Wajah tampan, cool, pintar juga merupakan ketua klub basket Fakultas, itulah Barra. Tak heran jika dirinya menjadi cowok idola di kampusnya. Namun semenjak duduk di bangku kuliah hingga sekarang semester 5 dirinya tak pernah menjalin hubungan serius dengan cewe manapun. Meski selalu saja ada cewe yg berusaha menempel padanya tapi tak pernah ada yg menjadi pacarnya.
Hingga seorang mahasiswi baru membuat dirinya penasaran pada pertemuan pertama mereka. Karena satu dan lain hal mereka pun menjadi dekat.
Akankah Barra jatuh cinta padanya? Mungkinkah mereka berjodoh?
Yuk ikutin kisahnya.. cerita ringan dengan konflik santai. Pokoknya lebih banyak yg manis-manisnya soalnya author ga terlalu suka kesedihan. Hehe..
Biar tambah seru baca juga kisah sebelumnya di karya “Jodohnya Caca.”
Update setiap hari Senin, Kamis
Selamat membaca…💙
Disarankan bijak dalam membaca karena banyak yg sinopsisnya hampir sama tapi isinya berbeda ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clairecha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Enam Belas
Senja itu Caca berniat mengembalikan jaket Barra yg dipakainya tempo hari. Dia melajukan mobilnya dari apartemen menuju markas dengan santai.
Hembusan angin sepoi-sepoi dari luar menerpa wajahnya melalui jendela kaca mobil yg ia buka setengahnya. Rona bahagia masih terpancar di wajahnya.
Namun sedikit ada kecemasan karena dia tak lagi berhubungan setelah terakhir diantar Barra pulang. Pesan dari Barra pun tak ia balas sampai sekarang, di kampus pun mereka tidak bertemu lagi.
Karena jarak yg lumayan dekat, kini dia sudah sampai di halamannya yg cukup sepi padahal pintu markas tampak terbuka lebar. Caca pun memberanikan diri untuk melangkah masuk tanpa bersuara.
Saat di ambang pintu sudah terdengar obrolan seperti suara Barra yg sedang marah-marah. Caca tak terlalu mendengarkan apa yg dikatakannya.
Ia sempat ragu untuk melangkah lebih lanjut ke dalam saat mendengar ada suara perempuan juga yg sepertinya suara Monica. Caca terdiam sebentar, namun saat terdengar suara pria lain berbicara akhirnya Caca memberanikan diri untuk masuk ke dalam.
Caca tampak kaget dengan apa yg dilihatnya sekarang. Di meja depan sofa besar berserakan makanan ringan, rokok, juga sekotak kue ulangtaun dan beberapa botol minuman beralkohol. Dafin, Monica dan Barra tengah beradu mulut di sofa besar dekat biliar.
Monica sedang menarik-narik tangan Barra yg hendak beranjak dari sofa. Namun kondisi Monica yg tidak biasa tentu membuat Caca heran. Monica tampak tertunduk seperti menahan berat di kepala dan bicara tak jelas.
Dafin yg berada di tengah-tengah mereka mencoba melerai namun dia tidak cekatan seperti biasanya. Barra masih duduk disana dengan lengan kanannya dicekal Monica.
“Lepasin gaa? Gw bilang juga jangan pada minum sekarang kenapa sih? Jadi ruwet gini kan..?” bentak Barra pada kedua orang di depannya.
“Lu juga ikutan minum kan..?” kata Dafin pelan.
“Yaa tapi ga separah lu berdua.. Ini masih sore woi!” Barra tampak kesal.
“Udah.. jangan marah terus.. sini Monic cium deh biar ga marah terus..” racau Monica manja sambil terus memajukan wajahnya ke depan wajah Barra.
“Lepass ah..!” dengan kasar Barra mendorong wajah Monic yg membuat dia tersandar di sofa dan melepas tangan Barra.
Barra pun kini bisa beranjak dari sana dan saat pandangannya teralihkan ke depan dia kaget mendapati Caca sedang berdiri mematung tak jauh di depannya.
Barra bergegas menuju Caca meninggalkan Dafin dan Monica di sofa.
“Barra.. cium dulu… siniii.. kiss.. kiss.. dulu…
Barra…. Kiss gw…!” Monica terus meracau.
Barra pun segera menarik tangan Caca menuju dipan tempat mereka membuat tugas maket Barra. Caca terkesiap tubuhnya hampir saja terbentur tembok saat Barra menariknya.
Barra merebahkan tubuhnya diatas dipan masih memegang sebelah tangan Caca yg kini duduk di sebelahnya.
“Gw mau tidur bentar, lu jagain muka gw jangan sampai dia berhasil cium gw!” kata Barra yg kini meletakkan tangan Caca yg menutupi wajahnya.
Caca masih kaget dan cukup bingung dengan situasi saat ini. Dia merasa tak enak dengan Monica meski dia tau Barra tidak berpacaran dengannya.
Di sofa besar Monica masih meracau ingin mencium Barra dengan wajah sudah tak karuan. Dafin masih duduk disisinya mencoba menenangkan.
“Udah sini.. cium gw aja..” kata Dafin.
Mendengar itu Caca sempat kaget. Apa mereka gatau kalo disana ada dirinya. Namun yg didengar tidak seberapa dengan apa yg dilihatnya kini.
Monica pun dengan tanpa ragu kini menyosor bibir Dafin yg tersuguh di depannya. Mereka kini tengah berpagutan dengan liarnya tanpa mempedulikan lagi lingkungan sekitarnya.
Mata Caca ternoda. Ingin rasanya pergi dari sana tapi tangannya masih dipegang Barra.
“Seperti inikah kehidupan mahasiswa?” batin Caca mulai bertanya-tanya.
Mungkin klo mereka seperti itu pas lagi berdua Caca udah bisa maklum, tapi ini kan ditempat umum dan ada oranglain pula. Ini yg belum biasa bagi Caca, si bocah yg baru lulus SMA, anak rumahan pula.
Apalagi Caca taunya Monica suka sama Barra. Tapi bisa leluasa gtuh main nyosor aja ditawarin Dafin. Padahal mereka kan ga ada hubungan juga. Kok bisa?
Banyak hal yg belum Caca tau tentang asmara. Apa itu pergaulan bebas memang ada, makanya eyang sering mengultimatum dia. Melihat hal ini pun Caca jadi kepikiran lagi tentang jodohnya.
Pantas eyang bersikeras agar Caca bisa menjaga hati dan dirinya, ternyata seperti ini kehidupan masa perkuliahan. Apalagi sekarang ini dirinya pun mulai ingin merasakan bagaimana berpacaran seperti yg sering Elzi ceritakan.
Belum selesai rasa kaget Caca, Barra menarik pinggangnya membuat dia terjatuh masuk kedalam pelukannya.
“Udah.. jangan diliatin muluk…!” bisik Barra.
Caca yg kini tengah berada diatas dada bidang Barra pun berusaha melepaskan dirinya darisana. Caca berusaha bangun dan melepaskan pelukan Barra.
“Euh.. lu ga tidur?” kini Caca sudah berhasil bangun dan memukul lengan Barra yg menarik pinggulnya.
“Aw..!” Barra berhasil memegang tangan Caca yg memukulnya dengan mata yg masih terpejam.
“Rebahan bentar biar ga pening.” sahut Barra lagi yg kedua tangannya masih memegang tangan Caca.
Tak berapa lama Caca melihat Dafin dan Monica beranjak dari sofa. Mereka berjalan sambil memegangi pinggang satu sama lain. Saat berada depan Caca yg terhalang meja besar Dafin pun berhenti.
“Bar, ikut ga lu? Alex udah kirim pesan nih katanya di Lavigne anak-anak udah pada kumpul sebagian.” sahut Dafin.
Barra melepaskan tangan kirinya yg memegang lengan Caca dan melambaikan tangannya pada Dafin berarti tidak.
Jawaban untuk pertanyaan Dafin, sehingga Dafin pun meninggalkan Barra yg masih bersama Caca dengan memegangi Monica yg berjalan sempoyongan menuju keluar.
Caca masih setia duduk disamping Barra dengan tangan kanan tak berubah tetap menutupi wajah Barra karena pergelangan tangannya masih dipegangi Barra. Dia mengamati dengan seksama wajah yg terpejam di depannya.
Bulu mata panjangnya yg lentik, alisnya yg tebal, nafasnya naik turun begitu tenang dengan sangat teratur dan bibir yg sedikit menganga membuat Caca menelan salivanya. Dadanya kembali berdentum keras, untung Barra tertidur cukup lelap.
Caca tersenyum dengan perasaan senang namun juga gugup. Dia serasa memiliki rahasia besar karena tidak ada yg tau bahwa sekarang dia tengah asyik menatap wajah Barra yg penuh kedamaian.
Tetiba Barra menggeliat dan merubah posisi tidurnya, namun tak jua melepas tangan Caca. Dia malah mendekap tangan Caca dan kembali tertidur. Caca hanya bisa menghela nafasnya.
“Gimana ini?” batin Caca.
Tak terasa setengah jam berlalu namun Barra masih enggan membuka matanya. Caca kini memilih duduk dilantai dan bersandar pada dipan dimana Barra masih tertidur lelap. Caca mulai bosan memainkan ponselnya sedari tadi.
Baru kali ini Caca merasa tak enak hati pada seseorang untuk membantahnya. Caca pun tak mengerti mengapa dia sangat menuruti Barra. Perasaan senangnya mulai diselimuti kesal, bingung, tapi entah harus bagaimana.
Akhirnya Caca memilih menonton film di ponselnya guna menghilangkan kegalauannya. Angin malam yg cukup dingin menusuk kulitnya membuat dia pun sedikit demi sedikit menutupkan matanya.
Kini Caca ikut tertidur, dengan duduk di lantai yg dingin dan wajahnya tergolek di samping wajah Barra yg tidur diatas dipan. Ponsel Caca dia sandarkan pada tubuh Barra yg terbaring di depannya dan masih memutar film action.
...****************...
Haiii semuanya!
Maap udate rada lama udah musim liburan sekolah.. hehe,
Tetep setia yaa nantikan bab terbarunya jangan lupa tekan tombol favoritnya dong..
Mau vote sama bintangnya klo kalian suka ceritanya.. mohon dukungan kalian selalu yaa.. makasih readersss…/heart/heart/
Ada yg bisa tebak kisah selanjutnya bagaimana?
Yuk tulis dikomen.. kalian mau yg gimana, yg uwuuwu, yg hot, yg biasa aja.. ato yg diluar nurul..eh! Hahaha.. ditunggu komennya yaa… makasih semuanyaa…
Thankyuuu💙
btw aku juga punya karya Thor kalau boleh mampir ya Thor kita saling mendukung kiw kiw 😘😘