NovelToon NovelToon
SUAMI DADAKAN

SUAMI DADAKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Bercocok tanam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Khanza hanya berniat mengambil cuti untuk menghadiri pernikahan sepupunya di desa. Namun, bosnya, Reza, tiba-tiba bersikeras ikut karena penasaran dengan suasana pernikahan desa. Awalnya Khanza menganggapnya hal biasa, sampai situasi berubah drastis—keluarganya justru memaksa dirinya menikah dengan Reza. Padahal Khanza sudah memiliki kekasih. Khanza meminta Yanuar untuk datang menikahinya, tetapi Yanuar tidak bisa datang.
Terjebak dalam keadaan yang tak pernah ia bayangkan, Khanza harus menerima kenyataan bahwa bos yang sering membuatnya kesal kini resmi menjadi suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Sesampainya di rumah sakit, perawat meminta mereka untuk menunggu di luar ruang UGD.

"Yan, silahkan kamu pergi dari sini. Aku suaminya dan aku berhak menjaga istriku." ucap Reza

Yanuar tertawa terbahak-bahak dan sedikit mengejek Reza.

"Suami yang menjaga istrinya? Jangan sok suci, Rez. Kalau kamu benar-benar jaga Khanza, aku nggak bakal nemuin istrimu terikat di gudang. Jangan pura-pura heroik sekarang!”

Reza menatap Yanuar beberapa detik, napasnya berat.

Dahinya mengeras, taring emosinya hampir muncul.

Beberapa petugas keamanan yang menunggu di koridor langsung menoleh ke arah mereka.

"Apa kamu pikir aku nikmati semuanya ini? Kalau aku bisa mencegahnya, aku akan lakukan tanpa drama, tanpa pamer. Tapi kenyataannya, ada orang yang korupsi di kantorku, CCTV dipadamkan, dan mereka punya keberanian melakukan ini. Jangan menuduh aku sebagai kriminal di depan istri yang baru saja kamu selamatkan!"

Yanuar tertawa kecil, tetapi tawanya berubah mengejek Reza.

“Kamu bicara soal CCTV? Jangan sok lupa, Rez. Banyak yang lihat kamu hilang hari itu, banyak yang curiga termasuk aku. Aku datang karena aku peduli. Bukan karena mau rebut apa-apa.”

"Curiga? Saat itu aku sedang bersama klien lain dan sekarang kamu menuduhku kalau aku yang menculik istriku sendiri ?!"

Yanuar semakin mengejek dan membuat Reza tidak sabar menahan amarahnya.

Ia langsung melayangkan pukulannya ke wajah Yanuar.

"CUKUP!!" ucap Khanza.

Reza dan Yanuar sama-sama terdiam membeku setelah mendengar teriakan Khanza.

Mereka menoleh bersamaan dan melihat Khanza yang masih lemah, berdiri dengan tangan gemetar sambil menopang tubuhnya di bahu perawat.

Wajahnya pucat, tapi sorot matanya penuh kekecewaan.

“Sudah cukup! Aku nggak kuat lihat kalian terus bertengkar demi ego masing-masing. Aku bukan hadiah yang bisa kalian rebut seenaknya!”

Reza melangkah maju, suaranya melembut.

“Za, dengar aku dulu. Aku....”

“TIDAK, Mas Reza!” potong Khanza dengan air mata yang mulai jatuh.

“Kamu bilang akan lindungi aku, tapi kenyataannya aku malah hampir mati di dalam gudang kantor milikmu. Dan kamu, Yan. Aku berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkanku. Tapi cara kalian berdua berdebat seperti ini sama saja bikin aku tambah sakit.”

Suasana koridor rumah sakit menjadi hening melihat Khanza yang marah dengan mereka berdua.

“Mulai hari ini, aku nggak mau ketemu kalian dulu. Aku butuh waktu untuk diriku sendiri."

“Za, jangan pergi dari aku. Aku suamimu!” suaranya pecah, penuh rasa takut.

“Aku istrimu, Mas. Tapi bukan berarti aku harus rela jadi korban dari ambisi dan cemburu buta kamu. Kalau kamu benar-benar cinta, kasih aku ruang. Jangan ikat aku dengan emosi kamu.”

“Za, aku cuma ingin kamu bahagia. Kalau memang kehadiranku malah bikin kamu menderita, aku akan mundur. Tapi aku mohon, jangan salah paham soal perasaanku.”

Khanza memalingkan wajah, tak sanggup menatap keduanya.

“Cukup!! Aku lelah.” ucap Khanza yang kemudian memanggil perawat.

Perawat menganggukkan kepalanya dan segera mendorong kursi roda untuk Khanza.

Dengan langkah pelan, Khanza meninggalkan kedua pria itu yang masih terdiam, terjebak dalam pertarungan batin masing-masing.

Reza menatap punggung Khanza yang semakin menjauh, hatinya hancur.

Tangannya mengepal kuat hingga buku jarinya memutih.

“Za, jangan tinggalkan aku.” gumamnya lirih.

Sementara Yanuar hanya menutup mata sejenak, lalu menghela napas panjang.

Khanza masuk kedalam taksi dan memintanya untuk mengantarkannya pulang.

Di dalam taksi, Khanza menangis sesenggukan dan kecewa dengan mereka berdua.

"Nona, anda tidak apa-apa?" tanya supir taksi sambil memberikan tisu.

"S-saya tidak apa-apa, Mas." jawab Khanza.

"Tidak apa-apa, kok nangis?"

Khanza menghapus air matanya dan tersenyum tipis.

"Nona, mau aku ajak ke suatu tempat? Mungkin saja disana nanti nona bisa tenang."

"Kemana? Jangan-jangan kamu penculik?" tanya Khanza.

Supir taksi itu meminggirkan mobilnya dan memberikan kartu namanya.

Khanza langsung membelalakkan matanya saat melihat nama yang sangat tidak asing.

"Devan Pratama? CEO Gayana?"

Devan menganggukkan kepalanya dan kemudian ia membuka pintu Khanza.

"Duduklah disini, aku bukan supirmu." ucap Devan

Khanza pindah ke depan dan sedikit heran dengan Devan.

"Kenapa kamu menjadi supir taksi?" tanya Khanza.

"Capek jadi CEO, Za. Dan ayo sekarang aku ajak kamu jalan-jalan."

Devan melajukan mobilnya menuju ke sebuah pantai yang letaknya kurang lebih dua jam.

"Istirahatlah, Za. Nanti aku bangunin kamu." ucap Devan.

Khanza yang masih lemas akhirnya memejamkan matanya.

Devan melirik ke arah Khanza yang tertidur pulas di dalam mobilnya.

"Za, aku sudah mencintaimu sejak awal. Tapi sayang, aku selalu kalah dengan Yanuar dan ditambah lagi dengan Reza." gumam Devan.

Devan masih ingat bagaimana ia bertemu dengan Khanza saat ia duduk di cafe malam itu.

Saat itu ia melihat Khanza yang sedang mengerjakan pekerjaannya sambil menikmati kopi hangat.

Dua jam kemudian, mobil yang dikendarai Devan berhenti di pinggir pantai yang sepi.

Angin laut berhembus lembut, langit jingga memantulkan cahaya ke permukaan air.

Khanza terbangun perlahan, matanya sedikit bengkak karena tangisan.

“Sudah sampai? Di mana ini?”

“Pantai yang jarang orang tahu. Aku sering ke sini kalau pikiranku terlalu penuh.”

Khanza turun dari mobil dan menatap laut lepas, lalu menarik napas panjang.

“Tenang sekali…” bisiknya.

“Za, kamu terlalu baik untuk terus hidup dalam lingkaran konflik. Aku lihat sendiri tadi bagaimana Reza dan Yanuar seperti itu. Mereka menganggap kamu seakan-akan kamu itu barang yang harus dimiliki. Padahal kamu itu manusia, punya hati, punya luka.”

Khanza menunduk, air matanya kembali menetes.

“Aku lelah, Van. Aku cuma ingin dicintai dengan tenang tanpa pertengkaran, tanpa drama.”

“Aku bisa memberimu lebih dari itu. Dari dulu, aku selalu mencintaimu. Bahkan sebelum kamu mengenal Reza atau Yanuar. Aku memilih diam, karena aku tahu kamu sudah bahagia dengan jalanmu. Tapi sekarang, setelah lihat kamu hancur begini, aku nggak bisa tinggal diam lagi.”

“Devan, kenapa baru sekarang kamu bicara?”

“Karena aku terlalu takut kehilanganmu selamanya. Dan hari ini, aku sadar kalau aku nggak jujur, aku bisa menyesal seumur hidup.”

Khanza terdiam dan jantungnya berdetak lebih cepat.

Mereka berdua saling pandang dan Devan mendekatkan bibirnya ke bibir Khanza.

"Devan, jangan." ucap Khanza sambil memejamkan matanya.

Devan mencium pipi Khanza dan setelah itu ia mengajaknya ke bibir pantai.

Khanza tersenyum kecil dan melihat lelaki yang tiba-tiba datang mengutarakan perasaannya.

Kemudahan Khanza melepas sandalnya dan membiarkan kakinya menyentuh pasir yang dingin.

Angin laut berembus, membuat rambut panjangnya menari.

Devan berjalan di sampingnya, tangan di saku celana, sorot matanya lembut namun menyimpan ketegasan.

“Za, kamu boleh benci aku karena jujur di saat yang salah. Tapi aku nggak akan berhenti kasih kamu pilihan. Kamu berhak tahu kalau ada orang yang bisa mencintaimu dengan cara berbeda, tanpa cemburu buta, tanpa amarah.”

Khanza menatapnya lama, matanya masih berkaca-kaca.

“Van, aku bingung. Hatiku terlalu penuh luka sekarang. Aku butuh tenang, bukan janji baru.”

“Aku nggak minta jawaban sekarang. Aku cuma ingin kamu tahu, aku selalu ada kalau kamu butuh tempat pulang.”

Khanza terdiam, hatinya berdesir tapi juga diliputi rasa takut.

Ia tidak mau tergesa-gesa, tapi kehadiran Devan membuatnya merasa sedikit aman.

1
Dwi Estuning
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!