Mayra yang tidak tau siapa ayah kandungnya dan memiliki seorang ibu sebagai wanita malam membuatnya seakan-akan terhina.
Terlahir dari rahim wanita malam membuat Mayra dianggap sama seperti ibunya, tidak disangka dia bertemu dengan seorang lelaki yang mau menerima keluarganya.
Akan tetapi hubungannya hanya sia-sia, keluarga dari kekasihnya tidak merestui hubungannya. Yang lebih parahnya ayah dari calon kekasih baru pacarnya adalah ayah kandungnya.
Akankah Mayra bisa kembali kepada ayahnya? Bisakah Mayra merebut kebahagiaannya saat mereka tau kalau dirinya anak seorang wanita malam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peringatan Perjanjian
Emang saat pertama kali bertemu dengan Mayra, dia ingin menjadikan wanita itu wanita simpanan dengan alasan ingin menjadikan wanita itu kekasihnya. Tapi malah dia terjebak dalam perasaannya sendiri, semenjak berhubungan satu malam itu dia berpikir kalau Mayra sudah menjadi miliknya.
Tetapi dia salah, Mayra bukan kekasih benarannya melainkan pacar pura-pura yang ingin wanita itu berada di dekapannya. Kenapa sekarang dia yang dibuat bingung dengan perasaannya sendiri, sedangkan Mayra menganggap kalau kehadirannya hanya balas budi.
Entahlah apakah dia benar-benar mencintai Mayra atau takut saja, takut kalau wanita itu melanggar perjanjian awal saat menolong Mayra.
"Apa-apaan coba pria itu, diakan sudah sepakat dengan perjanjiannya sendiri kenapa berubah menjadi lupa. Apa pria itu sengaja mempersulitnya sampai dirinya tidak bisa keluar dari tempat ini." batin Mayra yang kesal dengan sikap Edrick.
Mayra meletakan tas dan buku yang sempat dia beli di gramedia bersama dengan Frans, pria itu ternyata lucu juga dia pikir Frans sangat menyebalkan tapi dia salah, yang paling menyebalkan adalah Edrick. Lelaki plin-plan tanpa bisa memutuskan keputusannya sendiri.
"Sudahlah May jangan kamu hiraukan pria itu lagi, sekarang kamu fokus dengan tujuanmu saja. Selesai tujuanmu selesai kamu bisa terlepas dari pria itu." ucap Mayra yang membuka buku yang sempat dia beli.
Sedangkan Edrick yang berada diruang kerja sangat frustasi dengan pikirannya sendiri, sudah satu hari ini dia tidak bertemu dengan Mayra, malah saat dia kembali dia tidak sengaja melihat Mayra jalan dengan pria lain.
Dia melihat Mayra sangat bahagia bersama dengan pria itu, makanya dia sadar kalau Mayra akan jatuh cinta dengan pria yang sempat jalan dengan Mayra. Jadi dia memiliki kesimpulan kalau Mayra akan mengkhianatinya, dan membuat perjanjian itu akan dikhianati oleh Mayra sendiri.
"Argh!! Kenapa aku harus memikirkan hubungan mereka, harusnya aku sadar kalau Mayra berada di sini untuk balas budi bukan yang lain. Kenapa aku harus memikirkan mereka segala." batin Edrick yang sibuk melamun sambil layar komputer itu masih menyala.
Awalnya Edrick memutuskan untuk mengerjakan pekerjaan kantor, tapi saat dia mengingat kembali Mayra bersama dengan pria lain. Seakan hidupnya langsung berubah, seperti dirinya tidak rela kalau Mayra dimiliki orang lain selain dirinya.
Mayra lebih dulu sarapan di meja makan, sedangkan Edrick masih belum keluar dari kamar. Saat Mayra sudah selesai sarapan, Edrick baru saja turun dia melihat lelaki itu melangkah ke arahnya.
"Hem!! Kau cepat sekali sarapannya, kenapa tidak nambah lagi aja lagian juga waktunya masih lama." ucap Edrick yang melihat jam tangan lalu dia kembali menatap Mayra.
"Sarapanku sudah selesai sudah waktunya aku berangkat ke kampus." jawab Mayra tanpa melihat ke arah Edrick.
"Kamu mau langsung ke kampus?" tanya Edrick yang mengambil selai coklat di toples.
"Ya."
"Mau aku antar." ucap Edrick lagi saat mata lelaki itu sekarang tertuju pada Mayra.
"Tidak usah aku sudah biasa di antar supir pribadi kamu. Lagian juga kamu sangat sibuk jadi jangan membuang waktu kamu untuk mengantarku ke kampus." kata Mayra, lalu wanita itu beranjak dan pergi dari meja makan.
Mayra memilih menatap ke kaca mobil, dia melihat kendaraan berlalu lalang di setiap tempat. Itu membuat Mayra sangat tertarik dengan kendaraan, begitupun dengan gedung bertingkat yang pernah Mayra lihat.
***
"Kita sudah sampai non." ucap supir itu melihat Mayra yang sibuk memandangi kaca mobil.
"Nona Mayra." ucap supir itu membuat Mayra sadar akan suara, lalu Mayra menatap supir itu.
"Oh sudah sampai ya pak. Kalau gitu saya duluan pak, bapak hati-hati pulangnya."
"Ya non." Mayra turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam kampus sedangkan mobil itu sudah pergi.
"Hai May." sapa Frans yang sudah berada di kantin, dia langsung menghampiri pria itu.
"Kamu cepat sekali datangnya baru juga jam berapa." kata Mayra yang memilih duduk di bangku yang sama dengan Frans.
"Ya begitulah. Aku memang paling rajin kalau masalah belajar, seharusnya kamu contoh aku supaya lebih menjadi mahasiswa teladan."
"Ya! Ya! Apa kata kamu aja." balas Mayra dengan malas, dia juga tidak mau membalas ucapan Frans yang melebihi batas.
"Tuan, sepertinya tuan tidak fokus hari ini. Apa ada masalah dengan tuan?" tanya Nik yang melihat bosnya tidak fokus di kantor.
Edrick melihat Nik yang masih berdiri sambil menatapnya, dia meminta Nik untuk membawakan segelas kopi kesukaannya. Nik yang mendapatkan perintah segera melakukan perintah tersebut, lalu lelaki itu kembali membawa kopi keinginan Edrick.
"Ini tuan kopinya."
Edrick mengangguk lalu dia mengaduk kopi itu dengan menggerakkan gelas, supaya air kopi itu mengikuti gerakannya. Setelah cukup barulah Edrick meminum kopi buatan Nik, dan meletakan kembali gelas tersebut.
Edrick menghapus jejak kopi yang berada di bibirnya menggunakan bibirnya lagi, "Menurutmu apa aku salah melakukan tindakan seperti itu sampai wanita itu marah, apa ucapanku ada yang salah atau sikapku yang membuat wanita itu merasa bosan denganku."
"Maaf tuan, maksud tuan non Mayra?"
"Ya siapa lagi kalau bukan dia."
"Menurut saya tuan yang terlalu berlebihan makanya non Mayra menganggap tuan seperti itu. Apa tuan tidak mau meminta maaf?" kata Nik membuat laki-laki itu membuang wajahnya, gimana mungkin dia meminta maaf.
Ia sama sekali tidak melakukan apapun terhadap Mayra, kenapa dia juga yang harus meminta maaf.
"Minta maaf? Apa aku harus melakukan itu?" ucap Edrick yang menatap Nik dan di jawab dengan sebuah anggukan, "Kamu tahu kalau saya tidak bisa meminta maaf oleh siapapun, lagian juga buat apa saya melakukan itu kalau saya tidak melakukan kesalahan."
"Yah kalau tuan tidak mau melakukan itu yang ada tuan yang merasa kesusahan dengan perasaan tuan sendiri. Makanya lebih baik tuan melakukan itu, wanita dengan pria berbeda tuan. Apalagi nona Mayra, dia sangat berbeda dari wanita yang pernah anda temui."
"Mayra wanita istimewa yang pernah saya temui apa tuan tidak merasakan itu." tutur Nik yang masih menatap Edrick, lelaki itu malah sibuk diam memikirkan ucapan Nik.
"Baiklah saya akan mencobanya, kalau saya gagal saya akan melakukannya sendiri dengan kemampuan saya."
Nik mengangguk saja, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan bosnya ini. Semoga saja Edrick tidak melakukan tindakan yang berlebihan terhadap Mayra, ia takut kalau bosnya ini akan melihat hal yang tidak masuk akal.
"Dimana Mayra?" tanya Edrick yang baru tiba di rumah, dia malah melihat asisten rumah tangganya tanpa melihat keberadaan Mayra.
"Non Mayra ada di kamarnya tuan." mendengar itu Edrick memutuskan untuk pergi dan melangkah ke kamar Mayra.
Tanpa mengetuk terlebih dahulu Edrick masuk, dia melihat kamar Mayra kosong hanya terdengar suara air mengalir dari dalam kamar mandi. Dia sudah menebak kalau wanita itu berada di kamar mandi, akhirnya Edrick memutuskan untuk menunggu.
Sejam menunggu akhirnya dia mendengar suara pintu kamar mandi bunyi, Mayra belum menyadari kehadiran Edrick yang terpukau dengan tubuh Mayra. Hanya memakai handuk kimono dan wanita itu sibuk mengeringkan rambut dengan handuk kecil, membuat Edrick tidak nyaman dengan penglihatannya sekarang.
Mayra masih belum sadar kalau di kamarnya tidak hanya dia sendiri, saat Mayra ingin membuka handuk kimono itu dia tidak sengaja melihat Edrick duduk dengan santai di ranjang dengan melihatnya.
Mayra kelepasan untuk berteriak saat melihat sosok Edrick, ia dengan cepat menutup kembali tubuhnya dengan handuk. Pria itu beranjak dari tempat duduk dan memilih melangkah menghampiri Mayra.
"Ka-kamu mau apa?" tanya Mayra yang terbata-bata melihat Edrick terus melangkah ke arahnya.
"Aku hanya membantumu mengeringkan rambut itu saja." ucap Edrick yang terus melangkah untuk bisa menjangkau Mayra.
"Tidak! Aku tidak yakin kalau kau akan hanya membantuku, aku yakin pasti kau akan melakukan sesuatu terhadapku."
Edrick terkekeh mendengar perkataan Mayra, wanita ini sangatlah pintar. Belum apa-apa otak wanita itu sudah tepat sasaran.
"Jangan takut gitu May aku tidak akan menggigit mu, lagian juga aku sudah pernah melihat tubuhmu itu." kata Edrick dengan santai membuat tubuh Mayra panik seketika.
Gimana tidak panik coba kalau Edrick sudah sedekat ini, malah pria itu menyentuh kedua pundaknya dengan terus menatap ke arahnya. Detak jantungnya semakin tidak karuan saat di tatap seperti itu, apalagi kehadiran Edrick membuatnya semakin gugup.
"Jangan gugup gitu May saya tidak akan melakukan itu, saya datang kemari untuk memberikan hadiah untukmu." Mayra masih menatap Edrick saat jarak mereka masih dekat, Edrick menjauhkan sedikit jarak saat dia mau mengambil sesuatu di dalam jas.