Menikah bukan berarti jodoh sudah bermuara pada tempatnya. Terkadang Tuhan hanya mempertemukan, namun tidak menyatukan.
Senja adalah perempuan korban dari perjodohan kedua orangtuanya, niat hati untuk mengabulkan keinginan orang tuanya, membuat Senja harus menelan pahit sekelumit kisahnya sendiri.
Seperti apa kehidupan Senja setelah menikah????
Akankah ia temukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYSEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seandainya......
Awan POV
Sebenarnya, hari ini bukan hari libur kerja bagiku dan libur sekolah bagi Biru. Namun karena pagelaran seni yang diadakan sekolah Biru kemarin, Biru mendapatkan libur satu hari.
Sejak kejadian diatas panggung waktu itu, membuat Biru menjadi sedikit melow, ditambah guru kesayangannya yang sudah ditunggu-tunggu untuk diajak pulang bersama, malah meninggalkan kita begitu saja.
Biasanya jika libur atau izin sekolah, Biru dengan senang hati akan ikut aku kekantor. Tapi hari ini, Biru menjadi sedikit rewel, ditinggal kerja tidak mau, diajak pun enggan. Untung saja ada Viona, adik Perempuanku selaku direktur utama dikantor yang bisa menghandle semua pekerjaan.
"Biru gak mau ditinggal kerja, diajak juga gak mau. Sekarang Papa suruh ngapain dirumah?! Biru dirumah aja sama Oma ya, besok pas Papa libur kerja, Papa ajak Biru jalan-jalan." Aku mencoba untuk mengajak Biru bernegosiasi, kali saja bisa diizinkan untuk ke kantor.
Biru menggeleng lemah, Ia tetap menolak aku tinggal kerja. "Biru kangen Mama...."
Kalimat Biru membuatku sedikit terkejut. Pasalnya, sudah lama sekali Ia tidak lagi membicarakan tentang Mamanya sejak terakhir kedatangan kita ke lokasi syuting ditolak dengan kasar kala itu.
"Bi... Main trampolin ke Mall mau?"
"Mau, Pa. Biru mau!" Biru meloncat-loncat kegirangan, tawaranku untuk mengajak Biru bermain, agar melupakan kejadian kemarin yang membuatnya mengingat Mamanya kembali disambut dengan riang.
"Biru siap-siap dulu sama Oma ya!"
Mendapat perintah dariku, Biru langsung menemui Mamaku dikamar dan meminta untuk membantu mengganti pakaiannya.
"Wan, kamu mau ajak Biru kemana?" teriak Mama dari dalam kamar Biru.
"Ke Mall, Ma! Mama mau ikut?"
"Gak ah! Mama mau ada acara arisan sama ibu-ibu kompleks."
Biru berlari keluar kamar dengan mengenakan jeans selutut, kaos putih dan sendal kasual, tidak lupa dengan topi berlogo Superhero idolanya. "Sebentar! Kok style kita jadi samaan gini, Bi?!"
"Iyalah, like father like son!" jawaban Biru membuatku tertawa, darimana juga anak laki-laki yang baru berusia hampir 5 tahun mengetahui istilah itu.
Aku pun membawa Biru membelah kemacetan jalanan kota Jakarta Siang itu. Hampir satu jam lebih aku mengendarai mobilku untuk sampai di Mall terbesar di kota ini. Begitu masuk ke area Mall, Biru menarik-narik tangan ku untuk membeli Ice cream disalah satu stand.
"Biru mau Ice cream rasa apa?"
"Rainbow flavor, Pa!"
Saat sedang mengantri untuk membeli Ice cream, tidak sengaja aku melihat dua orang yang tidak asing bagiku, aku memicingkan mata guna melihat lebih jelas, Benar saja! Laki-laki dan perempuan yang sedang bercengkrama didepan salah satu stand coffee adalah guru-guru disekolah Biru.
Aku tersenyum getir, apakah mereka cinlok? Cinta lokasi diarea sekolah. Membayangkan saja membuat aku bergidik, ingatan ku kembali dimana pertemuan pertamaku dengan Mama Biru yang juga berawal dari cinta lokasi.
"Papa, aku lapar." Pagi tadi Biru tidak sarapan dengan benar, tapi baru tiba disini, Ia malah mengeluh kelaparan. mungkin karena pergi ke Mall menjadikan mood booster sendiri untuknya.
"Habis ini kita ke food court diatas ya,"
Setelah mendapatkan Ice cream untuk Biru, kita berdua pun naik kelantai berikutnya, untuk mencari makanan. Setelah melihat kesekeliling, Biru menginginkan makanan junk food. Ini kalau perginya sama Mama Utari, bisa-bisa diceramahi tujuh jam karena ngasih makan junk food untuk Biru.
Aku sengaja memilih tempat makan di sisi pembatas, sekalian melatih mental Biru agar tidak terlalu takut dengan ketinggian. Sayup terdengar suara obrolan laki-laki dan perempuan disamping tempat duduknya yang hanya tertutup pembatas triplek tipis.
Awalnya aku sempat tertegun mendengar mereka membicarakan tentang Hotel, tapi pikiran negatif ku langsung ditepis dengan jawaban polos perempuan itu. Aku menoleh kebelakang tanpa memperlihatkan semua mukaku yang tertutup topi, Benar saja! Suara yang aku dengar adalah obrolan dari guru Biru yang kuketahui bernama Senja dan Alan.
Biru menghabiskan semua makanannya dengan lahap dan tanpa bantuan, Cara Mama Utari dalam mendidik anak-anak serta cucunya memang tidak pernah salah. Terbukti, Baik aku dan Viona tumbuh besar menjadi anak-anak mandiri, begitu pula dengan Biru.
"Ayo, Pa! Main trampolinnya sekarang aja,"
"Kamu kan baru saja selesai makan, Bi! Nanti malah mual, tunggu beberapa menit ya,"
Anak ini selalu membuatku takjub dengan sikap penurutan nya, karena tak ingin membuatnya terlalu kecewa, aku ajak dia untuk membeli buku cerita di toko buku yang berada dilantai atas.
Setelah mencari-cari, Biru tertarik dengan salah satu Buku, Ia duduk bersimpuh dilorong bagian cerita fabel. "Bi, Papa di lorong sebelah, mau cari majalah bola. Kamu disini saja ya, jangan kemana-mana!"
"Iya, Pa."
Aku beringsut ke lorong sebelah untuk mencari sesuatu yang bisa dibaca, niatnya mencari majalah bola, aku justru tertarik dengan salah satu majalah bisnis dilorong depannya. Dia lagi??
Guru perempuan Biru yang tadi bersama teman laki-laki nya sedang berada di seberangku, sepertinya sedang mencari-cari novel.
Setelah melihat mukanya dengan jelas, Aku merasa tidak asing dengannya, Kayak yang pernah lihat sebelum ketemu disekolah Biru waktu itu! Tapi dimana ya?!
Sapa apa tidak ya? Sapa sajalah, toh dia kan gurunya Biru. Aku mendekati dia yang masih fokus dengan hamparan buku dihadapannya.
"Cari buku apa?" Perempuan itu tampak terkejut dengan pertanyaanku yang tiba-tiba.
"Oh, Papa Biru. Selamat siang?"
Deg!! Perasaan apa ini, aku merasa jantungku berdetak lebih cepat setelah mendapat sapaan yang diiringi dengan senyum manis dibibirnya.
Tak mendapat respon dariku, membuat Senja melontarkan pertanyaan yang lain, "Kesini sama Biru, Pak?!"
"Iya, Miss. Dia lagi cari buku cerita di depan."
Senja meletakkan buku yang ada ditangannya dan berjalan meninggalkanku untuk menghampiri Biru, aku pun mengikutinya dari belakang.
Aku tersenyum melihat tingkah Senja yang mengendap-endap mendekati Biru, kemudian berbisik ditelinga kanannya, "Assalamualaikum, Biru."
Biru yang sedang fokus membaca buku bergambar, terlonjak kaget mendapat bisikan ditelinganya, Ia langsung menoleh kebelakang, "Mama!!!"
Mendengar Biru berteriak menyebut Senja dengan kata Mama, sontak membuatku bertatap bingung dengan Senja.
"Miss Senja, Sayang!" ucap Senja meralat panggilan dari Biru.
"No! Ini bukan disekolah, jadi aku tidak perlu panggil Miss."
"Oke! Karena ini bukan disekolah, kamu gak usah panggil Miss, tapi juga jangan panggil Mama. Cukup panggil Onty!"
"Ok" jawab Biru dengan membentuk bulatan dengan ibu jari dan jari telunjuknya.
"Papa, aku mau main trampolinnya sama Onty!"
Aku menatap Senja, tapi perempuan itu seperti tidak memberi penolakan, "Tanya Ontynya, Bi. Takutnya Miss Senja lagi ditunggu orang lain."
"Onty maukan Temani aku main trampolin?! Please...."
Senja mengangguk pelan, "Boleh..." jawabnya singkat.
"Horeeee"
Aku mengambil buku dari tangan Biru, "Ini Buku yang mau Biru beli?"
" Iya, Pa."
"Kalian tunggu didepan, Papa bayar buku dulu ya!" setelah mereka berdua keluar, aku mengantri dikasir untuk membayar.
Oh, Iya!
Aku teringat sesuatu, aku berjalan kembali ke rak buku dan mengambil beberapa Buku kemudian membayarnya di kasir.
Dari belakang, aku melihat betapa bahagianya Biru berjalan bergandengan tangan dengan Senja, sesekali Ia meloncat-loncat sembari memohon sesuatu kemudian tertawa lepas bersama.
Andai Mama kamu mau seperti ini, Bi.....
Setuju banget mak, mencintai orang yg Sama dg waktu yg lama dan harus setiap hari tanpa lelah Dan bosan.
Mantap mak pesannya. Angkàt topi untukmu.
Alamak.......mantap banget kata²nya Thor.
"I know... Tapi, jika suatu saat kamu merasa ingin memulai kembali berpetualang, aku ingin kamu tahu, ada aku dan Biru yang siap menemanimu untuk kembali berpetualang, mencari seperti apa rupa kebahagiaan dan membangun tempat untuk kata Pulang,"
Bukan kata dan rayuan gombal tapi juatru kata² oenuh makna ini yg bikin hati aq juga ikut meleyot Bang Awan.