Meninggal dalam kekecewaan, keputusasaan dan penyesalan yang mendalam, ternyata membawa Cassie Night menjalani takdir kehidupannya yang kedua.
Tidak hanya pergi bersama kedua anaknya untuk meninggalkan suami yang tidak setia, Cassie juga bertekad membuat sahabatnya tidak bersinar lagi.
Dalam pelariannya, Cassie bertemu dengan seorang pria yang dikelilingi roh jahat dan aura dingin di sekujur tubuhnya.
Namun, yang tak terduga adalah pria itu sangat terobesesi padanya hingga dia dan kedua anaknya begitu dimanjakan ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Tidak Mati
"Bagaimana?" Felix langsung menyerbu ke arah Edward begitu melihat sang asisten kembali memasuki aula perjamuan. "Mereka baik-baik saja, kan?"
Binar di mata Felix menunjukkan antusiasme dan keyakinan, dia seperti melihat kabar baik yang dibawa Edward.
"Tuan ...." Edward menutup matanya erat-erat seakan tidak sanggup menatap netra Felix yang terdapat ribuan harapan, bahkan mulutnya pun terkunci rapat sehingga sepatah kata pun tidak bisa lolos dari sana.
"Edward, katakan!" Felix kehilangan kesabaran, dia mencengkram dan mengguncang bahu Edward dengan kuat seolah-olah ingin mencabut roh sang asisten dari raga. "Bagaimana hasil penyelidikannya?!"
"Po—polisi su—dah mengkonfirmasi bahwa ... penumpang mobil itu ... mereka ... mereka adalah nyonya ... dan kedua tuan muda." Edward sebenarnya tidak sanggup menyampaikan laporan yang baru saja dia dapatkan, tetapi dia tetap harus melaporkannya.
Hanya saja, dia tidak bisa bicara sebaik biasanya dan tiba-tiba menjadi gagap.
Seperti disambar petir, Felix alih-alih kehilangan seluruh kekuatannya sehingga dia tidak sanggup berdiri dan tersungkur ke lantai.
Mata Nyonya Besar Murphy terbelalak, antara ketidakpercayaan dan keterkejutan membaur menjadi satu. Dia terhuyung ke belakang, bahkan hampir terjatuh jika tidak disambut oleh pelayan pribadinya.
"Nyonya, hati-hati," kata pelayan itu dengan lembut, dia juga merasakan kesedihan seperti yang dirasakan oleh sang majikan.
Bagaimanapun, dia adalah salah satu orang yang pernah menerima kemurahan hati Cassie.
"Tidak mungkin!" Nyonya Besar Murphy menggelengkan kepalanya, menolak mempercayai berita yang dibawa Edward. "Menantu dan kedua cucuku tidak mungkin sudah tiada!"
Dia melangkah dengan sisa-sisa kekuatan yang dimilikinya hanya untuk mendekati Felix, lalu mengguncang tubuh sang putra dengan keras. "Ini semua gara-gara kamu! Jika kamu tidak mengkhianati Sisie, dia tidak akan membawa kedua cucuku pergi!"
Nyonya Besar Murphy meraung histeris sambil terus mengguncang tubuh Felix dan tidak berhenti menyalahkannya. "Kalau kamu sudah tidak mencintainya lagi, seharusnya kamu lepaskan saja Sisie. Jangan khianati dia!"
Sebagai sesama wanita, Nyonya Besar Murphy tentunya bisa merasakan penderitaan Cassie setelah mengetahui orang yang dicintainya berkhianat.
Mungkin, akan lebih baik jika mereka berpisah baik-baik tanpa melibatkan orang ketiga.
Hati Cassie tidak akan sepatah itu, Felix juga bisa bebas mengencani wanita mana pun yang dia suka.
"Ini salahku ...." Felix memukul wajahnya sendiri, tetapi hatinya yang merasakan sakit teramat sehingga air mata kesedihan tak mampu dia bendung lagi. "Semua ini salahku."
Saat ini, juru kamera ingin menyorot sosok Felix yang bergetar karena isak tangis.
Dia sangat menyedihkan!
Namun, pembawa acara menggeleng padanya sehingga apa pun yang terjadi di tempat pesta tidak lagi disiarkan secara besar-besaran.
"Aku sudah menyadari ada yang aneh dengan sikapnya, tapi aku mengabaikannya." Felix jelas beberapa kali merasakan keanehan akan sikap Cassie, tetapi dia malah tidak menganggapnya serius.
"Felix, kenapa kamu baru pulang setelah pagi?"
"Aku mengalami mimpi buruk tadi malam. Aku bermimpi kamu tidak mencintaiku lagi"
"Felix, kamu memiliki aroma aneh di tubuhmu."
"Felix, kamu pernah berjanji, jika kamu sudah tidak mencintaiku lagi ... kamu akan memberitahuku."
"Seperti ada bau aneh di ruangan ini."
"Ingatlah membuka jendela untuk ventilasi."
Seketika, semua kata-kata Cassie kembali terngiang-ngiang di kepala kecil Felix hingga dia perlahan mulai sadar.
"Siyalan ... aku benar-benar siyalan!" Felix memukul wajahnya beberapa kali, bahkan lebih keras lagi. "Aku sangat siyalan!"
"Aku pantas mati!" Felix merasa tidak puas memukul dirinya yang bajin9an, padahal wajahnya sudah memerah dan mati rasa.
"Tuan ...." Edward terkejut melihat tindakan Felix, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menghentikan kesedihan dan penyesalan mendalam yang telah menyatu di dalam diri sang majikan.
'Cassie sudah meninggal.' Aleena adalah satu-satunya orang yang memiliki kesenangan di hatinya begitu mendengar berita kematian Cassie, dia bergumam di dalam hatinya sambil berusaha menyembunyikan senyum liciknya. 'Posisi Nyonya Murphy akan menjadi milikku!'
"Tidak ...." Felix tiba-tiba berhenti mengamuk, dia juga menjadi lebih tenang saat sebuah pemikiran tiba-tiba melintas di kepalanya. "Dia tidak mati."
"Ibu, Sisie dan anak-anakku tidak mati." Felix meraih kedua tangan Nyonya Besar Murphy. "Mereka hanya pergi berlibur untuk bersantai."
Mendengar itu, tangisan Nyonya Besar Murphy semakin pecah.
Felix seperti sedang meyakinkan sang ibu, padahal kata-kata yang dia ucapkan justru untuk menghibur dirinya sendiri.
Dia mendongak hanya untuk menatap Edward dan menjatuhkan titah. "Cepat, pergi dan temukan mereka!"
Detik selanjutnya, Felix sudah berdiri dan berlari keluar dari tempat perjamuan. "Pergi temukan istri dan anakku!"
"Edward, cepat ikuti dia!" Suara Nyonya Besar Murphy menyadarkan Edward, membuat pria itu bergegas mengikuti dari belakang.
"Tuan, tunggu saya."