NovelToon NovelToon
GALAK DI LUAR, LIAR DI DALAM

GALAK DI LUAR, LIAR DI DALAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: mamana

"sudahlah mas, jangan marah terus"
bujuk Selina pada suaminya Dante yang selalu mempermasalahkan hal-hal kecil dan sangat possesif..
"kau tau kan apa yang harus kau perbuat agar amarahku surut"
ucap Dante sambil membelakangi tubuh Selina..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

rahasia Dante

Setelah Bu Ratna pulang, rumah terasa kembali sepi. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar, dipadu dengan hembusan angin pelan yang di hasilkan oleh ac di ruangan itu.

Selina duduk di ruang tamu sendirian, menatap foto Dante yang tergantung di dinding. Dalam foto itu, suaminya terlihat gagah dengan setelan jas abu-abu, senyumnya tipis tapi berwibawa, senyum yang dulu membuat Selina jatuh cinta dan yakin bahwa pria itu adalah rumahnya.

Namun kini, foto itu terasa jauh… dingin… seperti Dante sendiri.

Ia mengusap bingkai foto itu pelan.

“Mas… aku yakin kita bisa punya anak, Mas,” bisiknya lirih. “Kita cuma perlu usaha sedikit lagi.”

Dengan harapan yang masih menyala di dadanya, Selina mengambil ponselnya. Ia membuka mesin pencari, mengetikkan kata kunci dengan jari yang bergetar pelan:

“Cara alami menyuburkan sperma suami.”

Berbagai artikel dan video bermunculan, dari dokter, dari tabib, hingga influencer yang menawarkan ramuan ajaib.

Selina membaca satu per satu dengan serius: jus buah tertentu, suplemen zinc, hingga jamu akar rumput dari hutan Kalimantan.

Setiap tips ia catat di buku kecilnya dengan penuh semangat.

Namun ketika ia tengah asyik menggulir layar ponselnya, terdengar suara pelan dari arah pintu.

“Permisi…”

Langkah seorang perempuan berhenti di depan ambang pintu.

Selina menoleh cepat, dan seketika dadanya menegang.

Melda.

Dengan senyum manis dan dandanan rapi, Melda berdiri di sana membawa sebuah kotak besar berwarna emas berisi pisang bolen di tangannya.

“Oh, iya… masuk, Mel, repot aja sih” suara Selina sedikit terbata, tapi tetap sopan.

Melda melangkah masuk dengan percaya diri, meletakkan kotak kue itu di atas meja.

“Ah, nggak repot kok Sel… ini cuma sedikit oleh-oleh. Aku lagi lewat tadi, sekalian mampir.”

“Wah, makasih ya Mel…,” jawab Selina sambil menyiapkan piring kecil. Tapi matanya waspada, memperhatikan gerak-gerik perempuan itu yang tampak terlalu santai di rumahnya.

Melda tersenyum, lalu duduk di sofa dengan posisi menyilang kaki.

“Oh iya Sel… nanti malam jangan lupa datang di acara syukuran rumah baruku ya. Aku harap kamu dan Dante bisa datang bareng.”

Tangannya lalu menggenggam tangan Selina dengan manja, sentuhan yang terasa berlebihan.

Selina membalas senyuman, meski hatinya menolak keras.

“Iya, tentu Mel… nanti aku sampaikan ke Mas Dante.”

Tapi di balik tatapan ramah itu, hatinya bergemuruh.

"Apa maksudnya genggam tanganku seperti itu? Masih berharap dante datang hanya untukmu?"

Sementara Melda tersenyum puas, dalam benaknya, rencana kecil mulai terbentuk.

"Selina boleh jadi istrinya sekarang… tapi aku yang tahu bagaimana caranya membuat Dante jatuh cinta dulu. Lagipula, mereka belum punya anak. Itu kesempatan besar untukku."

Sebelum pamit, Melda menatap ruang tamu sejenak.

“Rumahmu tetap sejuk ya, Sel,.dulu waktu masih pacaran Dante memang pernah menunjukkan desain rumah ini padaku,. ini memang benar-benar rumah impiannya yang kelak, akan ia tempati bersama istrinya.. ternyata kamu wanita beruntung itu Sel…” ucapnya setengah menggoda.

Selina menelan ludah, tersenyum kaku.

“Iya, mungkin karena aku rajin bersih-bersih, Mel.”

namun dalam hati Selina bergumam.. " sial. ternyata mas Dante lebih dulu menunjukkan desain rumah ini pada Melda"

Setelah beberapa menit berbasa-basi, Melda akhirnya pamit.

“Ya sudah Sel, aku pulang dulu ya. Sampai ketemu nanti malam.”

“Ya, hati-hati, Mel,” jawab Selina, menahan nada suaranya agar tetap tenang.

Begitu pintu tertutup dan langkah Melda hilang di halaman, Selina menarik napas panjang. Wajahnya berubah masam, matanya menatap pintu yang baru saja tertutup rapat itu.

“Duh, dasar mantan nggak tahu diri,” gumamnya pelan, menahan kesal. “Masih aja niat dekati suamiku.”

Ia menepuk-nepuk dadanya, mencoba menenangkan diri. Lalu kembali duduk di sofa, mengambil ponselnya lagi.

“Sudahlah… aku nggak mau kalah. Aku akan berjuang biar Dante sembuh, biar kami bisa punya anak, biar Melda nggak punya alasan sedikit pun untuk mendekat lagi.”

Dengan tekad baru, Selina membuka toko daring, mencari “obat penyubur sperma pria paling ampuh”.

Matanya berhenti pada satu produk herbal impor dengan harga paling mahal.

Tanpa pikir panjang, ia menekan tombol “Beli Sekarang.”

Sambil menatap layar konfirmasi pembayaran, Selina berbisik lirih, seolah berbicara pada suaminya yang tak ada di sana:

“Mas… kali ini aku akan bantu kamu dengan caraku. Aku yakin Tuhan akan beri kita anak.”

Sore itu, setelah Melda pergi, Selina bersandar di kursi ruang tamu. Hatinya masih belum tenang. Bayangan perempuan itu masih menari di kepalanya, dengan senyum licik dan tatapan yang terlalu percaya diri.

Ia meraih ponselnya dan menekan nama Dante.

Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum suara berat suaminya menjawab dari seberang sana.

“Halo, Sel… kenapa ?”

Nada itu terlalu tenang, bahkan terdengar santai.

Selina menggigit bibir, mencoba menahan kekesalannya.

“Mas, ingat kan, malam ini kita ada undangan syukuran rumah baru dari mantanmu itu?” suaranya meninggi sedikit, terdengar ketus.

Dante yang sedang duduk di ruang kerjanya di kantor hanya menegakkan punggung dan menghela napas pelan. Ia tahu nada itu. Nada khas istrinya ketika sedang cemburu, dan bagi Dante, itu justru terdengar menyenangkan.

“Ya tentu, Sel… aku ingat,” jawabnya datar tapi penuh penekanan.

Lalu ia menambahkan dengan nada ringan namun menusuk, “Aku pulang cepat nanti. Karena malam nanti… akan sangat berharga untuk Melda, Sel.”

Selina terdiam sesaat.

Urat lehernya menegang, matanya membulat.

“Mas ini ngomong apa sih?! Udah ah, terserah!” ucapnya cepat, lalu menutup telepon tanpa memberi kesempatan Dante menjawab.

Dari seberang sana, Dante hanya tertawa kecil. Suara tawa rendah yang hanya keluar ketika ia sedang menikmati sesuatu. Ia meletakkan ponsel di meja, lalu menatap layar laptopnya dengan senyum samar.

“Sel, Sel… aku tahu kau sangat mencintaiku,” gumamnya pelan, matanya menerawang pada foto kecil di sisi meja kerjanya, foto pernikahan mereka berdua. “Dan entah kenapa… setiap rasa cemburumu itu jadi candu buatku.”

Ia memutar pena di jarinya, masih dengan senyum tipis di bibirnya, tapi mata itu mulai menegang.

Ada sesuatu yang mengganjal di dalam kepalanya.

Satu kalimat terlintas di benaknya seperti kilatan petir:

" Sial… tadi malam aku lupa minum obatnya"

Ia memejamkan mata sesaat, menarik napas panjang.

Hatinya berdegup tak nyaman.

Selina mungkin masih belum tahu tentang obat yang ia konsumsi diam-diam, obat pencegah kesuburan yang ia pesan dari luar negeri beberapa tahun lalu. Obat itu alasan utama mengapa mereka belum memiliki anak hingga kini.

Dante mengusap wajahnya, kesal pada dirinya sendiri.

Bagi orang lain, mungkin aneh, seorang pria menolak kehadiran bayi dari darah dagingnya sendiri.

Tapi bagi Dante, bayi berarti kehilangan kendali.

Tanggung jawab baru yang menakutkannya.

Bayangan masa kecil yang keras, ayah yang temperamental, dan kematian Naomi kakak kandungnya saat melahirkan putra pertamanya itu selalu menghantui pikirannya, Dante memang tidak pernah siap dengan kematian Naomi.. Naomi adalah kakak perempuan terbaik di dunia untuk nya..

“Aku belum siap jadi ayah…” bisiknya lirih. “Dan semoga Selina tidak hamil, aku takut hal yang dialami Naomi terjadi lagi padamu Sel.. "

Ia kembali menatap layar laptop, berusaha menenggelamkan diri dalam tumpukan laporan kerja. Tapi di antara baris-baris angka itu, pikirannya terus melayang pada Selina, pada raut wajah cemberutnya, pada bibir yang selalu ia rindukan, dan pada kemungkinan bahwa malam tadi… sesuatu di antara mereka telah berubah tanpa bisa ia hentikan.

1
Winda Marshella
ceritanya bagus, semangat thor
MamaNa: terimakasih kaka..pasti selalu semangat kaka ditunggu, updatenya ya Kaka 🙏
total 1 replies
AstutieEcc
bagus ceritanya 😍
MamaNa: terimakasih kak🙏
total 1 replies
MamaNa
siap.. pasti segera di update kakak /Pray//Pray/
0-Lui-0
Bikin susah move-on, semoga cepat update lagi ya thor!
Enoch
Wow, bikin terhanyut.
MamaNa: makasih kakak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!