Bagaimana caranya Hanum si preman pasar yang bar- bar seketika menjadi anggun saat dia harus menikah dengan anak majikannya.
"Ada uang Abang kucinta. Gak ada uang Abang kusita."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelajaran
"Katanya Abang pacarnya kak Hanum, tapi kok gak tahu?"
"Abang bohong, ya?" tanya Reva.
"Abang penipu?" tanya Johan dengan memicingkan matanya.
"Aku benar-benar pacar Hanum."
"Buktinya Abang gak tahu kemana kak Hanum pergi."
Arya menggeram kesal. "Jadi apa yang kalian mau agar kalian kasih tahu aku dimana Hanum?"
"Gak ada, pergi sana. Atau kami teriak biar orang-orang dateng terus nangkap Abang."
Arya berdehem, lalu mengedikkan bahunya, "Aku akan menunggu Hanum pulang."
"Kak Hanum gak tahu pulang kapan. Abang mending pergi." Johan menarik Reva untuk segera masuk ke dalam rumah. Namun bukannya pergi Arya justru ikut masuk.
"Abang ngapain masuk?" Johan menoleh saat mendengar suara ketukan sepatu Arya mengikuti mereka.
Johan dan Reva menunduk menatap sepatu Arya. "Kalau masuk sepatunya di copot, Bang," ucap Reva.
Arya menunduk menatap sepatunya lalu mundur dan meletakan sepatunya di teras seperti yang di lakukan Johan dan Reva.
Saat masuk Arya melihat seisi rumah Hanum yang benar-benar jauh dari kata layak yang menurut Arya ini sudah seperti gubuk, karena semua perabot yang sudah usang bahkan hanya ada televisi kecil di ruang tamu rumah mereka.
Arya menoleh pada Johan dan Reva yang masih menatapnya dengan duduk di sebuah tikar.
"Kalau Abang mau nipu, disini gak ada yang bisa di ambil," ucap Johan.
"Apa tampangku seperti seorang penipu?"
Johan dan Reva saling lirik. "Gak, abang ganteng," ucap Reva akhirnya.
"Kenapa kalian gak percaya kalau aku pacar Hanum?" Arya masih berdiri tanpa berniat untuk duduk.
Johan dan Reva mengernyit. "Kami cuma berdua di rumah dan di suruh waspada, kalau sampai kami kenapa- napa, nanti ngerepotin kak Hanum."
Arya mengangguk. "Jadi Hanum beneran gak ada ya?"
"Emang kenapa sih, Bang?"
"Hanum cuma bilang mau cuti dan pulang ke rumahnya, tapi kenapa sekarang justru gak ada di rumah. Jadi dia bohong." Arya memejamkan matanya menunjukan jika dia lumayan kecewa dengan kebohongan Hanum. Melihat kedua anak ini yang begitu peduli dan menurut pada Hanum, Arya kira mereka tidak akan mau kakaknya itu di salahkan.
Benar saja saat melihat Arya menunduk Johan kembali bicara. "Mungkin karena kak Hanum gak mau repotin Abang."
Johan masih menatap Arya. Bagaimana pun jika Arya benar-benar pacar Hanum, bukankah jika terjadi kesalahan pahaman dan Arya marah kasihan kakak mereka.
"Ya, mungkin begitu. Tapi bukankah harusnya sesama pacar itu tidak ada rahasia?"
Johan meremas tangannya sementara Arya mendudukan dirinya dengan kaku di depan Reva dan Johan. Untuk pertama kalinya dia duduk di tikar tipis yang terbuat dari plastik
"Kak Hanum pergi ke luar Negeri."
Arya mengerutkan keningnya. Jadi kedua anak di depannya ini tidak berbohong saat mengatakan Hanum naik pesawat?
"Kemana, mau apa?" Kali ini Arya tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
"Bawa Bapak buat operasi." Arya tertegun, separah apa sampai harus operasi di luar Negeri. Dan tentu saja biaya operasi di luar Negeri tidak sedikit. Apakah uang itu berasal dari uang muka pernikahan kontrak mereka?
"Sekarang Abang udah tahu, jangan salah paham sama kak Hanum," ucap Johan dengan membuka bungkusan kresek yang tadi di bawanya.
Arya melihat bungkusan tersebut berisi nasi dan lauk, dan saat bungkusan tersebut di buka anak perempuan di depannya berbinar seolah sedang melihat makanan kesukaannya.
"Maaf, kami gak tahu kalau bakalan ada tamu, jadi kami cuma beli dua." Sepertinya adik- adik Hanum ini tahu sopan santun, hingga terlihat tak enak hati saat mereka hanya makan berdua saja.
"Aku gak lapar." Setelah Arya mengatakan itu Johan dan Reva langsung makan.
Arya memilih bangkit dan pergi ke luar dan membuka ponselnya untuk menghubungi Galuh.
"Galuh?" saat mendengar suara Galuh Arya segera berucap.
"Kamu bisa cari tahu tentang seseorang?"
Terdengar jawaban Galuh hingga Arya terdiam sebentar dan kembali berkata. "Aku akan kirimkan datanya, dan aku mau besok siang laporannya sudah ada di meja kerjaku." Setelah menghubungi Galuh Arya kembali masuk dan melihat Johan dan Reva selesai dengan makanannya. Cepat sekali, pikirnya. Mereka seperti orang yang tidak makan beberapa hari dan saat menemukan makanan mereka makan dengan cepat saking laparnya.
"Abang belum pulang?" namun Arya kembali duduk dan tak menghiraukan ucapan Johan.
"Aku akan menunggu Hanum. Bila perlu aku akan menginap disini."
Johan mengedikkan bahunya. Terserah.
"Boleh aku bertanya? Bapak kalian sakit apa?" tanya Arya dengan serius.
"Kak Hanum bilang gagal ginjal." Arya semakin merasakan hatinya tertohok saat tahu ternyata penyakit Bapak Hanum cukup serius. Jadi kesanggupan Hanum untuk menikah dengannya bukan hanya karena dia menyukai uang, namun Hanum memang membutuhkannya.
"Kalian mau camilan." Arya membuka ponselnya lalu membuka sebuah aplikasi pesan antar di ponselnya.
Reva menatap penasaran dan melongokan wajahnya ke ponsel Arya. "Itu, Bang," tunjuknya pada sebuah gambar.
"Burger?" Reva mengangguk.
"Aku gak pernah makan itu." Reva tersenyum malu- malu, namun Arya justru semakin kasihan.
"Kalau gitu kita beli." Arya menekan tombol keranjang hingga pesanan berpindah, lalu membuka yang lainnya. "Minumnya mau gak?" tawar Arya lagi.
"Reva, gak boleh begitu!" Saat Reva akan kembali menunjuk ponsel Arya suara Johan terdengar membuat Reva mengerutkan dirinya dan kembali duduk di sebalah Johan.
"Kamu mau apa?" tanya Arya pada Johan.
Johan menggeleng. "Gak usah, Bang. Kami udah makan, masih kenyang."
Arya mengerutkan keningnya lalu menatap pada ponselnya lagi. "Kalau begitu biar aku yang pesan semuanya. Kita akan makan bersama." Arya menekan beberapa makanan lalu membayarnya.
"Sudah, tinggal tunggu datang," ucap Arya dengan meletakan ponselnya.
"Bisa begitu, Bang?" tanya Reva dengan lugu.
"Ya, itu teknologi."
"Aku pernah lihat Santi juga beli dari tukang ojek yang pake baju ijo itu, Kak," ucapnya pada Johan. Sementara Johan hanya menipiskan bibirnya sebab dia sudah lebih dewasa dan tahu hal itu.
"Ya semacam itu." Lalu mereka terdiam beberapa saat hingga Arya beranjak dari duduknya.
"Kalian hanya tinggal menunggu pesanannya datang."
Dan tak berapa lama pesanan Arya datang hingga kini Johan dan Reva ternganga melihat banyaknya makanan di depan mereka.
"Banyak benget, Bang?"
"Kalian bisa makan yang banyak."
"Masalahnya kami baru makan."
"Kalau begitu kalian bisa bagikan ke tetangga kalian." Johan dan Reva mengangguk.
Mereka melihat satu persatu dan mengambil apa yang sekiranya ingin mereka makan, lalu sisanya akan mereka berikan ke tetangga mereka.
"Bang, kami kasih dulu ke tetangga." Johan dan Reva membawa beberapa kantung dan keluar dari rumah sementara Arya masih terdiam di tempatnya. Seberapa kesulitannya mereka tapi mereka tetap rela berbagi. Sementara dia, hanya bisa membuang hal yang tidak dia inginkan lagi atau bahkan merusaknya saat marah.
Arya menghela nafasnya, baru beberapa menit disini Arya sudah mempelajari banyak hal. Saat ini suara pintu kembali terdengar terbuka membuat Arya menoleh. Arya kira itu kedua adik Hanum yang sudah kembali, namun saat melihat orang di depannya Arya tertegun, begitu pun gadis di depannya.
"Hanum?"
"Tuan?"
...
Hooo, maaf akhir- akhir ini sibuk teu puguh cape teu puguh jadi baru bisa up😅
si diam2 menghanyutkan...😏
dimana coba, dapat cewek cantik, somplak, trus jago berantem kayak hanum?
arya sih dapat jackpot namanya.. 😄😄
Kalah duluan sama Hanum yang bertindak
lanjut thor 👍👍👍👍