Sebagai murid pindahan, Qiara Natasha lupa bahwa mencari tahu tentang 'isu pacaran' diantara Sangga Evans dan Adara Lathesia yang beredar di lingkungan asrama nusa bangsa, akan mengantarkannya pada sebuah masalah besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunny0065, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karena
"Mata Sangga rabun! Cantik 'kan gue ketimbang Natasha, kurang seksi gimana gue di matanya? Alasan apalagi yang bikin Sangga ogah melirik gue!" marah Adara memandang pantulan bayangannya di cermin besar.
"Gue rindu kasih sayangnya seperti dulu, gue rindu kelembutan sikap Sangga... Gue rindu kecupan hangat di kening, gue rindu berada di pelukannya lebih lama, gue rindu hubungan tanpa cekcok, gue rindu kenangan manis waktu dulu, gue mau mengulang semuanya!" teriak Adara.
"Semua karena Natasha! Cewek baru itu tega rebut semuanya dari gue, rebut orang kesayangan gue, rebut kedekatan gue dengan Sangga, kebahagiaan gue dirampas dia!"
"Apa istimewanya Natasha di mata Sangga? Apa mungkin karena Natasha beda? Tapi titik bedanya di mana?"
Gadis termakan emosi termenung lama mencari sisi lain dimiliki Natasha.
"Apa mungkin karena Natasha baik memperlakukan semua orang? Kevin berubah setelah mengenal Natasha, bisa jadi alasan Sangga menyukai Natasha karena hal itu?"
"Masuk di akal!"
*
Bungkus kado berserakan di lantai usai Natasha membongkar isinya, berupa buku tulis milik Sangga.
"Ini enggak salah ketiga kado isinya buku semua. Gue pikir isinya baju, makanan ringan, cake atau apa gitu, apa maksud Sangga kirimin buku belajarnya ke gue? Jadi curiga, jangan-jangan dia amnesia beneran sesudah statusnya berubah jadi suami gue, yang seharusnya dia jaga sikap justru lupa caranya bertingkah dengan tepat. Ini enggak bisa dibiarin, sesegera mungkin gue harus mengembalikan barangnya," sambil menggerutu Natasha memasukkan buku-buku ke dalam tas.
"Ketemu di kelas, gue buang barang-barangnya di kolong meja. Bodoh amat ngambek juga emang gue pikirin! Nambah beban aja tahu enggak!" lanjut Natasha.
Ketukan pada pintu menghentikan kegiatan mengemas alat tulis, Natasha mendongak, menerka siapa tamu rese di luar sana.
Seseorang di balik pintu semakin tak sabar mengetuk-ngetuk membuat perempuan belum mandi menghela nafas dan beranjak setengah dongkol.
"Hai," sapa Adara.
"Lo ngapain ketuk-ketuk pintu kamar gue sepagi ini?" tembak Natasha.
"Gue tau kedatangan gue mungkin tiba-tiba bikin Lo kaget, tapi percaya deh, gue pengen bareng ke kelas sama Lo," ungkap Adara.
Haruskah mempercayai alibi gadis ini? Natasha waspada, jangan-jangan Adara ada maunya.
"Gimana Sha, Lo mau 'kan?" Adara memastikan.
"Gue belum mandi, Lo duluan sana," usir Natasha mencari aman.
"Gue tunggu," ngotot Adara.
Natasha menutup daun pintu, mengacuhkan ajakan antusias tak berdasar barusan.
'Coba kalau bukan demi Sangga, mana mau gue drama!' batin Adara.
Gadis itu mengeluarkan ponsel dari kantung rompinya, lalu mengirim pesan via WhatsApp kepada Alleta.
Tidak lama kemudian, Alleta datang berlari dan memeluk Adara.
"Tumben ajak anak baru, ada rencana apa?" heran Alleta.
"Murni temenan, gue nyesel salah menilai Natasha, yang gue kira dia jahat ternyata enggak," bohong Adara.
Alleta menarik lengan Adara menjauhi pintu dan berhenti di tengah lorong.
"Lo serius mau temenan sama dia? Emang Lo enggak takut Sangga ditikung Natasha? Kemarin, gue dengar Sangga ngobrol sama kak Dita bawa-bawa nama Natasha, bahas tentang menua-menua bersama gitu," beritahu Alleta.
"Salah dengar kali, Sangga sama kak Dita mungkin lagi membahas tentang menu makan buat makan bersama bukan buat menua bersama. Udah deh, informasi Lo enggak jelas mending Lo ikut gue jalin hubungan teman dengan Natasha," tukas Adara.
"Lo deketin Natasha buat dijadiin sahabat? Lo stres?"
"Lo enggak tertarik? Ya udah, gue cari cewek lain gantiin tempat kosong Lo di circle harapan gue," acuh Adara.
"Ih, apaan, main gantiin posisi gue. Gue mau kok, temenan dan jadi sahabat Natasha," terpaksa Alleta mengikuti.
"Nice! Ayok, tunggu Natasha di luar kamarnya."
Beres berdandan rapi, Natasha menjejalkan bekas kado ke tempat sampah di sudut kamar, lalu menggendong tas beratnya.
Saat membuka pintu, Natasha berdecak pelan mendapati Alleta ada di depan, ikutan menunggu bersama Adara.
"Lo berdua demam? Enggak ada hujan enggak ada badai, mendadak nunggu gue tanpa diminta," sinis Natasha.
"Kita sehat kok, lagian kalau kita berdua lagi sakit, mana mau mampir ke kamar Lo," balas Alleta.
"Begitu, berarti minggu kemarin Lo berdua lagi sakit beneran secara'kan Lo berdua nyakitin gue," sindir Natasha.
Alleta tergagap kebingungan cara membalas perkataan nyelekit Natasha, sementara Adara mengembang senyuman geram.
*
"Asli ini tulisan tangan Sangga? Kilat banget kasih perasaannya ke, tuh, cewek!"
"Natasha itu, anak baru kelas sebelas A?"
"Iya."
"Padahal kita semua taunya Sangga deket sama Adara, kenapa akhirnya milih siswi asing. Ucapan Adara saat di kantin mengatai Natasha sebagai perebut pacar orang sekarang terbukti dijawab pengumuman Sangga."
"Gue kasihan dengan nasib Adara."
"Hati Adara hancur berkeping baca berita di Mading. Gue aja yang bukan pacarnya kaget!"
"Perjuangan Adara menjaga hati semata buat Sangga sia-sia, gue enggak bisa bayangin sesedih apa Adara dan sebahagia apa Natasha dipilih Sangga."
"Alah, Sangga diam-diam selingkuhi Adara makanya akhir-akhir ini hubungan mereka jadi merenggang gara-gara kehadiran orang ketiga."
"Julukan virus yang Alleta sematkan untuk Natasha cocok seratus persen! Natasha virus sungguhan perusak hubungan orang!"
"Menurut kalian alasan Sangga menjadikan Natasha sebagai pacar karena apa? Enggak mungkin karena Natasha seorang penghuni asrama baru, hati Sangga secepat ini pindah haluan?"
"Bosan! Gue berani jamin, perasaan Sangga udah hambar sama Adara, pas ada celah lirik cewek bening Sangga main senggol Natasha buat dijadikan pengganti cewek pertamanya tanpa repot mikirin Adara mau terluka atau enggak, orang egois persis dia cuma peduli diri sendiri!"
"Cowok sok misterius kayak dia banyak cewek cadangan, betul kata Lo, hambar satu, giliran urutan nomor dua!"
"Kenapa Sangga pilih Natasha? Bukan Adara notabenenya setia menemani dia ke mana-mana?"
"Tau dah, serba misterius!"
Sekumpulan murid mendebatkan pengumuman pagi ini di luncurkan Sangga.
Adara, Alleta dan Natasha memicingkan mata mendapati sebagian penghuni asrama mengerubungi papan Mading terpajang di tembok lantai satu.
"OMG, itu ada apa?" gumam Adara.
"Ada jadwal pelajaran baru kali," asal Alleta.
"Paling pengumuman enggak penting," acuh Natasha sambil lalu.
Alleta memperhatikan kepergian Natasha yang tidak memperdulikan kerumunan.
"Kita lihat ada berita apa di situ," penasaran Adara.
"Ayok, gue juga penasaran," setuju Alleta.
Berdirinya di garda paling depan bersama Alleta, Adara mematung kaku membaca deretan kata tegas tertera di selembar kertas HVS.
...PERHATIAN!...
...Kepada seluruh murid Asrama Nusa Bangsa. Kita, Sangga Evans dan Qiara Natasha menegaskan bahwa weekend kemarin sudah resmi menjalin hubungan fase pacaran. ...
...Diketahui:...
...Nama: Sangga Evans dan Qiara Natasha...
...Status: Pacaran...
...Tempat jadian: Taman Asteena...
...Waktu jadian: 11:00. Siang...
...Saksi mata: Pak Satpam, penjual aksesoris dan pedagang ice cream....
...Harap terima kebahagiaan kita berdua dengan tidak ikut campur atau menghakimi salah satu yang bersangkutan menjalankan hubungan....
...Demikian....
...Pembuat, Sangga Evans....
Tertampar oleh berita pahit tersebut, Adara dan Alleta terhuyung hampir jatuh.
Sementara, Natasha mengedikan bahunya acuh mendapat lirikan sinis tak berdasar dari gadis-gadis teman kelasnya.
"Gib, cowok yang duduk sebangku dengan Lo belum datang?" tanya Natasha.
Gibran tengah bersenandung pelan ditemani gitar kesayangan hasil pinjam dari ruang musik, menggeleng tanpa melihat.
"Gue ikut duduk, ya?" ijin Natasha menempati kursi kosong.
"Jauhi gue," pinta Gibran.
"Apa?"
"Gue minta Lo jauhi gue," ulang Gibran.
Natasha duduk menyamping, memandang bingung cowok penyuka main alat musik di sisinya.
"Kenapa gue harus jaga jarak dari Lo? Apa salah gue? Jangan berubah drastis tanpa alasan, kalau gue ada salah ucap atau sikap kurang mengenakan ke Lo, gue minta maaf," ucap Natasha.
"Lo enggak punya salah apapun, permintaan itu murni dari hati terdalam, tolong, hargai keinginan gue," ujar Gibran.
"Gue enggak bisa jauhi orang tanpa sebab, Lo mau gue jauhi tapi apa alasannya? Kasih tau gue biar gue paham," lanjut Natasha menolak menghindar.
"Percuma gue jelasin, Lo enggak bisa jawab."
"Lo salah, gue bisa jawab!" yakin Natasha.
"Lo enggak bisa."
"Gue bisa!"
Suasana hati galaunya terusik, Gibran berhenti memetik senar, berbalik badan menghadap Natasha sepenuhnya.
"Peraturan wajib diingat dan dijalankan oleh Lo," sela seseorang.
Selembar kertas putih disodorkan ke hadapan Natasha, Gibran menatap sebentar cowok pembuat pengumuman, yang berdiri di belakang Natasha.
Natasha menoleh, terdiam menatap Sangga sedang menatapnya dingin.
"Baca," suruh Sangga.
Diiringi desiran jantung, dalam kebisuan Natasha membaca tulisan cukup rapi di buat tangan Sangga.
PERATURAN WAJIB:
1) Jauhi laki-laki lain
2) Happy, sad, badmood, saling ada
3) Belajar saling terima apa adanya
Jemari Natasha bergetar meremas kertas, takut tak hidup bebas dan berakhir dijadikan kucing peliharaan oleh Sangga.
Gibran melirik bergantian antara Sangga dan Natasha, penasaran dengan isi tulisan.
Natasha bangkit, menarik lengan Sangga membawanya ke luar kelas.
"Lo enggak terima?" tanya Sangga.
Perempuan dilanda marah terus melangkah menelusuri lorong sekolah, meniti undakan tangga menuju rooftop.
"Natasha," panggil Sangga.
Tap.
Berhenti di ruang terbuka. Natasha melepas cengkeraman di lengan suaminya.
"Gue enggak suka dikekang, Lo enggak boleh seenaknya mengambil kebebasan hidup gue!" marah Natasha.
"Kita udah nikah."
"Gue enggak perduli udah nikah atau belum! Masalahnya Lo sewenang-wenang mengontrol gue! Peraturan buatan Lo jangan harap gue patuhi!" sergah Natasha.
Sangga mencekal lengan Natasha, menahannya pergi.
"Papa Aksan dan bunda gue, sama-sama menginginkan gue membahagiakan Adara dan Lo. Diantara pilihan rumit, gue terjebak. Gue udah memilih untuk membahagiakan hidup Lo, jadi tolong, hargai keputusan gue," ungkap Sangga.