NovelToon NovelToon
Dewa Ninja Lima Element

Dewa Ninja Lima Element

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Igun 51p17

menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi renkarnasi seorang lima dewa element.

pemuda itu di asuh oleh seorang tabib tua serta di latih cara bertarung yang hebat. bukan hanya sekedar jurus biasa. melainkan jurus yang di ajarkan adalah jurus dari ninja.

penasaran dengan kisahnya?, ayo kita ikuti perjalanan pemuda tersebut.!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Igun 51p17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 15

Di sudut Kota Rasaujaya, malam begitu pekat menyelimuti kota tersebut. Empat sosok pendekar melesat  dengan cukup cepat, tubuh mereka seolah menembus bayang bayang gelap. Nafas berat dan tatapan mata tajam ke depan, memburu jejak seorang pemuda yang keberadaannya sudah mereka ketahui.

Di depan mereka, Ki Sadika, pemimpin yang dingin dan penuh percaya diri, mengangkat tangan menandai sebuah penginapan yang sudah terlihat, namun tertutup rapat.

"Itu dia tempatnya," bisiknya pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh desir angin.

Dengan gerakan senyap, keempatnya mendarat di atas dahan pohon, posisi yang strategis tapi penuh risiko. Mereka menahan napas, menatap bangunan itu dari kejauhan.

"Apa langkah kita berikutnya?" suara salah satu pendekar sedikit bergetar, mengusik keheningan.

Ki Sadika menatap tajam, lalu menjawab dengan tegas, "Kita tunggu dari sini. Jangan buat keributan apapun, terutama sekarang. Kita belum tahu pasti di kamar mana pemuda itu bersembunyi."

Pendekar lain mengerutkan kening, suaranya mencerminkan rasa penasaran dan sedikit gelisah, "Jadi kita hanya akan menunggu disini hingga dia keluar dengan sendirinya?" Tanya rekan satu tim Ki Sadika.

"Benar. Hanya itu satu satunya cara yang aman" jawab Ki Sadika singkat.

Ke empat pendekar itu. Memutuskan untuk mengawasi penginapan dari luar. Dengan harapan daapat melihat sosok pemuda yang mereka incar.

Akan tetapi, tanpa mereka sadari jika pada saat ini, justru merekalah yang sedang di awasi oleh sepasang mata yang ada di atas atap bangunan penginapan yang tersembunyi oleh gelapnya malam.

Malam itu, mereka berdiri waspada, mata menyorot ke arah penginapan yang terletak tepat di depan. Tiba tiba, sebuah suara tajam memecah keheningan membuat ke empatnya menjadi terkejut.

"Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" Suara itu bergetar penuh tekanan, menghentak di balik kegelapan.

Empat pendekar itu terkesiap, tubuh mereka seketika menegang. Refleks kependekaran langsung keluar, mereka melompat menjauh dari posisi awal, tanah keras menyambut pendaratan mereka dengan dentingan kecil.

Mereka segera memandang ke arah sumber suara, tapi kegelapan malam yang pekat seperti tirai tebal menyulitkan pandangan mereka dengan jelas. Apalagi sosok di sana sedang mengenakan penutup wajah, menyembunyikan identitasnya dengan rapi.

"Siapa kau?" Tanya Ki Sadika yang akhirnya memecah sunyi dengan suara yang berat, mata masih membuntuti bayangan samar di depan.

Bayu Wirata tetap diam di tempat, nada bicaranya dingin tapi tegas.

"Kalian tak perlu tahu siapa aku. Namun, kalian belum menjawab pertanyaanku Tadi. Apa yang kalian awasi di penginapan itu?" Suaranya menggema pelan, membungkus kegelapan dengan rasa waspada yang membara.

Empat orang itu mendengar apa yang di pertanyakan oleh Bayu Wirata. Namun, mereka sudah jelas enggan untuk menjawabnya.

"Itu urusan kami, bukan urusanmu. Jadi lebih baik kau pergi dari sini. Dan jangan ganggu kami. Jika tidak kau akan menyesal" kata Ki Sadika dengan nada yang sedikit mengancam.

Bayu Wirata tersenyum di balik kain tipis yang menutupi mulutnya. Ia mendengar dengan jelas ancaman dari salah satu orang tersebut. Akan tetapi, tidak ada rasa takut pada pemuda tersebut yang ia tunjukan kepada orang orang yang ada di sana.

Sesaat kemudian mata tajamnya melihat pakaian seragam dari mereka berempat. Walau pun gelapnya malam menghalangi jarak pandang. Namun itu semua tidak berlaku bagi Bayu Wirata.

Mata ninja yang sudah dilatih dengan sangat tekun. Membuat pemuda tersebut dapat melihat dengan jelas di dalam kegelapan malam.

"Pakaian itu, perasaan aku pernah melihatnya. Tapi dimana aku melihatnya? " gumam Bayu Wirata dalam hatinya. Lalu ia mencoba mengingat ingatnya kembali.

Hingga tidak lama kemudian, ia mengingat jika pakaian yang empat orang itu gunakan adalah pakaian yang sama dengan orang yang ia bunuh sebelumnya.

"Jadi, kalian adalah rekan dari orang tersebut" gumam Bayu Wirata sembari menganggukkan kepalanya.

Pada saat itu, Bayu Wirata menyadari jika yang di awasi oleh empat orang tersebut adalah dirinya.

"Aku tahu jika kalian sedang mengawasi seorang pemuda yang membawa bayi. Apakah tebakanku benar?" Pancing Bayu Wirata untuk memastikan.

Empat orang itu membeku seketika saat sosok dari kegelapan itu melontarkan kata kata yang membuat mereka terkejut.

"Bagaimana kau bisa tahu semua ini? Siapa sebenarnya dirimu?" tanya Ki Sadika, matanya menyipit, penuh rasa penasaran yang sulit disembunyikan.

Bayu Wirata, berdiri tegak di sana, hatinya berdegup kencang. Pertanyaan yang baru saja ia dengar. Ia anggap sebagai jawaban dari pertanyaannya tadi.

"Jadi memang benar mereka sedang mengawasiku," gumamnya pelan, terasa seperti beban yang terangkat sekaligus ancaman yang nyata.

Dengan gerakan lincah, Bayu mengangkat sedikit tangan kirinya.

"Shuriken bintang lima, katana maut," suaranya mantap menggunakan jurus pemanggil, yang ia pelajari dari kakeknya.

Seketika, beberapa shuriken tajam sudah terjepit di jari jari tangan kirinya, sementara katana warisan Ki Laksmana tergenggam erat di tangan kanannya.

senjata katana itu adalah salah satu senjata yang ada di dalam goa tempat penyimpanan harta. Mata Bayu Wirata menyala tajam, menatap penuh waspada pada keempat orang di hadapannya.

Dengan sentakan cepat dan penuh tenaga, Bayu melemparkan shuriken shuriken itu ke arah mereka.

Wushhh..

suara gesekan senjata menembus udara malam, mengancam dan penuh tekad.

Shuriken shuriken itu melesat dengan sangat cepat ke arah empat orang tersebut. Hingga dua di antara mereka tertancap shuriken bintang lima yang sangat tajam.

Crashhh..

Arkkk...

Jeritan kesakitan keluar dari mulut mereka. Akan tetapi itu adalah jeritan terakhir yang keluar. Karena tidak lama kemudian, satu sosok tiba tiba muncul di hadapannya lalu menebaskan katananya memutuskan leher orang tersebut.

Salah satu kepala sudah terlepas dari badannya. Lalu menggelinding di tanah. Dengan mengeluarkan cairan berwarna merah yang mengalir deras.

Sudah pasti jika pelakunya adalah Bayu Wirata yang menggunakan jurus perpindahan melalui suriken bintang lima yang ia lemparkan tadi.

Tidak berhenti sampai di situ, pemuda tersebut juga kembali berpindah tempat ke salah satu orang lagi yang juga tertancap satu suriken miliknya.

Wushhh..

Bayu Wirata muncul kembali sembari menebaskan katananya yang tajam ke arah perut orang tersebut.

Crashhhh.

Perut orang tersebut terkoyak dengan sangat lebar. Cairan merah menyembur keluar bersamaan dengan isi dalam dari perut tersebut. Setelah itu, kembali ia menebas leher dari orang itu.

Alhasil, lagi lagi satu kepala terlepas dari badannya. Membuat korban jiwa yang di bunuh oleh Bayu Wirata.

Dua tubuh tak bernyawa sudah tergeletak di atas tanah. Sementara dua orang lainya melompat mundur ke belakang untuk menjaga jarak.

Dua orang tersebut melihat kematian rekan mereka dengan begitu mengerikan sehingga membuat mereka sedikit menelan ludahnya.

Pada saat ini, rasa takut mulai menghantui mereka. Karena di hadapkan oleh satu sosok yang tidak mereka ketahui apa akar permasalahannya yang membuat pemuda itu menyerang mereka.

Bayu Wirata berdiri tegak di tengah kegelapan, matanya tajam menembus gelapnya malam, tatapan pandangannya mengunci pada dua sosok yang masih tersisa.

Suara Ki Sadika keluar dengan nada gemetar,

“Mengapa kau menyerang kami?” tanyanya dengan dengan suara yang sedikit gemetar. Namun getar itu cepat hilang ketika Bayu balik bertanya dengan tajam.

“Bukankah kalian yang tadi ingin mengawasi pemuda membawa bayi itu? jika aku perhatukan, pakaian kalian sama persis dengan orang yang sudah membunuh ibu dari bayi itu,” suara Bayu berat, penuh tuduhan yang menusuk.

"Sepertinya kalian adalah rekan dari orang itu" lanjut Bayu Wirata

Ki Sadika terdiam sejenak, matanya melebar oleh rasa terkejut, rasa takut yang tadi sempat menderanya, kini berubah menjadi tajam penuh keberanian dan amarah yang membara . Ia menatap lurus ke sosok pemuda yang masih berdiri tegap di balik gelap malam.

“Sepertinya kau tak bisa dibiarkan hidup,” ucap Ki Sadika, napasnya memburu. Tangannya mengepal, tenaga dalam tubuhnya mulai menyala nyala, siap untuk menyerang. Sekilas matanya melirik ke arah rekannya, mencari kesigapan dan sinyal untuk bertindak bersama.

"Ayo kita habisi dia" kata Ki Sadika sembari melesat ke depan. Lalu menarik pedang yang tergantung di balik punggungnya.

Srenggg..

Suara gesekan pedangnya yang berderit ketika di tarik keluar dari warangkanya.

Rekan Ki Sadika menganggukkan kepalanya. Dan ia juga melesat ke depan mengikuti Ki Sadika.

Bayu Wirata menatap tajam dua sosok yang segera melancarkan serangan ke arahnya.

Ketika jarak semakin mendekat, ia langsung memasang kuda kuda bertarungnya. Otot ototnya menegang, sementara tenaga dalam mengalir deras dari dalam tubuhnya.

Pedang pedang lawan melayang deras ke arahnya, tapi dengan cekatan ia membalas, menyambut ayunan pedang pertama dengan tebasan tajam senjata yang tergenggam erat di tangannya. “Trangg… trangg…” suara benturan senjata mereka menggema di udara malam, mengeluarkan percikan api yang berkilat di kegelapan. Kilauan itu terlihat memukau dari kejauhan, tapi sangat mengerikan jika di lihat dari jarak yang sangat dekat.

Nafasnya memburu, tubuhnya yang langsing harus berjuang keras menghadapi dua lawan sekaligus. Sekilas raut wajahnya menampakkan sedikit ketegangan, namun matanya tetap fokus dalam pertarungan yang baru ia lakukan dengan penuh perhitungan.

Dalam pertarungan tersebut. Mereka saling serang satu sama lain. Namun semua serangan yang mereka lakukan. Sama sekali tidak melukai lawan sedikitpun. Pertarungan satu melawan dua terlihat bergitu imbang. Bayu Wirata yang hanya seorang diri dan juga memulai terjun ke dalam pertarungan sesunghuhnya, masih dapat mengimbangi serangan serangan lawan.

Mereka melakukan pertarungan tersebut cukup berlangsung lama. Hingga beberapa saat. Bayu Wirata menyadari jika ia tidak bisa menumbangkan lawannya hanya dengan jurus jurus biasa.

Bayu Wirata menarik napas dalam dalam. Ia menggenggam lebih erat senjatanya, lalu dengan gerakan cepat dan penuh keyakinan, Tubuhnya pun bergerak lebih lincah dari sebelumnya, menangkis setiap serangan yang datang. Hingga di satu ke sempatan ia langsung mengeluakan salah satu jurus ninja miliknya

"Jurus ilusi peniru" kata Bayu Wirata sembari ia melompat ke belakang menjaga jarak.

Wushhshh

Sebuah gelombang energi melesat menerpa Ki Sadika dan juga rekannya. Sesaat keduanya merasakan pijakan mereka terasa goyang. Hal itu adalah reaksi pertama dari jurus yang di keluarkan oleh Bayu Wirata.

Saat gelombang energi menerpa tubuh mereka. Kedunya langsung menutup mata sesaat. Hingga pada saat mereka membuka mata kembali. Mereka di kejutkan dengan sosok yang menjadi lawan mereka sudah berada dekat dengan mereka masing masing. Spontan keduanya saling melompat mundur ke belakang untuk menjaga jarak.

Pada saat itu, keduanya sudah terkena jurus ilusi peniru dari Bayu Wirata. Yang membuat mereka melihat rekan sendiri sebagai sosok yang menjadi lawan mereka. Hal itu sudah jelas tanpa mereka sadari sama sekali.

Kedua rekan satu tim itu saling pandang dan saling beranggapan jika yang ada di hadapan mereka adalah sosok lawan mereka.

Hingga tidak berapa lama kemudian. Keduanya melesat dengan kecepatan tinggi, sembari mengayunkan pedang yang mereka pegang.

Tranggg..

Trangg..

Dentingan senjata mereka berirama ketika saling bergesekan. Memercikan api yang membuat penerangan dalam waktu singkat di malam itu.

Keduanya saling serang dengan kemampuan masing masing tanpa ada yang ingin mengalah. Namun pada saat itu, Ki Sadika merasakan satu keanehan dalam pertarungannya tersebut.

"Apa yang sudah terjadi?" Mengapa dia bisa menggunakan jurus khas Berguruan Badai Neraka" gumam Ki Sadika sembari mengayunkan pedang yang tergenggam erat di tanganya.

Pada saat itu, ki Sadika masih belum menyadari sama sekali dengan jurus yang sudah memanipulasi pengkihatannya.

Ki Sadika terus mengayunkan pedang yang ada di tangannya tanpa henti, menyerang sosok di depannya dengan rasa penasaran yang tinggi.

Namun, setiap jurusnya selalu berhasil dihentikan dengan kokoh oleh pertahanan lawan, yang tampak memakai jurus yang sama dengan jurus yang ia miliki. Yaitu jurus khas dari Perguruan Badai Neraka.

Merasa ada sesuatu yang ganjil. Ki Sadika menghentakkan kakinya dengan cukuo, lalu mendorong tubuhnya mundur perlahan kebelakang untuk menjaga jarak.

Huppp..

Kaki Ki Sadika mendarat berat ke tanah, mata tajam menatap sosok itu penuh curiga.

"Mengapa kau bisa menggunakan jurus dari Perguruan Badai Neraka?" suaranya bergetar penuh heran, menunggu jawaban yang tak kunjung datang. Diam. Hanya kesunyian malam yang menjawab.

Tapi tidak lama, tiba tiba sebuah teriakan nyaring menggema, mengiris udara dengan ganas dari sosok yang ia lawan tadi.

Arkkhh..

Ki Sadika mendelik, tubuhnya membeku sejenak saat sosok lain melesat cepat bak bayangan Tak terlihat. Pedang tajamnya menebas tanpa ampun, membabat leher lawannya hingga terputus. Kepala sosok itu terjatuh dengan suara gemerincing.

"Apa yang sedang terjadi, siapa yang sudah membunuhnya" gumam Ki Sadika yang tidak mengetahui sosok yang tiba tiba datang membunuh itu.

Pada saat itu, Ki Sadiwa sama sekali tidak bisa melihat wajah dari orang yang ada di seberang sana karena pandangannya yang terhalang gelapnya malam.

Satu sosok itu berdiri dengan tegak. Sembari memegang satu tubuh yang sudah tidak berkepala. setelah itu, ia melepaskan tubuh tersebut. Sehingga ambruk ke atas tanah dengan sangat keras.

Perlahan sosok itu berjalan pelan. akan tetapi, tiba tiba kakinya menendang kepala yang tergeletak di atas tanah itu. Lalu menggelinding di atas tanah menuju tempat Ki Sadika berdiri.

Ki Sadika melihat kepala itu menggelinding ke arahnya. Hingga sesaat kemudian. Matanya di buat terbelalak. Ketika mengetahui kepala itu adalah rekannya sendiri.

"Tidak mungkin,, bagaimana bisa ia menjadi rekan satu timku padahal tadi aku sempat bertarung dengannya" gumam Ki Sadika yang sudah tidak lagi berada dalam pengaruh jurus ilusi. sehingga ia penglihatannya sudah kembali normal.

1
nts 03
no komen yg jelas keren banget
nts 03
keren/Good//Good//Good//Good/
nts 03
keren
igun 51p17
berikan bintang lima kalian sebagai penyemangat saya dalam berkarya.
Baby MinMin <3
Baper abis. 😢❤️
Claudia - creepy
Hats off untuk authornya, karya original dan kreatif!
Zuzaki Noroga
Kece banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!