereka bisa dipakai untuk tiga orang lagi. Radella memutar arah, menghadap Delan yang sudah menatapnya dari samping.

"Aku ingat perjanjian itu. Aku tidak akan berbuat apa pun, kita batasi guling di tengah. Lagian, kasur ini sangat luas kalau kita tidur saling berjauhan," jelas Delan tapi Radella masih belum menerimanya.

"Bukankah lebih aman dengan kamar masing-masing, kita memiliki privasi sendiri," balas Radella.

Gadis itu hanya ingin antisipasi dengan kejadian yang tidak diinginkan. Kalau mereka mendadak saja terbawa suasana, jelas dia yang dirugikan karena seorang perempuan. Apalagi, tahu tujuan akhir pernikahan ini adalah perpisahan. Lantas, kalau hal yang tidak diinginkan terjadi, apa yang harus dia katakan pada kekasihnya saat menjadi suaminya kelak.

"Mama dan Papa sering datang ke sini. Aku tidak ingin mengambil risiko, mereka curiga dengan kita," balas Delan dengan tenang.

Di rumah itu ada tiga kamar, dan satu kamar lagi untuk pelayan yang dia pekerjaan. Di lantai satu ada kamar yang biasanya orangtua mereka tempati saat berkunjung. Lalu di lantai dua ada dua kamar termasuk yang dia tempati, di sebelahnya kamar yang sering dipakai adiknya kalau bosan di rumah.

Radella terdiam, berpikir sebentar lalu mengangguk menyetujui. "Janji, kita tidak akan melakukan hal yang merugikan!"

"Janji!" Delan menjabat tangan Radella, setelah bergeser lebih dekat dengan gadis itu.

***

Delan tersadar dari lamunannya, mengingat kembali awal pernikahan mereka saat Radella pertama datang ke rumah dan menempati kamar ini bersamanya. Delan juga menyepakati janjinya hingga mereka berpisah, kalau Delan tidak akan menyentuh Radella dalam artian lain.

"Ternyata, pernikahan kita begitu lucu dan konyol," gumam Delan tertawa pahit.

Delan mengira, pernikahan mereka akan terasa kaku dan membosankan. Mereka sebelumnya belum saling mengenal, ternyata pernikahan mereka berjalan seru seperti dua orang teman yang akrab. Apalagi, seiring berjalannya waktu dan tanpa mereka sadari kalau mereka sudah mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing.

Awal pernikahan mereka, pagi pertama Radella menjadi istri Delan. Biasanya, Radella akan bangun ketika adik atau mamanya membangunkan, tapi saat hari itu, Radella lebih dulu membuka mata. Otaknya seolah sudah diingatkan, kalau dia bukan gadis lajang lagi.

Meski kaget saat mendapati dirinya di kamar yang masih asing, ditambah saat menoleh mendapati wajah Delan yang masih terlelap dengan damai. Namun, Radella bisa langsung menguasai diri dan memilih beranjak menuju kamar mandi. Saat keluar, dia kembali disambut oleh sosok Delan yang sudah bangun.

"Selamat pagi, Delan!" sapanya dengan tersenyum ceria, untuk pertama kali dia seperti itu.

Delan terkejut, pun dirinya yang mengatakan juga terkejut. Padahal, dia tidak pernah berujar demikian kepada keluarganya atau orang lain seperti yang dilakukan barusan. Wajahnya memerah saat melihat wajah Delan tengah tertawa kecil.

"Apa Kamu selalu berucap seperti itu, itu terdengar lebay." Respon Delan semakin membuat wajah Radella merah dan salah tingkah sendiri. Dirinya juga tidak menyangka bisa berkata demikian begitu saja saat matanya melihat Delan sudah bangun.

Delan menyadari kalau gadis itu tengah menahan malu, lantas dia tersenyum kecil. "Selamat pagi, Radella," balasnya meski terdengar kaku dan aneh.

Dia hanya berusaha agar Radella tidak merasa malu dan canggung kepadanya nanti. "Mulai sekarang, aku akan mengikuti sapaanmu itu. Meski, sangat aneh di mulutku karena sebelumnya aku tidak pernah seperti itu," ungkap Delan membuat Radella tanpa sadar menggeleng.

"Aku juga tidak pernah menyapa seperti tadi sebelumnya," bantah Radella malah membuat Delan mengernyit heran.

"Lalu?" balas Delan yang sudah tertawa kecil.

Tawa yang menular, karena Radella juga ikut tertawa menyadari kekonyolannya barusan. "Yasudah, daripada hidup kita kaku. Kita saling sapa saja seperti itu!" putus Radella membuat keduanya kembali tertawa.

Sapaan yang mulai membuat keduanya terbiasa, saat membuka mata. Dari sana, kebiasaan sederhana yang awalnya dianggap lebay dan konyol malah bisa membuat keduanya semakin lepas. Dari awal pernikahan, mereka tidak pernah merasa canggung satu sama lain, mereka bisa langsung menyesuaikan. Hanya saja, pikiran mereka sudah ditanam kalau mereka akan pisah dan tetap melanjutkan hubungan dengan kekasih masing-masing.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!