Devan, Pemimpin bisnis raksasa ditunangkan dengan Danisa. Seseorang yang berasal dari desa. Orang mengira jika tunangannya yang bernama Danisa itu adalah wanita yang tidak memiliki pendidikan tinggi dan tidak berbudaya, gila, bisu, tidak pantas untuk bersanding dengan Devan yang notabene nya berasal dari keluarga kaya raya lagi terpandang.
Semua tuduhan yang di alamatkan padanya, Danisa terima karena ia juga memiliki suatu misi rahasia. Yaitu mengungkapkan sebuah kasus yang mengorbankan keluarga nya. Danisa yang mendapatkan ilmu bedah turunan sang nenek yang merupakan seorang legenda di dunia kedokteran, sudah berhasil mengoperasi banyak orang hingga sembuh seperti sedia kala. Sampai pada suatu hari diketahui bahwa Danisa sebenarnya adalah orang yang ahli di bidang medis, semua orang langsung tercengang.
Penyamaran yang Danisa lakukan bukanlah tanpa sebab~
IG: @alana.alisha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alana alisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16: Orang Tak di Kenal
Danisa menikmati bubur ayam yang terhidang di hadapannya sampai makanan tersebut habis tak bersisa. Ia beranjak membayar makanan nya. Baru setelah itu Danisa pun lanjut berangkat ke kampus. Ia menggerakkan langkah kakinya tahap demi tahap. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba sebuah mobil sport terbaru berhenti di depan Danisa. Wanita ini otomatis bergeser ke pinggir.
“Masuklah!!” Titah orang yang berada di dalam mobil menyuruhnya masuk. Danisa melihat laki-laki tersebut dan mengamatinya sekilas. Namun karena ia tidak mengenalnya, Danisa pun memilih mengabaikannya dengan terus berjalan.
“Hey! Kenapa kau mengabaikanku? Ibu mu ingin bertemu denganmu!” Ucap orang tersebut tak sabar. Danisa menoleh lagi sekilas namun tetap terus berjalan. Gadis ini tidak menggubrisnya.
“Namaku Indra. Huh. Dasar belagu! Kamu itu hanya seorang anak haram yang dilahirkan! Kita itu punya latar belakang yang sama!” Hardik orang pemilik nama Indra tersebut. Ia benar-benar kesal Danisa mengabaikannya. Semakin tidak sabar, Indra menepikan mobilnya ke pinggir. Ia pun menghampiri Danisa.
Indra menggerakkan tangannya hendak menarik tangan gadis untuk dibawa masuk ke dalam mobil. Namun dengan cekatan Danisa menangkap tangan Indra lalu memelintirnya hingga membuat pria itu kesakitan dan semakin kesal.
Sedikit terkejut dengan serangan Indra yang begitu tiba-tiba, Danisa mempercepat jalan nya setengah berlari. Ia tergesa-gesa masuk ke dalam gerbang kampus. Masih ada lima belas menit lagi sebelum jam pelajaran di mulai. Danisa mengusap peluh yang menetes. Berlarian sedikit banyak membuat keringat dari tubuhnya mengucur. Ia menerus kan jalannya menuju kelas.
Benar-benar tidak aman. Gumamnya mengeluh.
Sesampainya di depan kelas, Danisa bertemu dengan professor yang mengasuh kelas pada pelajaran pertama yaitu professor Daniel.
“Bagaimana pekerjaanmu selama ini Danisa? Apa semua berjalan lancar?” Prof. Daniel bertanya hangat.
“Semua berjalan lancar, Prof” Sahut Danisa.
"Aku mendengar kau akan melakukan operasi besar tidak lama lagi! " Seru prof Daniel namun tetap mengontrol nada bicara nya.
"Ya, begitulah Prof... Aku berharap semua bisa berjalan lancar! " Sahut Danisa lagu. Mereka terlibat dalam obrolan santai dan terbilang asik sampai salah satu mahasiswa teman sekelasnya datang, wajah prof. Daniel kembali berubah dingin. Ia memberikan isyarat pada Danisa untuk masuk ke dalam kelas.
“Dia masih di kelas ini?” Tanya seorang mahasiswa. Teman sekelas Danisa kembali memicu gossip di antara mereka.
“Siapa?”
“Gadis bisu itu…”
“Huh Menjengkelkan. Dia tidak lebih dari seorang perempuan kampung yang bergaya seolah-olah hebat”
“Hahaha… Aku ingin tertawa mengingatnya!”
Danisa masuk bertepatan dengan mereka yang sedari tadi menggosipinya. Pembicaraan mereka terhenti saat melihat professor menyuruh mereka untuk diam dan memulai kelas. Para mahasiswa yang sangat menghormati professor kontan terdiam dan fokus benar-benar fokus pada pelajaran.
Walapun demikian, tetap saja ada banyak dari kalangan mereka yang menyempatkan diri untuk melirik Danisa dan melihatnya dengan tatapan penuh rasa tidak suka juga merendahkan.
***
Jam istirahat tiba. Sebagian mahasiwa memutuskan untuk ke kantin, sebagian lainnya memilih menetap di kelas. Beberapa pulang ke asrama. Sama halnya dengan beberapa orang yang kembali ke asrama itu, Danisa pun memilih hal yang sama. Ia ingin sedikit merebahkan diri sebelum melanjutkan pelajaran berikutnya yang akan dimulai satu setengah jam lagi.
Danisa membuka pintu kamarnya. Namun belum sempat ia menutup kembali pintu tersebut, tiba-tiba Devan mengirimkannya pesan. Tepatnya mengirimkan pesan ke nomor dengan Identitasnya sebagai dokter Dan Ara.
Devan memberikan data yang berisi Riwayat penyakit pasien yang akan ia tangani. Danisa membaca file data tersebut dengan saksama. Sesekali ia terlihat mengeryitkan kening nya.
Drrrrttttt Drrrrrrttttt
Devan kembali mengirimkan pesan.
“Apakah kita bisa mengobrol secara langsung, Dok? Akan lebih baik jika kita mendiskusikan hal ini melalui saluran telepon!” Ketik Devan. Danisa berpikir sesaat. Ia pun mengambil kontak Devan lalu melakukan panggilan.
“Halo Dok, selamat siang!” Sapa Devan dengan kesan ramah namun tetap dengan nada profesional.
“Siang tuan Devan, bagaimana? Teknis apa yang ingin tuan sampaikan?” Tanya Danisa tak kalah berwibawa tanpa basa basi.
“Seperti yang terdapat pada file yang sudah saya kirimkan. Saya ingin Dokter melakukan bedah Liver sebaik mungkin. Sebelumnya pasien gemar menikmati alkohol jenis wine juga sampanye.” Terang Devan.
“Dokter nantinya akan diliput oleh media. Seperti yang dokter pinta, kita tidak menunjukkan wajah dokter!” Tukas Devan.
"Baiklah. Tolong persiapkan segala semuanya dengan baik. Selebihnya saya juga akan melakukan yang terbaik" Sahut Danisa. Mereka terlibat dalam pembicaraan penting. Saling berbincang santai namun serius satu sama lain. Lalu mengakhiri pembicaraan setelah menyepakati jadwal kapan operasi akan dilaksanakan.
Tap Tap Tap
Driiiit
Raga yang sedari tadi berada di ruangan sebelah Devan langsung datang menghampiri.
“Lu telponan sama siapa?” Tanya Raga mengeryitkan keningnya.
“Dokter hebat ahli bedah!” Jawab Devan santai.
“Gimana pantauan lu? Kira-kira usia dokternya berapa? Dia dokter cewek atau cowok?” Tanya Raga penasaran.
“Orangnya ramah ga? Gaya bicaranya gimana? Seperti nama hebatnya ga?” Raga semakin banyak bertanya. Ia memang tertarik pada dokter yang sama sekali tidak pernah menunjukkan identitasnya itu.
“Gua ga tau!” Jawab Devan mengendikkan bahunya acuh.
"Yach,, lu ga asik banget, Dev! "
***
Jam pelajaran berakhir. Danisa memutuskan untuk ke toko buku. Ia menyetop sebuah taksi yang berlalu lalang. Penampilan khas anak yang belum genap berusia 20 tahun itu tampak segar dan trendy.
Di sepanjang perjalanan gadis ini memikirkan teknis dan menimang-nimang keadaan pasien yang akan ia tangani. Danisa mencoret-coret pemikirannya pada sebuah kertas.
“Pak, tolong berhenti di depan toko buku yang ada di seberang kanan persimpangan ya!” Titah Danisa pada supir taksi.
Baru saja Danisa turun dari taksinya. Gadis ini bertemu dengan Indra yang tadi pagi menghadangnya ketika berangkat ke sekolah. Laki-laki menyebalkan itu membawa dua orang pengawal. Ia melotot ke arah Danisa seolah-olah bola matanya hendak keluar. Laki-laki itu pun mengambil ancang-ancang ingin menampar Danisa.
***
Hi Teman-Teman, Yuk dukung terus karya Alana dengan cara LIKE KOMEN VOTE, berikan HADIAHnya. Terima Kasih ^^ Jazakumullah Khairal Jaza' ❤
IG @alana.alisha
***