NovelToon NovelToon
Transmigrasi Menjadi Gundik

Transmigrasi Menjadi Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Fantasi Wanita / Era Kolonial
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: indah yuni rahayu

Kembali hidup setelah dirinya mati terbunuh. Itulah yang dialami gadis jenius bisnis bernama Galuh Permatasari. Ia bertransmigrasi ke era kolonial menjadi seorang gundik dari menheer tua bernama Edwin De Groot. Di era ini Galuh bertubuh gendut dan perangainya buruk jauh dari Galuh yang asli.

Galuh memahami keadaan sekitarnya yang jauh dari kata baik, orang - orang miskin dan banyak anak kelaparan. Untuk itu ia bertekad dengan jiwa bisnisnya yang membludak untuk mengentaskan mereka dari keterpurukan. Memanfaatkan statusnya yang sebagai Gundik.

Disaat karirnya berkembang, datanglah pemuda tampan yang tidak lain adalah anak dari menheer tua bernama Edward De Groot. Kedatangannya yang sekedar berkunjung dan pada akhirnya jatuh cinta dengan gundik sang ayah.

Lantas, bagaimana kisah kelanjutannya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengumpulkan bukti

Keesokan paginya.

Nyai Galuh sudah berkutat di dapur satu jam yang lalu. Galuh yang biasanya tidak pernah memasak, tiba-tiba ingin membuat bekal untuk Edwin. Para pembantu di rumah itu sangat terkejut dan penasaran, apa yang membuat nyai Galuh berubah menjadi begitu peduli dengan Edwin ? Tapi, Kamini tidak berani untuk bertanya.

Galuh sibuk menyiapkan makanan favorit Edwin, sambil berharap rencananya untuk mencari bukti ketidakadilan di perkebunan kopi hari ini berhasil.

Setelah sarapan, rumah besar itu menjadi sunyi karena semua orang sudah pergi ke tujuan masing-masing. Galuh masih sibuk beres-beres di rumah, sambil sesekali memikirkan Edwin dan rencana yang sedang dia jalankan. Ia berharap semuanya akan berjalan sesuai rencana.

Sementara itu, Wilda yang merasa tidak puas dengan keuangannya yang terbatas karena pengurangan uang saku dari suaminya, Edwin. Ia mulai mencari cara untuk meningkatkan uangnya dengan mencari sumber pendapatan sendiri.

Sekarang Wilda duduk di ruang tamu yang elegan di rumah Elma De Vier, bersama beberapa teman sosialitanya. Mereka semua mengenakan pakaian yang modis dan elegan, sambil mengobrol dan tertawa. Di atas meja, ada tumpukan uang dan beberapa benda berharga yang menjadi hadiah arisan. Wilda dan teman-temannya bergantian mengambil giliran dan membicarakan tentang acara-acara sosial terbaru. Suasana pesta arisan itu sangat meriah dan menyenangkan.

Tiba saat dikocok, bukan nama Wilda yang keluar.

Wilda tampak kecewa ketika dia tidak mendapatkan giliran arisan. Wilda berharap bisa mendapatkan uang itu untuk membantu keuangannya.

Elma De Vier mencoba menenangkannya, "Jangan khawatir, Wilda, giliranmu pasti akan datang bulan depan." Namun, Wilda terlihat tidak puas dan sedikit kesal.

Wilda meminta izin kepada teman-temannya untuk meminjam uang arisan bulan ini, dengan alasan membutuhkan dana untuk membantu keluarganya. Teman-temannya saling bertukar pandang, lalu Elma De Vier bertanya, "Wilda, apa kamu yakin? Kamu sudah pernah meminjam bulan lalu, bukan?" Wilda tersenyum manis dan menjelaskan keadaannya, membuat teman-temannya akhirnya setuju untuk memberikannya pinjaman.

.

Nyai Galuh memutuskan untuk langsung datang ke lokasi perkebunan dengan membawa bekal makan siang untuk Edwin. Nyai Galuh menggunakan delman untuk pergi ke perkebunan. Delman tua itu berjalan perlahan-lahan, mengangkat debu jalanan saat Galuh menuju ke kebun kopi.

Galuh merasa terenyuh melihat penderitaan rakyat pribumi yang terpampang di sepanjang jalan. Dia melihat anak - anak kelaparan dan wajah-wajah lelah para rakyat pribumi yang putus asa, mendengar cerita tentang kerja paksa dan penindasan yang mereka alami. Nyai Galuh tidak bisa membayangkan bagaimana mereka bisa bertahan hidup dalam kondisi seperti itu. Nyai Galuh memiliki dorongan untuk membantu mereka, tapi dia juga merasa takut akan konsekuensi yang akan terjadi jika dia terlibat. Mungkin pemberian makanan bergizi gratis untuk anak - anak bisa ia lakukan.

Nyai Galuh akhirnya tiba di lokasi perkebunan setelah perjalanan yang panjang. Dia disambut oleh para pekerja dan pengawas perkebunan. Nyai Galuh langsung menuju ke sebuah rumah besar yang akan menjadi tempat singgahnya sementara sambil mengamati keadaan sekitar dan memikirkan siapa orang yang bisa ia suruh.

Kebetulan Sukri melintas dari jauh, Nyai Galuh memanggil namanya, "Sukri, kemari sebentar!" serunya sambil melambaikan tangan.

Sukri terkejut mendengar namanya dipanggil dan melihat Nyai Galuh melambaikan tangan kepadanya. Dia bergegas mendekati Nyai Galuh dengan rasa hormat dan sedikit penasaran. "Ada apa, Nyai?" tanya Sukri sambil menundukkan kepala sedikit.

"Kamu bisa membantuku, Sukri?"

"Bisa, Nyai. Saya akan membantu semampu saya. Apa yang perlu saya lakukan?" Jawab Sukri dengan senyum, menunjukkan kesediaannya untuk membantu Nyai Galuh.

"Aku butuh seorang pekerja yang bisa aku percayai untuk mengambil dokumentasi yang aku butuhkan untuk perbaikan kebijakan pekerja tanpa sepengetahuan Van Der Meer."

Sukri berhati-hati memilih orang yang tepat, memastikan bahwa orang tersebut dapat dipercaya dan tidak akan membocorkan rencana mereka.

Sukri menyebutkan bahwa Karso, si juru tulis, adalah orang yang bisa dipercaya dan memiliki pandangan yang tidak terlalu mendukung sistem tanam paksa. Nyai Galuh meminta Sukri untuk memanggil Karso agar bisa berbicara langsung dengannya. Sukri setuju dan bergegas pergi untuk memanggil Karso.

Tak begitu lama, Sukri datang mengantar Karso. Pria bernama Karso ini penampilannya sederhana dan agak kurus, dengan wajah yang menunjukkan kesan cerdas dan peduli. Dia memiliki mata yang tajam dan alis yang tebal, serta rambut yang rapi dan terawat. Pakaian yang dikenakannya adalah pakaian sederhana khas juru tulis, dengan kemeja lengan panjang dan celana yang rapi. Dia membawa buku catatan dan pena di saku bajunya, menunjukkan bahwa dia adalah orang yang suka mencatat dan mendokumentasikan hal-hal penting. Penampilannya menunjukkan kesan orang yang serius namun memiliki hati yang baik.

"Selamat pagi, Nyai. Saya dipanggil?" Karso bertanya dengan sopan sambil menundukkan kepala sedikit. Nyai Galuh mengangguk dan meminta Karso untuk mendekat, lalu memulai percakapan tentang rencana memperbaiki kondisi pekerja di perkebunan, serta mengurangi dampak negatif dari sistem tanam paksa.

Karso mendengarkan dengan saksama, dan dari ekspresi wajahnya, nampak bahwa dia mulai tertarik dengan ide-ide Nyai Galuh. "Bagaimana menurutmu, Karso? Apakah ini bisa dilakukan?" tanya Nyai Galuh, mencari pendapat Karso.

Karso terdiam sejenak, mempertimbangkan pertanyaan Nyai Galuh. Lalu, dia mengangguk perlahan. "Saya rasa ini bisa dilakukan, Nyai. Sistem tanam paksa memang sudah tidak adil bagi para pekerja. Saya sudah melihat sendiri bagaimana mereka bekerja keras tanpa imbalan yang layak," jawab Karso dengan nada yang penuh keyakinan. "Tapi, kita harus berhati-hati, Nyai. Tuan Van Der Meer mungkin tidak akan senang dengan perubahan ini," tambahnya dengan sedikit kekhawatiran.

Nyai Galuh dan Karso berpisah, Karso masuk ke ruang kerja dan dengan hati - hati membuka lemari arsip yang berisi dokumen-dokumen penting tentang perkebunan. Dia mencari catatan tentang jumlah pekerja, luas lahan, dan hasil panen. Dengan teliti, Karso menyalin data-data tersebut ke dalam buku catatannya, memastikan tidak ada yang terlewat. Dia sadar bahwa informasi ini sangat berharga untuk rencana Nyai Galuh. Setelah selesai, Karso menutup lemari arsip dengan hati-hati, memastikan semuanya tetap rapi dan tidak ada yang tahu tentang apa yang baru saja dia lakukan.

Van Der Meer masuk kantor dan mendapati Karso. "Apa yang kamu lakukan di sini, Karso?" Van der Meer bertanya dengan nada keras dan curiga. Karso terkejut dan berusaha tetap tenang, "Saya hanya... mencari dokumen tentang hasil panen, Tuan," jawabnya dengan sopan. Van der Meer memandang Karso dengan tajam, seolah tidak percaya sepenuhnya. "Pastikan kamu tidak melakukan sesuatu yang tidak seharusnya, Karso. Aku akan memantau kamu," ancamnya sebelum berbalik pergi. Karso menarik napas lega setelah Van der Meer pergi, tapi dia tahu harus lebih berhati-hati.

Dengan hati yang berdebar, Galuh menunggu di tempat yang aman sementara pekerja yang dia percayai tersebut mengambil dokumen-dokumen yang dibutuhkan.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah mereka berhasil mendapatkan dokumen-dokumen tersebut tanpa terdeteksi?

1
Yusni
mengerikan jmn belanda dulu ...semoga galuh bisa membantu kaum pribumj
Yusni
kapok edwin...hhhrhrhf
Yusni
menunggu aksi galuh yg bikin org melonggo..buat galuh jg nelayani sii edwin thor
Yusni
mgk galuh akan bukin kejutan lainnya
Kam1la
terima kasih, tolong dukungan nya...😍
Yusni
jg smpe ngk tamat thor..asliiii ceritanya kerennnnnnn
Yusni
tambah apik ceritanya
Yusni
suka cerita seperi ini....semangat thor
Yusni
keren ceitanya tpi kok sepi yg baca ...
Yusni
mampir baca semoga semakin menarik
Kam1la
selamat datang reader, semoga terhibur dengan cerita tentang nyai Galuh. sekian lama up, belum ada komentar nih dari kalian. Yuk, dukung terus author tercinta ini dengan memberi like, subscriber, hadiah dan yang paling ditunggu komentar kalian.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!