Edgar dan Louna dituduh membuang bayi hasil hubungan mereka. Enggan berurusan dengan hukum, akhirnya Edgar memutuskan untuk menikahi Louna dan mengatakan bayi itu benar anak mereka.
Selayaknya mantan kekasih, hubungan mereka tidak selalu akur. Selalu diwarnai dengan pertengkaran oleh hal-hal kecil.
Ditambah mereka harus belajar menjadi orang tua yang baik untuk bayi yang baru mereka temukan.
Akankah pernikahan yang hanya sebuah kesepakatan itu berubah menjadi pernikahan yang membahagiakan untuk keduanya ?
Atau mereka akan tetap bertahan hanya untuk Cheri, si bayi yang menggemaskan itu.
Yuk ikuti kisahnya...!!
Setiap komen dan dukungan teman-teman sangat berharga untuk Author. Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saingan Max
Leo menunggu kedatangan Max din depan lobi Perusahaan dengan senyuman yang misterius. Max sangat curiga dengan senyum Leo yang tidak biasa itu. Ada semacam ejekan ada juga kesenangan. Ia jadi bingung.
"Kau baru mendapatkan lotre ?" Tanya Max.
"Tidak Tuan". Jawab Leo.
"Kenapa wajahmu seperti itu. Aneh". Cibir Max. Tapi Leo tidak menjawab. Ia hanya mengikuti langkah lebar Max yang berjalan di depannya.
"Tuan, apa kau tidak mau memberikan bonus untuk ku ? Karena tadi malam aku bermimpi kau memberiku bonus yang besar". Kata Leo bercanda.
"Lanjutkan saja mimpimu. Dan minta pada orang di dalam mimpi itu". Jawab Max asal.
Mereka berhenti di depan ruangan Max. Lebih tepatnya di meja Louna. Max menoleh kesana dan kemari tidak ada tanda-tanda keberadaan Louna.
"Hari ini Louna tidak masuk, Tuan". Kata Leo pelan.
"Apa ? Siapa yang memberinya izin ?" Tanya Max dengan keras sampai Leo harus menutup kedua telinganya.
"Saya, Tuan. Tapi alasannya sangat masuk akal. Tuan akan kasihan bile mengetahui nya". Kata Leo bersungguh-sungguh.
"Apa terjadi sesuatu pada Louna ?" Pertanyaan Max mengandung kekhawatiran.
Kali ini Leo diam saja. Tidak menjawab dan hanya menundukkan kepalanya.
"Hei, aku bicara padamu. Kenapa tidak menjawab. Apa yang terjadi pada Louna ?" Max menjadi panik saat melihat Leo hanya diam.
"Maaf, Tuan. Saya tidak fokus. Saya hanya masih memikirkan mimpi saya tadi malam". Kata Leo.
Max yang tau kelakuan Asisten nya yang sangat mirip dengan nya itu segera mengerti.
"Kenapa kau sama seperti ku. Tidak mau rugi". Kata Max sambil mengeluarkan ponselnya dan mentransfer sejumlah uang sebagai bonus pada Leo.
Senyum Leo kembali manis. "Terimakasih, Tuan. Akan saya pergunakan uang pemberian Tuan untuk berkunjung ke rumah Louna nanti".
"Louna kenapa ? Cepat jawab" Max sudah tidak sabar, tapi Leo masih saja berbelit-belit.
"Ini, Tuan". Leo menyerahkan ponselnya yang terdapat foto Louna sedang mengompres seorang pria yang menutup matanya.
Mata Max melotot tajam. Apa benar ini suami yang Louna ceritakan.
Max memegang dadanya lalu tanpa kata ia masuk ke dalam ruangannya kemudian menguncinya.
"Tuan..." Panggil Leo. Ia jadi panik juga dengan sikap Bos nya itu. Apalagi sekarang pintu ruangan nya dikunci.
"Apa Tuan Max marah karena sudah terlanjur memberiku bonus tapi informasi tidak penting". Gumam Leo.
"Tapi menurutku ini sangat penting. Bukankah kemarin ia menyuruhku mencari tau siapa suami Louna". Leo menggaruk kepalanya.
Sedangkan Max yang berada di dalam ruangannya sengaja mengunci pintunya agar tidak diganggu oleh siapapun.
Perasaannya sedang tidak baik-baik saja. Ia rasanya ingin memukul orang. Tapi tidak tau siapa.
Max membuka laci di mejanya. Ia mengambil buku yang berada di tumpukan paling bawah.
Selembar foto ia ambil dari dalam buku itu. Fotonya saat masih berkuliah di luar negeri tiga tahun yang lalu.
Disana ada dirinya, seorang wanita dan dua orang pria lainnya. Dan salah satu pria itu adalah Edgar. Suami Louna.
Dada Max bergemuruh. Ia benar-benar merasa cemburu. Sekali lagi, Edgar mengambil wanita yang menjadi incarannya.
"Dasar Ed sialan. Kenapa bukan orang lain yang menjadi suami mu, Lou. Kenapa harus si brengsek itu". Teriak Max dengan keras tanpa takut terdengar orang lain sebab ruangannya sudah kedap suara.
Ia mengingat masa-masa kuliahnya. Pada saat itu ia menyukai seorang wanita bernama Aline. Ia bercerita pada kedua temannya, Dave dan Edgar. Tapi tidak disangka Edgar malah menjadikan wanita itu kekasihnya. Dan secara terang-terangan menyuruh Max untuk menjauhinya.
"Sial sekali hidupku ini". Sekali lagi Max berteriak. Ia merasa sudah dua kali Edgar mengkhianatinya tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi.
Dengan dada yang masih bergemuruh, Max mulai mengerjakan pekerjaannya. Barangkali dengan melakukan hal lain bisa mengobati hatinya.
Belum juga maju ia sudah dinyatakan kalah. Dasar Max, yang terlalu lama mengungkapkan perasaannya.
..
Seingat Edgar, tadi Louna mengatakan tidak bekerja karena ingin menjaganya. Tapi kini, kenyataannya malah ia tidur diatas ranjang sebelah Edgar. Cheri sudah dititipkan pada pelayan.
Edgar mengelus kepalanya yang kena tendangan maut dari Louna. Wanita itu tidur saja sudah seperti berperang. Tempat kepala jadi tempat kali, tempat kaki jadi tempat kepala.
Edgar bangun dari tidurnya. Lebih baik ia mandi agar merasa segar. Ia sudah tidak demam lagi. Hanya kepalanya yang agak pening.
Louna tadi juga mengabari Nyonya Monik jika Edgar sakit. Padahal ini hanya demam biasa. Tapi Louna sudah heboh memberi laporan.
Cheri sedang minum susu diatas ayunannya yang dijaga oleh dua orang pelayan. Edgar menyentuh sedikit pipi Cheri kemudian menuju kamar mandi.
Saat mandi, Edgar membayangkan kejadian tadi sebelum Louna tidur. Cheri sempat menangis keras, Louna masih belum bisa menenangkan nya. Ia panik sendiri dan menyuruh Edgar menggendongnya.
Tubuh mereka yang terlalu dekat membuat mereka saling mendengar detak jantung masing-masing. Seperti biasanya, Edgar selalu menggoda Louna. Ia mengatakan bisa mendengar suara hati Louna yang mengatakan ia masih mencintai Edgar.
Wajah Louna memerah. Ia mencubit dada Edgar yang terasa keras. Jadilah Louna tanpa sadar mengelus-elus dada Edgar.
'Kalau kau mau melakukannya kita bisa menitipkan Cheri pada pelayan'. Itulah kata-kata Edgar yang memancing Louna.
Ia mengoceh tidak karuan hingga tangis Cheri berhenti sendiri. Mungkin bagi Cheri, ocehan Mommy nya sebagai lagu pengantar tidur. Ia pun terlelap dalam pelukan Louna.
Edgar terkekeh sendiri membayangkan konyolnya Louna yang tidak pernah berubah sedari dulu.
"Aku harus segera meyakinkan Louna bahwa apa yang dipikirkannya dulu tidaklah benar". Tekad Edgar.
Jujur, ia masih memiliki rasa pada Louna. Mungkin tanpa sadar dulu Edgar pernah menyakiti Louna. Dan ia ingin memperbaiki nya.
Edgar keluar dari kamar mandi dan melihat sudah ada Mommy nya dan kedua adik kembarnya. Marion dan Maribel.
Mereka sedang asik mengerubungi Cheri yang sudah membuka matanya. Tangan dan kaki bayi itu mulai aktif bergerak. Mata bulat dan jernihnya seakan menghipnotis orang yang melihatnya.
"Mom..." Panggil Edgar.
"Eh, Ed. Kau sudah baikan ?". Nyonya Monik menghampiri putra sulungnya tersebut.
"Sudah, Mom. Apa Mommy sudah bertemu Louna ?" Tanya Edgar.
"Mommy sudah melihatnya di kamar. Kasihan dia sepertinya dia kelelahan. Entah merawat mu atau merawat Cheri". Kata Nyonya Monik sungguh merasa iba pada menantu nya.
Edgar rasanya ingin protes mendengar ucapan Nyonya Monik. Mommy nya salah mengasihani orang.
"Kakak, anakmu bulat sekali. Kau kasih makan bakpau ya". Canda Marion.
"Boleh kubawa pulang, Kak ? Dia bisa dijadikan boneka". Imbuh Maribel.
"Enak saja, ini kesayanganku dan Louna. Kalian tidak boleh membawanya". Edgar sangat posesif. Ia segera mengangkat Cheri dari ayunan.
"Ed, letakkan lagi. Kau mengganggu nya". Nyonya Monik memukul tangan Edgar yang begitu tidak mau berbagi.
Dengan tidak rela, Edgar meletakkan Cheri kembali. Nyonya Monik senang jika Edgar dan Louna sudah menyayangi Cheri. Baginya, kedua anak itu tidak pernah dewasa. Mungkin jika sudah memiliki tanggung jawab, mereka mulai belajar untuk bertanggung jawab.
..
Othor minta tolong dukungannya dong teman-teman. Karena dukungan dari kalian semua buat othor jadi semangat membuat cerita. Kasih masukannya juga ya.🥰🥰
lanjut thor