Wulan, seorang bayi perempuan yang diasingkan ke sebuah hutan karena demi menyelamatkan hidupnya, harus tumbuh dibawah asuhan seekor Macan Kumbang yang menemukannya dibawa sebatang pohon beringin.
Ayahnya seorang Adipati yang memimpin wilayah Utara dengan sebuah kebijakan yang sangat adil dan menjadikan wilayah Kadipaten yang dipimpinnya makmur.
Akan tetapi, sebuah pemberontakan terjadi, dimana sang Adipati harus meregang nyawa bersama istrinya dalam masa pengejaran dihutan.
Apakah Wulan, bayi mungil itu dapat selamat dan membalaskan semua dendamnya? lalu bagaimana ia menjalani hidup yang penuh misteri, dan siapa yang menjadi dalang pembunuhan kedua orangtuanya?
Ikuti kisah selanjutnya...,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panggilan
Akuji merasakan sangat bahagia. Ia sudah dapat membuat anak manusia tersesat dengan memuja kekayaan dan itu sangat membuatnya tersenyum lebar.
Ia sangat yakin, dengan semua kehebatannya, maka itu akan dikenal hingga ke kerajaan, dan mustahil jika mereka tak mencari dan meminta bantuannya.
Sementara itu, Bagas mengendarai kereta kuda yang baru saja dibelinya.
Ia Ia membawa Baskoro bersamanya, dan baru saja memperkenalkan Akuji kepada pria yang sedang putus asa itu. Ia ingin melamar Sarwani, tetapi tidak memiliki uang, dan sebab itu ia memberikan solusi padanya, agar memuja Akuji, dan melayani wanita sakti itu, sudah cukup untuk membuat jadi kaya secara mendadak
Hari ini Bagas sangat senang, sebab Melati sudah digrebek oeh Warga dan selingkuhannya kehilangan perkutut yang dibanggakan.
Bagas semakin yakin, jika Akuji adalah sosok yang sangat ia kagumi.
Ia menarik tali kekang kuda, dan menuju pulang ke rumah sahabatnya. Setibanya dirumah Baskoro, pemuda itu terlihat sangat senang dan hatinya penuh kebahagiaan saat membawa sekarung uang, ia akan melamar Sarwani esok hari.
Baskoro tidak melihat ayahnya yang pemalas dirumah, mungkin sedang berjudi sabung ayam dirumah warga sebelah.
"Gas, makasih ya, udah nolongin aku saat sulit begini," ucap sang pemuda dengan rasa haru.
"Sama-sama, Bas. Sesama teman harus saling bantu," jawab Bagas yang bangga dengan jalan sesatnya.
"Yo wes, aku masuk sek, yo." ucapnya berpamitan.
"Iya, aku juga mau pergi, ada urusan lain," sahut Bagas, dan menarik tali kekang kereta kudanya, lalu meninggalkan sahabatnya.
Baskoro bergegas memasuki rumah setelah berpamitan pada Bagas yang tak ingin masuk kerumahnya.
Pemuda itu juga akan menebus hutang ayahnya dan juga surat tanah yang digadaikan karena untuk bermain judi sabung ayam.
Sementara itu. Patih Kamandaka memacu kudanya untuk terus berlari. Ia sedang mendapat tugas untuk mencari keberadaan seorang yang dianggap sakti dan sangat populer dikalangan warga desa Kenongo, sebab pendekar yang berasal dari golongan hitam itu dapat memberikan harta yang berlimpah, serta apapun yang diiiginkan.
Suara derap langkah kaki kuda memecah kesunyian yang begitu hening.
Tak terlihat warga yang sedang beraktifitas. Tampaknya warga lebih senang berdiam diri didalam rumahnya, sebab mereka tak perlu lagi bekerja, karena semua kebutuhan sudah terpenuhi sejak mereka bersekutu kepada Akuji.
Sepertinya wanita itu kini menjadi idola baru didesa Kenongo yang sudah mereka anggap sebagai pimpinan mereka dan akan disah-kan di Kadipaten dengan sebuah legalisasi yang akan membuat wanita sakti itu memiliki sebuah jabatan mutlak dari sang Adipati.
Kamandaka mengedarkan pandangannya. Ia sedang mencari siapa saja yang dapat ia tanyai untuk memberi petunjuk dimana Akuji berada, tetapi sepertinya, warga tak ada satupun memperlihatkan dirinya, seolah desa ini seperti desa mati yang tak berpenghuni.
Pria bergelar Patih itu kembali memacu kudanya, lalu sesuatu membawanya ke arah keramaian yang tak biasa, dimana seorang gadis yang hanya berpakaian dalam berlari dengan teriakan kesakitan.
Ia mengalami nyeri dibagain rahimnya, sebab sesuatu tertinggal disana.
Sedangkan dibelakangnya, sebuah pondok ramai dikerumuni oleh warga, dan semua itu tak lain karena kasus asusila yang sedang terjadi semalam.
Tomo, pria yang sedang berhunungan tanpa status bersama Melati harus meninggal dunia setelah senjata pamungkasnya tertinggal dirahim wanita yang menjadi gundiknya.
Tak hanya itu, Melati yang berlarian dijalanan, mengalami penyakit kulit yang menyakitkan, dimana tubuhnya penuh kudis, dan ia harus segera ditolong untuk diberikan pengobatan, sebelum semuanya terlambat, tetapi warga menganggapnya itu adalah penyakit kutukan.
Melati terus berlari. Ia tidak sadar, jika pria yang sedang menunggangi punggung kuda itu adalah seorang patih yang merupakan panglima perang yang mengatur wilayahnya.
Kamandaka melompat dari punggung kuda dan ia sedikit tercengang melihat apa yang terjadi. "Ada apa, Nisanak? Mengapa berlarian seperti itu? Cegah sang Patih, lalu memberikan kain selendang yang menghiasi pinggangnya.
Melati berhenti sejenak, lalu dengan cepat meraih kain selendang tersebut dan menutupi tubuhnya meski tidak tertutup semua, tetapi cukup melindungi onderdilnya.
"Terimakasih, Kisanak, hanya kamu yang perduli, sedangkan mereka menghujatku." tunjuk Melati pada kerumuman warga.
Diantara mereka, ada yang mengenali Kamandaka, lalu memberikan penghormatan padanya. "Maafkan kami, Kanjeng Patih, kami tidak mengenalimu sebelumnya, apa ada yang dapat kami bantu?" tanya seorang pria yang mengenakan blangkon dikepalanya.
"Maaf, Kisanak. Saya sedang mencari Akuji, dan apa yang terjadi padanya? Mengapa sampai seperti itu?" tanyanya dengan rasa penasaran.
"Dia sedang berzinah, dan pasangannya tewas, sebab senjatanya tertinggal dirahimnya," jawab pria tersebut.
"Hah?! Mengapa bisa sampai seperti itu?" tanya Kamandaka dengan rasa heran.
"Seseorang berwajah jelek tiba-tiba datang memberikan tendangan padaku, hingga membuat milik Tomo terputus, sebab kami mengalami gancet sebelumnya," jelas Melati dengan tersedu.
"itu adalah karma dari perbuatan nista kalian lakukan, lalu dimana orang yang kamu maksud?" tanya Kamadaka merasa penasaran.
"Dia tiba-tiba datang dan tiba-tiba juga menghilang," ucap Melati lagi. "Dia juga yang memberikanku penyakit ini," ucapnya lagi dengan hati yang sakit, sebab kecantikannya hilang seketika.
Saat bersamaan, Bagas melintas menggunkan delman yang cukup mewah, dan ia berhenti sejenak, lalu menghampiri Patih Kamandaka.
Sesaat ia melirik Melati, sang mantan kekasih yang sudah berpaling darinya, dan tubuhnya penuh dengan kudis yang menjijikkan. Sehingga membuat Melati memalingkan wajahnya karena rasa malu.
"Ada apa Kanjeng Patih, apakah ada yang bisa saya bantu?" Bagas sedikit membungkuk, memberikan penghormatan kepada salah satu petinggi Kadipaten.
"Cah Bagus, saya sedang mencari seseorang yang bernama Akuji," ucap Kamandaka mengulangi, sebab pertanyaan barusan belum mendapatkan tanggapan dari warga.
"Akuji? Mengapa mencarinya, kanjeng Patih?" Bagas mulai was-was, dan ia tidak ingin jika sampai Akuji ditangkap, maka kemana lagi ia akan meminta kekayaan?
"Adipati Bisra mengundangnya ke pendopo, dan ingin bertemu dengannya," ucap Patih dengan tenang. Ia melihat satu persatu warga yang tampak gelisah.
Jika ditelisik, warga desa Kenongo memang sangatlah kaya. Rumah-rumah mereka cukup bagus diantara warga desa lainnya.
Pakaian mereka juga cukup mahal, dan desa mereka cukup makmur, meski tidak bekerja selama sepuluh tahun ini.
Kabar tentang Akuji merebak cukup luas, dan eksistensinya sampai terdengar hingga ke kerajaan Medang Jaya, dan ia dalah orang yang sangat dicari saat ini.
"Oh, kalau itu saya tau tempatnya, mari saya antar, Kanjeng Patih," sahutnya, dan mempersilahkan Kamandaka untuk naik keatas delman.
"Terimakasih, saya menitipkan kuda saya disini, dan bawa gadis itu juga." pinta sang Patih.
Bagas sedikit terkejut, ia tak suka jika Melati ikut serta. Wanita itu akan mengotori delmannya saja, wanita najis itu tidak layak bersanding didalam delmannya.
"Tidak, Patih. Jangan membawanya, saya taj sudi." tolak Bagas dengan cepat.
Melati tau, jika pemuda ity sedang sakit hati akan pengkhianatannya, hingga menilak membawanya.
"Tolong, ini perintah. Saya hanya ingin melihat kemampuan Akuji, apakah ia dapat menyembuhkan penyakitnya, dan mengeluarkan manuk yang tertinggal didalam rahimnya," ucap Kamandaka dengan gamblang.
Andai bukan jelmaan jin, pasti udah mninggoy tuh kuda. 😆