TERJEBAK DI HALAMAN CINTA

"Di dunia novel ini ternyata masih sangat asri, pohon-pohon besar berjejer rapih, bunga-bunga liar bermekaran, dan suara kicauan burung-burung itu.. menambah kan suasana nyaman, meski aku tau alur novel nya telah berubah, tapi aku senang berada disini, dan aku akan membalaskan, semua rasa sakit yang Mei len asli rasakan, lihat saja.. aku akan membalas semua orang itu, termasuk orang yang menyakiti Bibi Chi lan, " ujar Mei len dalam hati nya.

Perjalanan menuju ke kota memakan waktu 4 jam, tapi akan lebih cepat kalau menggunakan gerobak kuda, jalanan disana beraneka ragam, dari mulai jalan yang rata karna dekat dengan pemukiman desa lain, ada juga jalan yang bergelombang karna jalan yang seadanya, dan untuk sampai di kota Mei len melewati 3 desa kecil, yang keadaan desa nya cukup subur di bandingkan dengan desa Hijau.

Saat sampai di gerbang kota, Mei len dapat melihat keramaian disana, gerobak sapi dan gerobak kuda yang mengantri untuk masuk berjajar rapih, bahkan disana banyak gerobak kuda yang sangan indah model nya.

"Bibi.. apa Bibi mau gerobak yang seperti itu,? " ujar Mei len bertanya sambil menunjukkan satu gerobak kuda yang sangat elegan.

"Hem.. kalaupun mau, dari mana Bibi mendapatkan uang untuk membeli nya, " jawab Chi lan.

"Bukan Bibi yang membelinya, tapi aku akan membelikan untuk Bibi jika Bibi menginginkan nya, " ujar Mei len.

"Terimakasih Nona muda.. tapi untuk sekarang bukan itu yang Bibi inginkan, " ujar Chi lan.

"Lalu apa Bi, ?" tanya Mei len.

"Semua yang Bibi miliki dulu, " jawab Chi lan.

"Apa maksud mu wanita pembawa sial, ? kau ingin mengambil rumah ku, jangan harap karna semua itu adalah milik anak ku, " ujar nenek tua Mo secara tiba-tiba, karna dari tadi dia menyimak obrolan Mei len.

"Jaga mulut busuk mu itu nenek tua, ingat lah aku akan mengambil semua milik Bibi Chi lan yang telah kau rebut, dan jika aku mau aku akan melaporkan mu ke pejabat, dengan status Ayah ku.. kau akan mudah untuk di singkirkan, " ujar Mei len dingin pada nenek tua Mo, yang membungkam mulut nenek tua Mo secara langsung,terlihat nenek tua Mo wayah nya berwarna pucat pasi, tak bisa dia bayangkan kalau ucapan Mei len menjadi kenyataan.

"No Nona muda.. jangan be begitu.. Chi lan adalah menantu ku.. un untuk apa di dia melaporkan ku, " ujar nenek tua Mo terbata-bata.

"Bukan dia yang akan melaporkan kan mu, tapi aku, jangan kau pikir aku tak tau semua perbuatan mu nenek tua Mo, aku sekarang hanya memberikan mu nafas untuk sesaat, tapi nanti aku akan membuat mu merasa sesak, " ujar Mei len dengan dingin, dan segera mengajak Chi lan untuk turun dari gerobak itu.

Orang-orang yang ada di gerobak itu pun tak ada yang membela nenek tua Mo, karna sebenarnya mereka juga sudah merasa muak dengan sikap nenek tua Mo, dia selalu bersikap angkuh, karna di desa itu bisa di bilang nenek tua Mo sebagai orang yang berada.

"Aku rasa hari-hari mu akan mulai di hantui oleh rasa takut nenek tua Mo, " ujar paman Yas sambil turun dari gerobak nya sendiri, dan membiarkan nenek tua Mo berdiam merenung seorang diri.

"Tidak, tidak, tidak, jangan sampai itu terjadi.. aku, aku, aku harus bisa bertemu dengan orang itu.. ya aku harus bertemu dengan orang itu, dan meminta mereka untuk menghabisi Chi lan, bila perlu Nona muda itu juga, " gumam nenek tua Mo dengan panik, dan dia akan merencanakan hal jahat kepada Chi lan dan Mei len.

………………

"Lapor Tuan, Jeng memberikan kabar bahwa Nyonya pergi ke kota Kekaisaran Angin, dan kini dia sudah sampai, " ujar Jun memberi kabar yang dia dapat kan kepada putra mahkota Rui.

"Untuk apa dia ke Kaisaran ini, apa dia ingin kembali, ?" tanya putra mahkota Rui.

"Bukan Tuan, Nyonya berangkat ke kota hanya untuk menjual hasil buruan nya, " jawab Jun.

"Buruan, " ujar putra mahkota Rui.

"Ya Tuan, Nyonya muda di desa Hijau pergi berburu ke hutan, dan dia mendapatkan hasil yang memuaskan, dia juga mendapatkan gingseng yang kita cari selama ini, " ujar Jun menjelaskan.

"Perintahkan semua bawahan ku untuk membeli hasil buruan nya, begitu juga gingseng itu, dan ya kalian harus membayar nya dengan harga tinggi, " ujar putra mahkota Rui memberikan perintah.

"Baik Tuan, "ujar Jun lalu berlalu pergi dari hadapan putra mahkota Rui.

"Mulai saat ini, kau tak akan bisa lepas dari pengawasan ku, " gumam putra mahkota Rui.

………………

"Tuan, bawahan putra mahkota Rui memberikan kabar bahwa Nona muda pergi Kekaisaran Angin saat ini, " ujar Ang memberikan kabar.

"Apakah dia akan kembali, ?" tanya jenderal Mak sambil bangun dari duduk nya karna merasa kaget.

"Bukan Tuan, Nona muda hanya ingin menjual hasil buruan nya, " jawab Ang.

"Buruan, " ujar jenderal Max yang tak beda jauh dari ujaran putra mahkota Rui.

"Ya, " ujar Ang dan dia menceritakan semua yang telah di lakukan oleh Mei len di desa Hijau.

"Jadi seperti itu.. sungguh putri ku yang malang, namun aku juga bangga padanya, " ujar jenderal Max.

………………

"Bibi sebelah mana kios daging nya, ?" tanya Mei len karna dia tak tau dimana tempat nya.

terus saja ke depan Nona, lalu belok ke kanan, nanti disana kita akan melihat beberapa penjual daging, " jawab Chi lan.

"Bos aku ingin menjual hasil buruan ku, " ujar Mei len setelah tiba di kios penjual daging, dan kebetulan itu adalah kios bawahan putra mahkota Rui.

"Boleh Nona muda, sini biar saya lihat, seperti nya. mereka masih hidup, " ujar bo kios.

"Iya bos mereka masih hidup, " ujar Mei len.

"Baiklah aku akan membeli nya, karna semuanya masih hidup maka aku akan membeli dengan harga 30 koin perak, " ujar bos kios.

"Wah.. banyak sekali, terimakasih bos, " ujar Mei len sambil menerima koin perak itu.

"Bibi kita kaya, " ujar Mei len pada Chi lan, dan Chi lan tersenyum melihat kebahagiaan Mei len.

"Sekarang ayo kita ke toko obat Bibi, dan Bibi tunjukkan jalan nya, " ujar Mei len.

"Ayo Nona kita kesebelah sana, " ujar Chi lan.

"Nah itu Nona toko obat terbesar di kota ini, " tunjuk Chi lan pada toko obat yang begitu ramai.

"Aku tak mau menjual nya disana, " ujar Mei len.

"Kenapa Nona, ? bukankah itu toko terbesar, pastinya pemilik toko akan membeli nya, " ujar Chi lan.

"Tidak Bibi aku tidak mau, lihatlah pelayanan-pelayanan disana menilai orang dari pakaiannya, " ujar Mei len, yang entah kenapa pendengaran menjadi tajam, hingga dia dapat mendengar apa yang di katakan pelayanan toko obat pada orang yang datang, dengan berpakaian lusuh seperti nya.

"Tapi toko itu yang terbesar, " ujar Chi lan.

"Apa tak ada toko lain, ?" tanya Mei len.

"Ada tapi lebih kecil, bahkan sangat kecil dari toko itu, " jawab Chi lan.

"Baiklah ayo kita kesana Bibi, " ujar Mei len.

"Tapi..

UDAHAN DULU YA NEXT TIME KITA KETEMU LAGI DI BAB SELANJUTNYA.