Di sebut wanita mandul memang sangatlah menyakitkan bagi wanita manapun tak terkecuali Fana. kata mandul hampir setiap hari menjadi santapan sehari-hari bagi wanita cantik itu. suami yang sepantasnya memberi dukungan bahkan seharusnya menjadi tempat untuk mengadu seakan mendukung ibunya, dan itu semakin membuat Fana merasa semakin terpojokkan.
Hingga suatu saat pekerjaannya seolah mendekatkan dirinya dengan seorang pria muda yang merupakan model di agensinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bekerja bersama pujaan hati.
"Semua ini berkat pak Handoko yang begitu sabar mengajarkan semuanya pada Riza, pah." di puji oleh ayahnya tak serta Merta membuat Riza besar kepala, pria itu justru memuji kesabaran pegawai kepercayaan ayahnya dalam mengajarkannya tentang bisnis.
Tuan Gala menepuk pundak putranya bungsunya itu. "Lanjutkan pekerjaanmu karena besok kamu akan menjadi perwakilan perusahaan untuk meeting membahas pembuatan iklan peluncuran produk baru!!." Setelahnya tuan Gala pun berlalu meninggalkan ruang kerja Riza hendak kembali ke ruang kerjanya.
Setelah kepergian ayahnya, Riza kembali fokus menyelesaikan pekerjaannya agar selesai tepat waktu mengingat sore ini ia akan melakukan pemotretan. Sejujurnya menjadi model hanyalah cara Riza agar bisa selalu melihat wajah cantik pujaan hatinya bukannya untuk mencari cuan.
*
Tepat pukul lima sore semua pekerjaan Riza di hari pertamanya telah diselesaikan dengan baik oleh pria itu. Riza bersiap meninggalkan perusahaan menuju ke studio, di mana saat ini kedatangannya sudah di nantikan.
Waktu telah menunjukkan pukul lima lewat sepuluh menit jika ia harus menukar mobilnya dengan motornya pasti akan memakan waktu yang cukup lama karena jarak dari perusahaan ke studio tidak searah. Sehingga Mau tidak mau Riza terpaksa menggunakan mobil mewahnya menuju ke studio.
"Nantilah aku pikirkan alasan jika sampai mereka bertanya tentang mobil ini." Riza yang baru saja memasuki mobilnya terdengar bergumam.
Sore ini jalanan ibukota cukup padat mengingat saat ini hampir semua pekerja kembali dari aktivitasnya masing-masing. Jika biasanya Riza bisa menyalip kendaraan lain dengan motornya, kali ini ia harus bersabar menghadapi kemacetan jalanan ibukota. saking macetnya jalanan ibukota sore ini, Riza yang harusnya tiba di studio pukul setengah enam akhirnya tertunda setengah jam, tepat pukul enam petang barulah Riza tiba ditujuan.
Saat itu Fana hendak membuang sampah di depan, wanita itu terlihat menautkan kedua alisnya saat menyaksikan sebuah mobil mewah memasuki halaman studio miliknya.
Kebingungan di wajah Fana akhirnya terjawab ketika melihat Riza turun dari mobil mewah tersebut dengan mengenakan kemeja biru muda yang di padukan dengan celana bahan berwarna hitam. Jangan tanya di mana jas yang tadi dikenakan Riza, pria itu sengaja melepasnya sebelum turun dari mobil.
"Waaaahhhh..... ternyata kamu Za, mbak pikir tadi siapa yang naik mobil mewah masuk ke pelataran studio." ucap Fana, wanita itu menyaksikan penampilan Riza dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Hebat kamu Za, sepulang dari kampus, bekerja kantoran, setelahnya lanjut pemotretan, salah satu anak muda yang patut di contoh." puji Fana, di sela langkahnya memasuki studio sementara Riza terlihat berjalan di belakang langkah wanita itu.
"Harus dong mbak, kan ada anak orang yang akan dihalalkan." ucapan Riza di anggap Fana sebuah guyonan hingga membuat wanita itu tersenyum saja mendengarnya.
Kini Fana dan Riza telah berada di ruang pemotretan. "Kamu ganti kostum dulu gih!!." Fana menyerahkan pakaian yang akan dikenakan Riza untuk pemotretan.
Sembari menunggu Riza selesai berganti kostum Fana menyiapkan sesuatunya untuk keperluan pemotretan.
Setelah kembali dari ruang ganti, Riza menuju tempat pengambilan gambar sementara Fana kini telah stand by dengan kamera ditangannya.
"Kayaknya model rambutnya kurang rapi deh." Fana mengayunkan langkah mendekat pada Riza lalu kemudian mengulurkan tangannya untuk merapikan rambut Riza yang menurutnya kurang sesuai dengan tema. tinggi badan Fana yang hanya sebahu Riza membuat wanita itu terpaksa harus berjinjit. Menyaksikan hal itu Riza lantas sedikit merunduk, dengan posisi seperti ini Riza dapat mencium aroma Vanilla yang berasal dari tubuh Fana. Tanpa sadar Riza memejamkan matanya menikmati aroma tubuh wanita pujaan hatinya itu.
Untungnya sesaat kemudian Riza segera tersadar hingga Fana tak sampai menyadari apa yang dilakukannya.
Setelah tatanan rambut Riza terlihat rapi Fana lantas kembali ke posisi semula lalu kemudian mulai mengambil gambar. Tidak bisa dipungkiri Riza memang memiliki wajah yang sangat tampan itulah mengapa Fana menjadikannya model nomor satu untuk pakaian pria.
Untuk sesi pemotretan kedua Riza kembali mengganti pakaiannya dengan stelan jas berwarna navi lengkap dengan dasi yang melingkar di leher kemeja nya. Untuk memastikan pengambilan gambar yang sempurna Fana kembali merapikan dasi yang dikenakan Riza.
Riza menatap intens wajah Fana yang tengah sibuk merapikan dasinya. ditengah kegiatan Fana, Riza justru sibuk melamun, pria itu membayangkan jika wanita pujaan hatinya itu tengah memasangkan dasi untuknya saat hendak berangkat kerja."
"Done." ucapan Fana sekaligus membuyarkan lamunan Riza. pria itu menyunggingkan senyum di sudut bibirnya ketika teringat akan lamunannya tentang wanita cantik dihadapannya itu.
Kini Fana kembali ke posisi semula lalu kemudian mulai mengambil gambar di saat Riza mulai berpose.
Dua jam kemudian akhirnya semua sesi pemotretan untuk hari ini selesai.
"Kamu pasti sangat lelah, Za, dengan jadwal kamu yang cukup padat hari ini." tebak Fana ketika keduanya beristirahat sembari menikmati teh hangat di balkon ruang pemotretan.
"Lumayan sih mbak, tapi tidak masalah demi menghalalkan sang pujaan hati Abang rela bekerja keras." kata Riza dengan nada kelakarnya.
"Cie.... yang lagi jatuh cinta." ucap Fana dengan nada menggoda.
"Mbak...." setelah beberapa saat kemudian Riza terdengar berseru.
"Hemm." Fana menoleh ke samping di mana saat ini Riza tengah duduk di sebelahnya.
"Jika seandainya ada seorang pria yang ingin melamar mbak, apakah mbak Fana bersedia menikah lagi???." bukannya tersinggung dengan pertanyaan Riza, Fana justru tersenyum mendengarnya.
"Ada ada saja kamu Za, belum juga bercerai secara resmi dari mas Indra kamu sudah menanyakan perihal menikah lagi." Fana menggelengkan kepalanya sambil tersenyum mendengar pertanyaan Riza yang menurutnya ada-ada saja.
"Lagi pula pria mana yang mau sama wanita seperti mbak, Za, Dua tahun menjalani kehidupan rumah tangga dengan mas Indra tapi mbak tidak bisa memberikan keturunan untuk mas Indra????."
"Pria yang tulus mencintai tidak akan menuntut sesuatu yang tidak dapat diberikan oleh wanitanya, mbak." ucap Riza dengan nada serius.
Fana hanya menyunggingkan senyum mendengar statement Riza.
melihat senyuman manis di wajah cantik Fana, Riza terpaku dibuatnya. memiliki wajah yang masih sangat cantik, tubuh padat berisi namun tak gemuk serta kulit putihnya yang mulus tanpa noda, membuat orang yang sebelumnya tidak mengenal Fana akan mengira wanita itu masih gadis.
Walaupun masih ingin berlama-lama bersama dengan wanita pujaan hati, namun begitu, Riza merasa tak enak sebab malam semakin larut, apalagi di studio hanya ada mereka berdua saja.
"Mbak, aku pamit ya soalnya pagi mau ke kampus entar bangun telat lagi." Riza bersiap siap berlalu.
"Ok. hati-hati, jangan ngebut, bukan berarti dihari pertama kerja kamu sudah merusak fasilitas perusahaan." pantas saja Fana tidak mempertanyakan mobil yang digunakan Riza, wanita itu berpikir jika mobil mewah tersebut merupakan fasilitas kantor yang di peruntukan bagi pegawainya.
Riza tersenyum mendengarnya. "siap mbak."
Fana mengantarkan Riza hingga ke depan, barulah setelah mobil yang dikendarai Riza tak terlihat lagi oleh pandangannya, Fana kembali ke dalam.