Cinta, benarkah cinta itu ada? kalau ya, kenapa kamu selalu mempermainkan perasaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Jiwa yang sudah menikmati ice cream tersebut pun langsung minta diantar ke kamar, dia ingin istirahat.
Jiwa pun benar-benar terlelap dalam tidurnya, sementara Alvino yang kini tengah berada di ruang baca di rumah barunya bersama istri dan anak nya itu pun hanya bisa menghisap rokok dan juga menyesap wine yang kini sudah menjadi kebiasaannya jika dia sedang dilanda kesedihan karena cinta nya tidak tersampaikan.
Dia melihat Jiwa yang kini berpenampilan lebih cantik dan anggun meskipun dalam keadaan kurang baik pun semakin merasakan sakit yang teramat sangat di hatinya. kenapa gadis yang merupakan cinta satu-satunya dalam hidupnya itu tidak pernah bisa ia miliki.
Dia juga tidak menyangka jika pria yang dikatakan oleh Alvaro ternyata benar-benar ada disisi Jiwa.
Dan jika rasa sakit itu datang Alvin tidak bisa menahannya tanpa minum-minuman beralkohol.
Alvin bahkan tidak pernah menyentuh istrinya dalam keadaan sadar kecuali jika dia dalam keadaan mabuk berat itupun dilakukan hanya sebagai pelampiasan bukan karena dia memang menginginkan Kania.
Tapi Kania selalu dibuat puas dengan itu karena biar bagaimanapun dia bisa memiliki Alvin yang sangat tampan dan sangat dia puja sejak awal, tidak peduli untuk siapa hati laki-laki itu.
Sementara Jiwa sendiri tidak sedikitpun teringat akan pria yang kini telah benar-benar menjadi milik mantan sahabat nya itu.
Pagi pun tiba dan di cuaca yang dingin karena hujan deras itu pun Devan datang meminta Jiwa untuk mengisi acara ulang tahun istrinya yang kini sengaja dirayakan di siang hari karena Liana sedang hamil besar dan tidak diperbolehkan keluar malam oleh ibu mertuanya itu.
Hari ini pun jiwa dijemput langsung oleh Devan yang kini membawa Jiwa kedalam mobilnya dengan digendong oleh nya.
Dan pemandangan itu disaksikan oleh pria yang tadi malam begitu merindukan nya.
"Bos aku bisa jalan sambil berpegangan kenapa harus digendong nanti nyonya bos cemburu."ucap Jiwa yang mendapat sentilan di jidat nya dari Devan.
"Kau bukan tipe ku, dan aku tidak mungkin mengkhianati cinta ku."ucap Devan.
"Aku tau itu, tapi kalau ada orang salah faham bagaimana nanti Dion tampan ku cemburu."ucap Jiwa yang kini membuat Devan menggelengkan kepalanya.
Dia tidak tau apa yang ada di pikiran gadis yang tidak mengingat masalalu nya itu. Yang pasti saat ini dia bersyukur setidaknya Jiwa yang seksi jauh lebih baik dari yang dulu. Itu bukan sikapnya yang buruk tapi setidaknya dia terlihat lebih bahagia daripada dulu yang terus berada dalam kepedihan.
Sementara untuk panggilan nya pada Devan itu karena Rudy pun masih memanggil Devan seperti itu meskipun pria itu sudah tidak lagi bekerja sebagai penyanyi ditempat nya.
Tapi kali ini mereka mendapatkan undangan untuk hadir di sana, termasuk Dion yang entah akan datang atau tidak karena pria itu tidak membalas pesan darinya.
"Jiwa aku akan mengambil kursi roda mu, tunggu disini ok."ucap Devan yang kini memasangkan sabuk pengaman pada tubuh Jiwa.
"Bos kau dan Dion tampan sama saja."ucap Jiwa yang membuat Devan kembali berbalik.
"Maksudnya?"tanya Dion.
"Kamu dan dia menganggap ku seperti orang lumpuh."ucap Jiwa.
"Itu demi kebaikan mu, jadi jangan protes."ucap Devan.
"Terserah kalian saja."ucap Jiwa yang kini terlihat malas bicara.
"Tuan ini tas dan kursi roda nya."ucap perawat yang kini tengah bersiap untuk pergi ke rumah sakit tempat dia bekerja karena Jiwa yang meminta dia untuk kembali dan wanita itu pun hanya bisa pasrah.
"Ah terimakasih jadi aku tidak perlu repot-repot masuk lagi."ucap Devan yang kini buru-buru membuka pintu belakang mobil miliknya itu.
Mereka sudah akan berangkat tapi kemudian seseorang menghentikan pergerakan Devan yang hendak menutup pintu mobilnya.
"Berhenti biarkan aku bicara dengan nya."ucap Alvin.
"Tuan Alvino ada perlu apa kami sedang buru-buru."ucap Devan.
"Aku ingin bicara dengan nya?"ucap Alvino yang kini buru-buru mengitari mobilnya Devan, namun seseorang menghubungi nya.
Alvin yang kini membuka pintu mobil sambil menerima telepon pun tidak jadi bicara karena kabar duka yang ia terima dimana saat ini neneknya telah meninggal dunia.
Alvaro pun hanya bisa menatap lekat wajah cantik itu dengan raut wajah penuh kesedihan atas duka yang ia rasakan saat ini lalu dia berkata maaf lain kali kita akan bicara lagi."ucap Alvino yang kini pergi begitu saja.
"Jangan memandang nya, tutup pintunya jika memang kamu bisa."ucap Devan.
"Hmm... balas Jiwa yang kini berusaha meraih handle pintu mobil milik Devan.
Devan pun langsung bergegas tancap gas menuju cafe miliknya dimana istrinya dan keluarga nya tengah menunggu mereka.
Jiwa pun langsung bersiap di ruang pribadi Devan yang kini kosong tidak ada satupun orang disana.
Jiwa tengah merapihkan penampilannya saat ini karena sudah berdandan sebelumnya, dan saat dia keluar dengan kursi roda miliknya ia disambut oleh asisten pribadi Devan yang kini memberikan microphone padanya.
Jiwa pun menyapa seluruh tamu yang hadir dan juga mengucapkan selamat pada bumil yang tengah berbadan dua tersebut dengan untaian doa keselamatan untuk Liana dan baby twins nya itu.
Jiwa pun mulai bernyanyi dengan lagu cinta terfavorit dari pasangan itu dengan merdunya sambil berjalan kesana kemari dengan kursi roda nya itu.
Dia juga menghampiri bumil yang kini memeluknya erat hingga nyanyian itu terhenti sejak, dan kembali terdengar setelah pelukan hangat itu berakhir.
Keluarga besar Devan pun menyukai Jiwa yang kini benar-benar sangat menghibur mereka yang kini tengah berbahagia.
"Aku tidak berikan kado kak karena sampai saat ini aku tidak tau apa aku punya uang atau tidak karena seluruh kebutuhan hidup ku ditanggung oleh Dion ku yang sangat tampan mungkin dia dalam perjalanan bisnis saat ini, nanti setelah dia pulang aku akan mintakan."ucap Jiwa yang kini tersenyum manis dan itu membuat gelak tawa di ruangan yang luas itu pecah karena itu sangat lucu menurut mereka saat ada gadis dewasa yang tidak tahu memiliki tabungan atau tidak dan mereka rasa itu cuma alasan saja agar tidak malu menghadapi orang yang sedang berulang tahun.
"Tidak apa-apa Jiwa do'a yang kau berikan itu sudah jauh lebih cukup. Tapi jika niat tolong minta kado yang bagus ya, misal baby moon ke Maldives gitu."ucap Liana yang kini terkekeh kecil.
"Apapun itu demi wanita yang teramat sangat aku sayangi dan ku puja aku akan mengabulkan nya."ucap seseorang yang kini datang dengan pengawalan ketat seperti biasanya.
"Dion..."ucap Jiwa yang kini menatap kearah Dion yang datang dan menghampiri nya lalu membungkuk memeluk Jiwa di hadapan semua orang.
"Kau nakal kenapa memecat perawat itu, aku sangat khawatir hingga aku batalkan perjalanan bisnis ku."ucap Dion.
"Maaf tapi aku baik-baik saja dan tolong jangan khawatirkan aku, aku bisa jaga diri ok sekarang kamu bisa pergi lanjutkan kegiatan mu."ucap Jiwa yang kini terlihat merasa bersalah.
"Tidak."ucap Dion tegas.
...*****...
Hingga acara ulang tahun selesai, Dion masih setia menunggu Jiwa selesai bekerja. Sebenarnya itu bukan pekerjaan tapi Jiwa tidak bisa menolak untuk mengisi acara di hari ulang tahun orang baik seperti mereka.
"Maaf menunggu lama."ucap Jiwa yang masih terlihat sangat merasa bersalah pada Dion.
"Tidak apa, hari ini kamu sangat cantik Babe. Aku suka lagunya terimakasih."ucap Dion yang kini mengusap lembut puncak kepala Jiwa.
"Ayo pulang."ujar Dion.
"Tidak kamu duluan saja, aku tidak ingin merepotkan mu terus."ucap Jiwa.
"Hmm... Apa ini babe kenapa sikapmu berubah."ucap Dion yang kini menatap lekat wajah cantik itu.
"Tidak ada yang berubah Dion tampan aku hanya tidak ingin terus menjadi beban bagi mu, aku tidak bisa bekerja aku juga masih belum ingat apapun tentang masalalu ku. Jadi aku bingung bagaimana caranya harus membalas jasa mu. Mungkin aku juga tidak akan pernah bisa menggantikan uang yang telah kamu keluarkan untuk selama ini dan juga hari ini."ucap Jiwa yang kini menunduk kan pandangan nya.
"Hi... kapan aku pernah bicara tentang materi dengan mu babe aku ikhlas memberi semua itu, lagipula itu tidak ada apa-apanya bagiku yang terpenting adalah kamu bisa hidup dengan baik dan bahagia itu sudah cukup bagiku."ucap Dion.
"Aku tidak akan pernah bisa membalas semua kebaikan mu Dion tampan, aku hanya akan menjadi beban bagimu jadi sebaiknya tidak usah pedulikan aku lagi. Kamu boleh datang untuk temui aku jika mau tapi jangan pernah mengorbankan waktu mu yang berharga itu, karena dengan begitu rasa bersalah ku akan semakin bertambah."ucap Jiwa yang kini masih merasakan sakit di hatinya saat teringat ucapan suster itu tadi pagi yang tidak sengaja ia dengar.
"Ada apa dengan mu, katakan apa aku menyakiti mu hingga kamu berniat menjauh dariku?"ucap Dion.
"Tidak Dion kamu sungguh baik hati, hanya saja aku sadar aku tidak baik untuk mu."ucap Jiwa yang kini hendak pergi.
Namun pergerakan roda itu terhenti saat Dion menghadang nya dengan cepat, dengan tatapan mata penuh tanda tanya Dion kembali berjongkok mensejajarkan diri di hadapan Jiwa.
"Jawab aku apa wanita itu mengatakan sesuatu tentang kita?"tanya Dion.
"Tidak."jawab Jiwa yang kini melirik kearah lain. Jelas sekali bahwa ia sedang menghindari tatapan mata Dion dan itu artinya Jiwa menyembunyikan sesuatu darinya.
Tiba-tiba tubuh Jiwa melayang dan itu adalah perbuatan Dion yang kini menggendong nya dan membawa dia pergi ke luar dari cafe.
"Dion tolong turunkan aku, lihat orang-orang menatap kearah kita, kamu bisa menjadi bahan gosip mereka karena saat ini aku tidak menggunakan masker."ucap Jiwa memperingatkan Dion.
"Persetan dengan itu."ucap Dion yang kini membuat Jiwa terdiam saat sadar bahwa Dion sedang sangat marah saat ini. Karena tidak biasanya dia berkata kasar seperti saat ini.
"Aku bisa pulang sendiri Dion, jadi kamu tidak perlu repot-repot mengantar ku pulang kamu punya banyak."ucapan Jiwa terhenti saat Dion berbalik dan menatap tajam kearah nya.
Jiwa pun langsung terdiam melihat itu membuat hatinya terluka, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan disaat dia ingin menjauhi Dion agar pria itu tidak lagi terbebani oleh dirinya seperti kata wanita itu yang menganggap dirinya keterlaluan karena berpura-pura tidak berdaya demi untuk menghabiskan uang Dion yang sudah berbaik hati menolongnya sejak satu tahun lalu saat dia koma.
Dion langsung menutup pintu mobilnya diikuti oleh orang-orangnya dengan mobil lainnya.
Sepanjang perjalanan Jiwa terus berkata bahwa itu bukan jalan menuju pulang."Dion tolong hentikan mobilnya aku tidak tau ada apa dengan mu, tapi ini bukan jalan menuju ke rumah ku."ucap Jiwa.
"Babe bisa diam sebentar saja aku sedang tidak bisa konsentrasi."ucap Dion yang kini terus melajukan mobilnya menuju rumah pribadinya.
"Tapi.
"Diam aku bilang babe."ucap Dion lagi yang kini membuat jiwa benar-benar terdiam di tempatnya.
Hingga saat mobil memasuki gerbang sebuah Mansion megah yang baru kali ini dia lihat.
"Dion aku bisa jalan tolong turunkan aku."ucap Jiwa yang lagi-lagi digendong oleh Dion yang kini membawa dia masuk kedalam rumah yang begitu sunyi sepi itu.
Sampai saat mereka tiba di sebuah kamar yang sangat mewah, tidak kalah mewah dari seluruh ruangan yang ada bahkan itu terlihat lebih nyaman.
Dion mendudukkan Jiwa di sofa super empuk yang ada di sana dan dia pun duduk di samping jiwa namun dengan posisi menghadap kearah gadis cantik itu.
"Sekarang bisa kamu berkata jujur kenapa sikap mu berubah babe."ucap Dion tegas.
"Dion, aku hanya tidak ingin terus merepotkan mu itu saja. Apa itu tidak boleh?"ucap Jiwa yang kini menatap lekat wajah tampan itu sambil berusaha menyembunyikan semuanya itu.
"Bohong!"ucap Dion yang kini menatap penuh kecewa.
"Terserah jika kamu tidak percaya tuan."ucap Jiwa.
"Baiklah jika itu mau mu maka kamu tidak akan pernah bisa keluar dari kamar ini sebelum kamu menyadari semua kesalahan mu itu babe."ucap Dion yang kini beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.
"Dion."lirih Jiwa yang kini hendak mengejar Dion tapi dia malah terjatuh ke lantai, dan suara nya terdengar jelas oleh Dion yang kini berbalik menghampiri Jiwa yang sedang berusaha untuk berdiri sendiri dengan susah payah.
"Kenapa kamu lakukan ini, kenapa terus berpura-pura kuat dan mampu di keadaan mu yang seperti ini. Kenapa membangkang."ucap Dion yang kini terlihat sangat khawatir.
"Aku hanya tidak ingin merepotkan orang lain."ucap Jiwa yang kini membuat Dion menatap tajam wajah cantik itu.
"Apa aku orang lain bagimu, apa aku tidak berarti apa-apa untuk mu."ucap Dion sambil menatap lekat wajah cantik yang kini bercucuran air mata.
"Nyatanya aku hanya beban bagimu. dan semua orang mempermasalahkan itu Dion, aku bahkan tidak pernah berpura-pura lumpuh, aku bisa berjalan tapi mereka mengatakan semua itu seakan aku adalah seorang penipu hiks."ucap Jiwa nangis.