Raya yang baru saja melakukan ujian nasional, mendapatkan musibah saat akan datang ke tempat tinggal temannya. Kesuciannya direnggut oleh pria tak dikenal. Raya memutuskan untuk melaporkannya ke polisi. Bukannya keadilan yang dia dapatkan, namun ancaman. Tidak hanya sampai di situ saja, dia dinyatakan hamil akibat insiden itu. Lagi-lagi bukannya keadilan yang dia dapatkan, namun perlakuan buruk yang dia terima.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ROZE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16 Siapa Namanya?
"Baiklah, kita akan segera menunju kepada pengumuman yang ditunggu-tunggu, yaitu pemenangnya, yang akan mendapatkan hadis sebesar seratus juta, dan hasil desainnya akan digunakan oleh salah satu perusahaan ternama."
Seratus juta tentu saja sangat banyak untuk pemula, apalagi untuk Raya uang sangat butuh uang. Selain itu, hasil karya yang menang, yang akan dipakai oleh perusahaan, tentu akan mendapatkan uang dari hasil pemakaian kontrak itu.
Hanya ada satu pemenang, tidak ada juara tiga atau dua.
"Selamat kepada Nona Rayana Gretta Wilfred. Silahkan naik, untuk Nona Wilfred."
Raya tersenyum lebar. Di bangku yang lain, Livia dan dosennya bertepuk tangan dengan kencang.
"Dia adalah sahabatku," ucap Livia kepada orang-orang yang ada di dekatnya, tidak peduli kenal dengannya atau tidak.
"Dia adalah mahasiswi saya," ucap dosen yang ikut membanggakan Raya.
Raya maju dengan senyuman. Orang-orang menatap kagum kecantikan Raya yang alami.
"Kepada Tuan Ainsley, silahkan maju untuk memberikan penghargaan."
Jantung Raya berdetak kencang saat mendengar nama Ainsley, dan semakin kencang saat dia bertatapan dengan Keanu. Begitu juga dengan Keanu yang terlihat sangat kaget melihat Raya.
Dia ... ucap mereka dalam hati.
Rasanya Raya ingin kabur saja. Baru saja tadi siang dia berhasil kabur dari Keanu saat di malam, sekarang dia malah melihatnya lagi.
Keanu mendekat, dengan tatapan tajam, dan pastinya semakin membuat Raya gemetaran. Kakinya sudah semakin tidak bertenaga.
"Selamat." Keanu mengulurkan tangannya, yang tidak langsung disambut oleh Raya.
Demi kesopanan, akhirnya Raya—dengan terpaksa—menyambut juga ukuran tangan itu.
Keanu bisa merasakan tangan Raya yang begitu dingin dan berkeringat, juga gemetaran. Ada getaran-getaran saat kedua kulit itu bersentuhan.
Getaran trauma bagi Raya.
Keanu menyerahkan piagam dan sertifikat, juga hadiah utama yang berupa simbolis.
Keanu masih menatap tajam perempuan itu. Perasaan yang tadinya membuncah bahagia, kini hilang seketika digantikan dengan perasaan takut dan menyesal.
Mereka foto bersama, dengan Keanu yang berdiri dekat dengan Raya.
Sekarang adalah acara makan bersama, di ruangan sebelah yang sudah dipenuhi dengan berbagai makanan dan minuman. Raya diarahkan untuk duduk bersama dengan Keanu dan sahabat-sahabatnya.
"Sepertinya Saya pernah melihat Anda, Nona," ucap Virza.
Tentu saja, karena mereka masih satu kampus meski Raya tidak lama kuliah di kampus lamanya.
"Mungkin hanya orang yang mirip saja," ucap Raya, berusaha bersikap santai.
Dosen Raya juga ada di sana, tidak henti-hentinya mempromosikan Raya sebagai mahasiswi terbaik meski baru semester tiga. Keanu melirik Raya dari ujung matanya.
"Tuan Ainsley ini juga hebat sekali, ya. Kasih sangat muda tapi sudah bisa memimpin sebuah perusahaan. Bukankah Anda juga lulus lebih cepat?"
"Anda terlalu berlebih-lebihan."
Dalam hati, Raya mencibir. Orang-orang tidak tahu saja, bagaimana bejatnya pria ini dan keluarganya. Andai saja mereka tahu dosa apa yang pernah dia lakukan, apa pujian itu masih berlaku?
"Kira-kira, perusahaan mana yang akan memakai desain Aya?"
"Aya?"
"Iya, Rayana."
"Oh."
Keanu tidak ingat siapa nama perempuan ini dipanggil di masa lalu, tapi apa penting? Raya tidak tahu, apakah sopan jika dia berpamitan pulang sekarang. Ada di dekat Keanu, membuat dia kembali trauma.
Satu demi satu tamu pulang. Raya langsung mengambil kesempatan ini untuk pergi sebelum ada yang menahannya lagi.
"Aya."
"Hai, Livia."
"Kamu menginap di kamar nomor berapa?"
"Nomor 505."
Raya telah tiba di kamar hotelnya.
"Aya, bagaimana hasilnya?"
"Aku menang."
"Benarkah? Sudah seperti yang aku duga. Tapi kenapa kamu terlihat tidak senang?"
"Aku senang, hanya saja aku sangat lelah. Terima kasih atas doa dan dukungan kalian."
Raya memeluk Rean dan Rion, juga Nina.
"Kalau begitu, sebagai perayaannya, ayo kita pesan makanan yang banyak."
"Katanya kamu lelah, istirahat saja."
"Tidak, aku akan memasang makanan dan es krim. Bagaimana anak-anak, kalian senang?"
"Yey."
Makanan tiba, mata Rean dan Rion berbinar melihat makanan yang enak-enak itu. Ada steak daging, salmon ayam.
"Pelan-pelan makannya," ucap Nina.
Nina tersenyum haru melihat Rean dan Rion yang makan dengan lahap. Biasanya mereka berempat akan makan seadanya saja. Jika Raya sedang kesulitan uang, maka Nina akan membantunya, begitu juga sebaliknya.
Di apartemennya, Keanu diam saja dari tadi, meski saat ini dia tidak sendirian.
"Apa yang kamu pikirkan?"
"Tidak ada."
Pria itu meminum minuman sodanya. Dalam hati, Keanu berpikir, kenapa dia harus bertemu lagi dengan perempuan itu, setelah sekian tahun tidak bertemu. Keanu tiba-tiba teringat dengan anaknya yang tidak sempat dilahirkan ke dunia, dan mimpi-mimpinya.
Pagi harinya, Raya bangun dan melihat jam. Dia langsung teringat dengan kejadian tadi malam. Pria itu memang tidak mengatakan apa-apa, tapi tatapannya sangat mengintimidasi.
Tidak, aku tidak boleh takut. Aku bukan Raya yang dulu lagi. Aku sudah lebih kuat.
Kuat?
Kuat seperti apa?
Secara fisik, tentu saja dia tidak sekuat Keanu.
Secara kekuasaan, tentu saja dia tidak punya kekuasaan.
Secara materi, tentu saja dia pun masih kalah.
Raya menghela nafas berat, dan mengacak rambutnya frustasi.
"Mommy kenapa?" tanya Rean.
"Tidak ada."
"Apa ada yang ganggu mommy?"
"Tidak ada."
Rean dan Rion tahu, di sekitar rumah mereka, banyak pria yang suka menggoda Raya. Sebenarnya Raya sudah tidak betah tinggal di sana, tapi apa boleh buat, di sana harga sewa jauh lebih murah.
"Mommy mandi dulu, Rean bisa menonton televisi dulu."
Rean mengangguk. Setelah Raya masuk ke kamar mandi, Rean melihat Rion yang masih tidur, lalu anak itu kembali membaringkan tubuhnya di sebelah Rion.
Keanu terbangun dari tidurnya, dia keluar dari kamar dan melihat ada banyak sampah makanan dan minuman. Virza dan Vandra juga menginap di sana.
Pikirannya kembali ke tadi malam. Teringat wajah Raya yang ketakutan saat melihat dirinya.
Kenapa dia kembali sekarang?
Haruskah aku membuatnya pergi jauh?
Tepukan kencang di pundaknya menyadarkan dia dari pikirannya.
"Aku rasa, aku benar-benar pernah melihat dia," ucap Virza.
"Siapa?"
"Itu, pemenang lomba desain itu. Tapi di mana, ya?"
"Siapa namanya?" tanya Virza pada Keanu.
"Mana aku tahu."
Virza mendengkus, tidak pernah berubah juga pria di hadapannya ini.
"Lagi pula, kenapa kamu begitu penasaran padanya? Suka?" tanya Keanu.
Dalam hati Keanu berpikir, bagaimana kalau sahabatnya suka pada perempuan yang pernah dia nodai, bahkan pernah mengandung anaknya meski anak itu sudah tidak ada lagi di dunia ini.
Kalau Keanu yang seperti itu?
Tentu saja rasanya akan sangat canggung.
"Dia sangat cantik, dan berbakat. Aku yakin banyak pria yang mengejar-ngejar dirinya. Tadi malam saja, banyak pria yang terus menatap padanya. Kira-kira, dia sudah punya kekasih belum, ya?"