NovelToon NovelToon
Kau Lah Cinta Terakhir Ku

Kau Lah Cinta Terakhir Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Time Travel / Cinta Terlarang
Popularitas:648
Nilai: 5
Nama Author: Thalireya_virelune

Aku, Ghea Ardella, hanyalah seorang gadis pecinta sastra,menulis mimpi di antara bait-bait senja,
terobsesi pada harapan yang kupanggil dream,dan pada seorang pria yang kusebut my last love.

Dia, pria asal Lampung yang tak pernah kusentuh secara nyata,hanya hadir lewat layar,namun di hatiku dia hidup seperti nyata.

Aku tak tahu,apakah cinta ini bersambut,
atau hanya berlabuh pada pelabuhan kosong.

Mungkin di sana,ia sudah menggenggam tangan wanita lain,sementara aku di sini, masih menunggu,seperti puisi yang kehilangan pembacanya.

Tapi bagiku
dia tetaplah cinta terakhir,
meski mungkin hanya akan abadi
di antara kata, kiasan,
dan sunyi yang kupeluk sendiri.


Terkadang aku bertanya pada semesta, apakah dia benar takdirku?atau hanya persinggahan yang diciptakan untuk menguji hatiku?

Ada kalanya aku merasa dia adalah jawaban,
namun di sisi lain,ada bisikan yang membuatku ragu.
is he really mine, or just a beautiful illusion?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thalireya_virelune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

dialog dengan batin sendiri

Dalam perjalanan pulang sekolah, aku naik angkot seperti biasa.

Kursi panjang di dalamnya terasa lengang, hanya ada aku seorang diri. Biasanya Yena selalu menemaniku duduk di samping jendela, tertawa kecil membicarakan hal-hal sepele sepanjang jalan.

Tapi hari ini berbeda,karena Yena dijemput oleh papanya, meninggalkanku sendirian di bangku yang bergetar mengikuti laju kendaraan.

Aku menatap keluar jendela, memperhatikan gedung-gedung tua yang dilewati, pepohonan yang daunnya bergoyang pelan, juga anak-anak kecil yang berlarian di pinggir jalan.

Tapi meski jalanan ramai dan perumahan -perumahan begitu indah,hatiku tetap kembali pada satu nama yaitu Reza.

Entah mengapa, bayangannya tak pernah benar-benar pergi.

 Aku bertanya pada diriku sendiri"apakah aku terlalu keterlaluan padanya?"

" Apakah sikap pura-pura lupa ,kemarin benar-benar membuatnya sakit hati?"

Namun, segera suara lain dalam hatiku berbisik: "bukankah Reza yang lebih dulu menyakiti hatiku?"

" Bukankah luka yang ia tinggalkan jauh lebih dalam daripada sekadar pura-pura lupa?"

 Aku menggenggam erat tas di pangkuanku, mencoba menahan getaran perasaan yang bercampur antara rindu, marah, dan kecewa.

Bukan hanya rasa rindu dan perasaan bersalah yang menghantui pikiranku, tetapi juga kegelisahan tentang diriku sendiri.

Di balik kaca buram angkot yang bergoyang mengikuti jalan, bayangan wajahku terpampang samar.

"Bagaimana caranya aku bisa cepat glow up?" "Bisakah aku memperbaiki raga sialan ini, yang selalu jadi bahan hinaan dan perbandingan?"bisiku pada batinku sendiri.

Sesampainya di rumah, aku membuka pintu dengan langkah yang masih terasa berat.

Begitu masuk, aroma masakan sederhana langsung menyambut, bercampur dengan hangatnya senyum mama yang sudah berdiri di ruang tamu.

"Nak, udah pulang? Gimana sekolahnya hari ini?" tanya mama sambil menatapku penuh perhatian.

Aku hanya mengangguk pelan, berusaha menyembunyikan segala badai yang tadi masih berputar di kepalaku.

"Iya, Ma… baik kok," jawabku seadanya.

Mama mengangguk pelan,dan tersenyum simpul menatap ku.

"Nak, ayo makan dulu. Mama udah masak buat kamu"kata mama.

Aku menggeleng pelan, suara lirih keluar dari bibirku.

"Nanti aja, Ma, aku masih kenyang."

Padahal perutku kosong sejak siang, tapi entah kenapa rasanya sesak untuk menelan apapun.

Aku melangkah cepat ke kamar, menutup pintu, dan membiarkan keheningan kembali menyelimuti ruang kecil itu.

Di dalam kamar, aku terhempas di atas kasur. Tatapanku kosong menembus langit-langit, sementara pikiran kembali menjeratku pada satu nama siapa lagi kalau bukan alfareza,sang hama pikiran dan penoda cinta suciku.

"Kenapa aku harus mencintai seseorang yang hanya membuatku hancur?" gumamku pada diri sendiri.

Aku meraih ponsel, menatap layar kosong, berharap ada pesan masuk darinya.tapi tidak ada, dia sama sekali gak nge chat aku.

Sebenarnya aku kangen sama Reza,kangen sampai sesak rasanya ,tanpa dia .

Tapi di balik rindu itu ada ragu yang terus menghantuiku.

Aku sakit karena sikapnya, tapi aku tetap kangen dengan orangnya.

Aku benci pada semua luka yang dia beri, tapi anehnya, aku tetap cinta sama dirinya.

“aghhh, aku cape ya Tuhan,” gumamku dengan suara parau.

Air mataku menetes tanpa bisa ku tahan. Aku lelah mencintai seseorang yang tak pernah benar-benar melihatku.

Lelah berharap pada hati yang tak pernah menjadi milikku. Tapi meski aku ingin berhenti, rindu itu tetap saja mengetuk, cinta itu tetap saja menjerat.

Aku sendiri bingung apa yang membuatku mencintai dirinya. Wajahnya? Sikapnya? Atau hanya kebodohanku yang terlalu menaruh hati?.

Entah kenapa secercah batin berbisik lirih, mengatakan bahwa Reza sebenarnya mencintaiku, hanya saja ia menolak menerima masa laluku. Ia mengira aku perempuan jalang, wanita yang hina, yang tak pantas diperjuangkan.

Dan mungkin aku juga belum pernah benar-benar membuktikan arti cintaku untuknya.

Tapi sekali lagi, semua itu hanya pikiranku. Sebuah harapan kosong yang ku rangkai sendiri, tanpa tahu apa yang sebenarnya tersembunyi di balik sikap dingin dan kejamnya.

Aku membuka ponselku, mencoba mengalihkan rasa sesak yang sejak tadi menghimpit dada.

Jemariku menggulir layar tanpa arah, hingga mataku terpaku pada sebuah akun perempuan jalang di media sosial. Foto-fotonya vulgar, senyumannya penuh rayuan, dan seketika pikiranku mulai dipenuhi rencana gila.

“Apa Reza pantas mendapatkan pelajaran?” gumamku lirih.

Aku ingin dia merasakan bagaimana rasanya dikhianati, direndahkan, dianggap tidak berharga.

Dengan hati yang masih bergetar antara cinta dan benci, aku nekat mengetikkan sesuatu memberikan nomor Reza pada perempuan itu.

Aku memang tak rela, tak akan pernah rela, kalau Reza bermain gila dengan wanita jalang itu.

Tapi entah kenapa, ada keyakinan kuat di hatiku akun itu bukan benar-benar cewek. Aku sudah cek nomor, aku sudah lacak jejaknya, dan ternyata itu hanyalah seorang pria penipu yang menyamar menjadi perempuan murahan.

Aku sengaja memberikannya pada Reza. Bukan karena ingin dia hancur, tapi karena aku ingin dia sadar. Kalau benar dia tergoda, biarlah dia merasakan getirnya tertipu. Biarlah dia tahu kalau dunia wanita murahan itu bukan tempat yang indah, melainkan jebakan yang bisa menghancurkan.

“Yakali aku rela,” bisikku pada diri sendiri dengan mata berkaca-kaca.

“Mana mungkin aku biarkan laki-laki yang paling aku cintai jatuh ke pelukan orang lain?,walaupun hanya berbuat mesum"

Aku menutup ponselku dengan tangan bergetar, lalu buru-buru menghapus sisa air mata yang masih membasahi pipi.

Aku berdiri pelan, menarik napas panjang seolah ingin membuang semua beban yang menyesakkan dada.

Dengan langkah gontai, aku keluar dari kamar. Di meja makan, keluargaku sudah berkumpul. Mama tersenyum menyambutku, Bella asyik bercerita tentang sekolahnya, sementara papa sibuk dengan piringnya.

Aku pun ikut duduk, tersenyum tipis, dan mulai menyendok nasi ke piring.

Seakan-akan semuanya terasa baik-baik saja. Seakan-akan aku tidak sedang hancur di dalam.

Di antara suara sendok yang beradu dan tawa kecil keluargaku, aku diam-diam menelan pahitku sendiri. Luka di hatiku tetap ada, tapi aku pandai menyembunyikannya.

Setelah selesai makan, aku beranjak keluar rumah. Angin sore menyapa wajahku, membawa sedikit kesejukan yang tidak cukup menenangkan hati.

Aku melangkah pelan menyusuri jalan desa, melewati rumah-rumah sederhana yang akrab di mataku sejak kecil.

Aku sengaja pergi agak jauh, menuju minimarket yang lumayan besar di ujung desa untuk membeli beberapa alat kecil yang aku perlukan.

Tapi sesungguhnya, alasan utamaku bukan sekadar belanja ,melainkan mencari udara segar untuk menenangkan hati yang terus sesak.

Di sepanjang jalan, aku berdialog dengan batinku.

“Reza, kenapa kamu masih menguasai pikiranku?” gumamku lirih.

Setiap langkah kakiku terasa berat karena kepalaku dipenuhi bayangannya. Antara benci dan rindu berkelahi di dalam dada.

“Kalau aku bisa memilih, aku ingin berhenti mencintaimu. Tapi kenapa hatiku selalu melawan logika? Apa mungkin aku terlalu bodoh? Atau aku terlalu setia pada cinta yang mungkin tak pernah jadi milikku?”

Aku terus berjalan, menatap langit yang mulai menguning, berharap ada jawaban. Namun yang kudapat hanya gema batinku sendiri.

1
Maira_ThePuppetWolf
Ceritanya bikin aku merasakan banyak emosi, bagus bgt thor! 😭
Luna de queso🌙🧀
keren banget thor, aku suka karakter tokohnya!
PsychoJuno
Lanjutkan kisahnya segera ya, thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!