Pulang Ke Indonesia. Arcilla Armahira harus mendapatkan tugas dari Kakeknya seorang Pengusaha kaya raya yang dikenal sangat dermawan dan selalu membantu orang kecil. Tetapi siapa sangka pria 70 tahun itu sering mendapatkan ancaman.
Sampai pada akhirnya terjadi insiden besar yang membuat Mizwar diserang oleh musuh saat mengadakan konferensi pers. Kericuhan terjadi membuat banyak pertumpahan darah.
Mizwar dilarikan ke rumah sakit. Arcilla mendapat amanah untuk menjalankan tugas sang Kakek.
Keamanan Arcilla terancam karena banyak orang yang tidak menyukainya seperti kakeknya yang ingin menyingkirkannya. Pengawal pribadi Mizwar yang selalu menemaninya dan mengajarinya membuat Arcilla merasa risih karena pria itu bukan mahramnya.
Sampai akhirnya Arcilla meminta kakeknya untuk menikahkannya dengan pengawalnya dengan alasan menghindari dosa.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka ditengah persaingan bisnis?
Apakah keduanya profesional meski sudah menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 Menyalahkan
Cilla menuruni anak tangga diikuti Rasyid dari belakang.
"Jika ingin bahaya maka bahaya sendiri, jangan mengajak orang," langkah itu terhenti ketika berada di ruang tamu.
Lulu penuh dengan sindiran berdiri dari tempat duduknya dan di ruang tamu juga ada Arbil, Roby, Miska dan Ramos.
"Kehebohan apa yang kau lakukan tadi malam hah?" tanya Lulu berdiri di depan Cilla.
"Aku juga tidak menginginkan semua ini, ini di luar kendali," jawab Cilla.
"Cilla selama Kakek berada dalam posisi ini dan menjalankan tugasnya, dia tidak pernah membawa bahaya ke dalam rumah ini dan apa yang kamu lakukan sampai orang-orang menyerang rumah yang kedepannya hal ini akan terus terjadi,"
"Bukan hanya kamu yang menjadi korban orang-orang yang ada di rumah ini juga bisa menjadi korban," sahut Ramos masih tetap duduk di tempatnya.
"Makanya jangan sok-sokan mengambil tugas ini. Lihatlah banyak bencana datang. Seharusnya Papa lebih berhak mengambil tugas ini dan pasti bisa mengendalikan situasi sampai rumah juga aman," sahut Robby.
"Saya meminta maaf jika posisi yang diberikan kakek kepada saya harus membahayakan banyak orang dan juga membuat keonaran tadi malam. Saya janji apa yang terjadi tadi malam tidak akan terjadi lagi," ucap Cilla emang hanya bisa meminta maaf atas ketidaknyamanan orang-orang.
"Kau pikir maafmu akan berlaku jika nyawa orang yang ada di rumah ini sudah hilang karena perbuatanmu," ucap Lulu.
"Lulu kejadian tadi malam adalah insiden dan aku tidak bisa menerka-nerka apa yang terjadi," jawab Cilla.
"Tetapi tetap saja keberadaanmu di rumah ini membuat masalah dan nyawa orang menjadi taruhannya!" tegas Lulu.
Cilla menghela nafas dan seperti malas berhadapan dengan Lulu yang sudah dia jelaskan tetapi Lulu tidak ingin mendengarkannya dan Cilla memilih untuk pergi.
Tetapi Lulu menghalangi Cilla dengan mendorong bahu Cilla.
"Aku belum selesai bicara denganmu!" ucapnya kesal.
Rasyid langsung pasang badan dengan menahan tangan Lulu yang menyentuh istrinya.
"Apa kau hah!" sahut Lulu kesal.
"Kau jangan ikut-ikutan. Kau hanya pesuruh!" ucapnya kesal.
"Jangan melakukan apapun padanya!" tegas Rasyid dengan tenang.
"Heh! pengawal sebaiknya kau jangan ikut campur, jangan kau pikir setelah menikahi sepupuku yang bodoh ini dan kau punya kuasa di rumah ini hah," sahut Robby membela adiknya
"Maaf, tetapi tugas saya adalah menjaga Nona Cilla dari siapapun itu dan termasuk orang-orang yang ada di rumah ini," jawab Rasyid.
"Kau berani sekali berbicara seperti itu kepadaku!" Robby tidak terima berdiri dari tempat duduknya dengan berkacak pinggang.
"Sudah hentikan semuanya! Om Tante, Cilla meminta maaf atas apa yang terjadi dan tolong jangan perbesar masalah ini, ke depannya ini tidak akan terjadi lagi," ucap Cilla menegaskan.
"Semua yang terjadi kesalahan saya dan saya yang akan bertanggung jawab," sahut Rasyid.
"Kau jangan ikut-ikutan berbicara, ini urusan kami dan bukan kau," sahut Lulu dengan kesal pada Rasyid yang sudah mencampuri urusannya dan bahkan menepis tangannya.
"Rasyid sudahlah, sebaiknya kita pamitan sama Kakek," ucap Cilla yang tidak ingin masalah diperpanjang.
Cilla meninggalkan tempat tersebut yang diikuti dengan Rasyid. Tatapan mata Robby begitu tajam kepada Rasyid seolah ingin menerkam Rasyid.
"Robby kamu seharusnya tidak perlu bertindak seperti tadi," tegur Miska.
"Mama membela pengawal itu dan sementara lihatlah apa yang dia lakukan kepada Lulu, dia sangat kasar menjatuhkan tangan Lulu. Dia hanya seorang pengawal dan tidak pantas melakukan hal itu," sahut Robby yang tidak mau kalah.
"Rasyid tidak akan melakukan hal itu jika tidak Lulu yang memulai duluan," sahut Arbil.
"Kakak kenapa jadi membela mereka berdua," protes Lulu.
"Karena kamu sudah keterlaluan kepada Cilla, kamu juga seharusnya tidak mendorongnya dan itu yang membuat Rasyid marah," jawab Arbil.
"Jangan pernah menyebut nama pengawal kampungan itu di depanku," tegas Robby dengan kesal dan langsung meninggalkan ruang tamu.
Miska hanya menghela nafas, anak-anaknya dengan keponakannya seolah sekarang ini sedang saling bersaing satu sama lain.
****
Rasyid membantu Mizwar untuk duduk dengan bersandar di kepala ranjang.
"Kamu akan pergi ke kabupaten Asahan?" tanya Mizwar.
"Benar. Kek, semua sudah dipersiapkan. Cilla minta doa restu semoga semua diberi kelancaran," ucap Cilla.
Mizwar tersenyum dengan memegang pipi Cilla.
"Kakek sudah pasti akan mendoakan kamu. Insyallah semua berjalan dengan lancar," ucap Mizwar.
"Amin," sahut Cilla.
Mata Mizwar melihat ke arah Rasyid yang berdiri di sampingnya.
"Saya menitipkan cucu saya kepada kamu, jaga dia seperti kamu menjaga saya selama ini, kamu lindungi Cilla dengan sepenuh hati kamu. Cilla bukan lagi kewajiban kamu dan tanggung jawab kamu karena dia adalah atasan kamu, tetapi tanggung jawab kamu jauh lebih besar karena Cilla istri kamu. Jadi lindungi dia dengan baik," ucap Mizwar berpesan kepada Rasyid.
"Saya akan menjalankan perintah sesuai arahan dan juga sesuai tugas yang diberikan kepada saya," jawab Rasyid.
"Kakek merestui perjalanan kalian berdua, Kakek yakin kamu mampu menjalankan tugas ini dan orang-orang yang menunggu Kakek di luar sana tidak akan khawatir lagi, karena sudah ada kamu yang menggantikan Kakek," ucap Mizwar.
Cilla menganggukkan kepala dengan wajahnya tampak sedih dan kemudian memeluk Mizwar.
"Kakek jangan pernah mengkhawatirkan apapun. Cilla akan baik-baik saja kedepannya," ucap Cilla meyakinkan.
Mizwar tersenyum percaya kepada cucunya itu dan sebelum cucunya pergi Mizwar mencium lembut kening Cilla.
Cilla tersenyum dengan penuh keyakinan menjalankan tugas dari Kakeknya.
Setelah berpamitan kepada Mizwar. Cilla sudah berada di luar bersama dengan Rasyid dan juga beberapa anak buah yang lainnya dengan dua mobil BMW dan sementara beberapa truk pembawa bahan pangan sudah berjajar di depan dan belakang mobil yang terparkir itu yang siap untuk berjalan.
"Masuklah!" titah Rasyid membuka pintu mobil di bagian depan untuk Cilla.
"Bismilah!" ucapnya terdengar pelan dan kemudian memasuki mobil dan disusul oleh Rasyid.
Setelah semuanya sudah siap memasuki mobil masing-masing dan akhirnya mobil itu melaju dengan kecepatan santai. Di balkon di lantai 2 terlihat Ramos yang melihat kepergian keponakannya itu bersama dengan pengawal.
Dengan kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celananya dan ekspresi yang tidak terbaca melihat kepergian itu, entahlah apa yang dia pikirkan saat ini, apakah dia mengkhawatirkan keponakannya yang akan berhadapan dengan bencana dan malapetaka atau justru tidak peduli sama sekali.
Cilla berada didalam mobil terus mempelajari dokumen perusahaan, urusannya yang begitu banyak membuatnya memang terkadang tidak memiliki waktu dalam mempelajari dokumen tersebut dengan tenang dan pasti selalu terburu-buru.
"Apa kita bisa sampai tepat waktu?" tanya Cilla.
"Jika perjalanan sesuai dengan yang sudah direncanakan, maka kita bisa sampai tepat waktu. Tetapi terkadang ada suatu kendala yang membuat perjalanan terhambat," jawab Rasyid.
"Banyak sekali truk yang akan menuju lokasi tersebut, kenapa tidak menggunakan helikopter saja untuk pergi ke lokasi agar sampai lebih cepat dan bukankah akan lebih aman?" tanya Cilla.
"Selama saya bekerja dengan tuan Mizwar, tidak pernah sama sekali beliau menggunakan udara untuk menyalurkan bantuan kepada para warga yang mengalami kesulitan, beliau sangat menghargai perjuangan dan tidak ingin secara instan," jawab Rasyid.
"Tidak perlu mengguruiku seperti itu, aku hanya menyarankan saja," jawab Cilla dengan sewot. Saran yang dia berikan justru mendapat ceramah seolah-olah dia tidak ingin susah.
Bersambung.....
penuh rahasia