NovelToon NovelToon
She Is Mine

She Is Mine

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / CEO
Popularitas:817
Nilai: 5
Nama Author: ArumSF

Berliana dan Exsel dulunya adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Sebuah insiden terjadi, hingga muncul kesalahpahaman diantara mereka.

Masing-masing saling membenci dan mengelak rasa sayang yang masih sama meskipun 5 tahun telah berlalu.

Dengan status dan kekuasaan Exsel, sangat sulit bagi Berliana untuk bisa lepas dari genggaman Exsel.

“Bagiku tak ada kata kembali! kaca yang pecah tak akan bisa memantulkan bayangan seperti semula.” ~Berliana

“Rasanya sulit melepaskan wanita itu, sekalipun dia yang salah. Kenapa?” ~Exsel

Jadi sebenarnya siapa yang salah? dan siapa yang benar?

Hingga perlahan-lahan kebenaran mulai terungkap, kesalahpahaman pun mulai terpecahkan. Hingga pada akhirnya menunjukkan Berliana tidak bersalah. Lalu bagaimana cara Exsel menebus kesalahpahaman itu pada sosok Berliana yang masih dicintainya?

Dan bagaimanakah sikap Berliana yang akan membalas ketidakadilan yang ia terima pada musuh-musuhnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ArumSF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Anira dan Berliana

Begitu mendapatkan informasi yang diinginkannya, Harry kini terlihat sangat senang. Ia lalu langsung tertawa dengan terbahak-bahak layaknya orang gila.

“Sudah aku duga, Berliana kesayanganku bukanlah wanita yang seperti dirumorkan. Dia adalah wanita yang jelas menyukai laki-laki.” Harry tertawa senang. Layaknya seseorang yang sedang sangat bahagia Harry terus saja tersenyum.

Asisten yang biasa mendampingi Harry hanya diam, setidaknya jika dalam suasana hati yang baik seperti sekarang. Harry tidak akan pernah memukul para bawahannya.

Menatap ke arah asistennya, Harry menopang dagu lalu berkata, “Aku dengar jika Berliana pernah memiliki hubungan dengan seseorang, apa sudah ada informasi tentang siapa lelaki itu?” tanya Harry yang di jawab gelengan lemah dari asistennya.

Sifat Harry ini tidak ada bedanya dengan seorang wanita yang sedang datang bulan. Mudah sekali marah hanya karena hal yang tidak disukainya.

“Maaf tuan, informasi yang Anda inginkan sangat sulit untuk saya cari tahu.” Asisten itu menunduk takut, bahkan meski tidak siap untuk dihukum, asisten itu hanya bisa menerima itu.

Jika bukan karena gaji yang sangat tinggi. Mungkin asisten itu tidak akan bisa bertahan selama ini.

Kadang asisten itu berfikir apakah semua keturunan keluarga Safety sama seperti Harry? apakah tuan Erland dan nona Chelsea yang terlihat berwibawa itu bersifat seperti Harry yang pemarah pada bawahannya?

“Dasar bodoh!, apa gunanya kamu sebagai asisten jika tidak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Kamu adalah salah satu asisten terbaik di negara ini, apakah memang sebodoh itu kamu?”

Sebagai keluarga besar yang memegang posisi ketiga dalam mengendalikan ekonomi negara, keluarga Safety pasti memilih asisten yang terbaik untuk keturunannya. Hanya saja dibandingkan mengelola perusahaan. Harry yang merupakan sepupu Erland lebih memilih menjadi seorang model dan aktor.

“Sekali lagi saya minta maaf, sepertinya identitas orang itu bukanlah orang sembarangan. Sangat sulit, bahkan hanya untuk sekedar tahu namanya.”

“Sudahlah, sekalinya bodoh akan tetap bodoh. Sana keluar!, dasar nggak berguna. Kerjakan tugas kamu sebagai asisten dengan benar, awas jika sampai kamu malas-malasan!.”

...*****...

Berliana tidak menyangka jika seseorang yang tidak pernah masuk kedalam dugaannya, kini menemui dirinya.

Seseorang yang benar-benar sangat dirindukan dan sangat ingin Berliana temui. Tapi karena sesuatu hal, Berliana memilih tidak menemui orang itu.

“Kak Ana, kakak tidak senang bisa bertemu dengan Anira?” tanya Anira yang kini menatap Berliana sedikit sendu.

Tatapan rindu tidak dapat dihilangkan dari raut wajah Anira.

“Rindu, sangat rindu. Tapi ..., bukankah tak seharusnya kita bertemu, karena Kakak kamu tidak akan senang jika sampai dia tahu kita bertemu.”

Jika harus jujur, Berliana sebenarnya sangat senang bisa bertemu dengan Anira yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Bahkan rasa senangnya tidak bisa Berliana ungkapkan dengan kata-kata.

“Anira rasanya jauh lebih rindu dari Kakak, sangat rindu ...,” ekspresi Anira terlihat sungguh-sungguh dengan tangan yang Anira rentangkan, tingkahnya mirip anak-anak walau tidak bisa dipungkiri, meski manja Anira sangat pintar dalam belajar.

“Hihihi, kamu tidak berubah. Sangat lucu,” ucap Berliana.

Berliana ingat saat Anira berumur 10 tahun, tingkah Anira menurutnya sangat menggemaskan, saat itu pertama kalinya Berliana dengan Anira bertemu.

“Tapi kata Kakak Exsel, justru Anira terlalu manja dan kekanak-kanakan,” ucap Anira sedikit mencebik karena kesal saat memikirkan kakaknya.

Mengetahui siapa yang sedang dibahas oleh Anira, Berliana sedikit canggung dan tidak nyaman. Ia yang telah terbiasa tidak mendengar kabar orang itu, Berliana mendadak jadi teringat dengan orang yang Anira maksud. Exsel, orang yang sedang Anira bahas.

Padahal beberapa bulan lalu Berliana sempat bertemu dan bersitatap langsung dengan Exsel. Hanya saja akhirnya mereka masing-masing saling menghindar dan bersikap seolah tidak kenal.

“Bisakah kita tidak membahas Kakak kamu?, maaf.” Terdengar ucapan sedikit sesal dan tidak nyaman dari Berliana.

“Maaf Kak, Anira tadi kurang peka. Baiklah apa Kakak masih ingat tentang pertemuan kita pertama kali?” tanya Anira yang langsung diangguki oleh Berliana.

“Tentu, Kakak nggak akan lupa saat itu. Karena pada saat itu Kakak harus penuh perjuangan untuk bisa mendapat hati kamu. Bukankah begitu?” tanya Berliana diakhir kalimat yang langsung diangguki dengan disertai senyum cengengesan oleh Anira.

Anira tentu juga ingat saat pertama kali kakaknya mengenalkan Berliana sebagai kakak iparnya, ia dengan tegas menolak itu. Tapi karena kegigihan dan ketulusan Berliana akhirnya Anira luluh.

Flashback

“Hay,” sapa Berliana yang terkesan ramah, usianya kira-kira baru berusia 18 tahun. Ia terlihat cantik dan terlihat manis dengan sikap ramahnya.

Padahal biasanya Berliana selalu memasang wajah acuh dan tidak peduli pada sekelilingnya.

Anira yang sedang berada di pinggiran kolam renang, ia langsung menatap sengit dan tak suka pada Berliana. Anira yang memang sangat anti sekali dengan orang baru, ia akan selalu bersikap ketus dan jutek pada orang-orang yang baru ia kenali.

“Kamu Anira 'kan?” tanya Berliana.

Meski tahu sedang di abaikan, Berliana orang yang pantang menyerah terus bertanya dengan ramah.

“Ya?, mau minta tanda tangan?” tanya Anira acuh, ia terlihat masih berumur 10 tahun. Tapi sikapnya terlihat bagai anak yang sudah sedikit dewasa. Ia terlihat sedikit sombong saat memandang Berliana.

“Bolehkah?” Berliana tidak peduli jika sedang diremehkan. Ia terus saja berusaha akrab dengan seorang Anira yang akan menjadi adik iparnya.

“Sayangnya aku tidak mau, bwee,” ledek Anira memeletkan lidahnya seolah meledek.

Anira bangkit dan hendak pergi, sayangnya kakinya yang terasa licin itu membuatnya jatuh ke dalam kolam renang.

Berliana yang awalnya terkesiap karena hal itu, ia langsung cepat tanggap dan ikut terjun masuk ke kolam renang yang tingginya lebih dari 2 meter.

Sayangnya Berliana lupa jika dirinya juga tidak pandai berenang, tapi untungnya penjaga kolam renang dan rekannya datang dan menyelamatkan mereka berdua.

“Maaf, aku nggak bisa selamatin kamu,” sesal Berliana pada saat mereka berdua berada di kamar Anira.

Anira yang bisa melihat ketulusan Berliana hanya tersenyum, dan itu menjadi awal kedekatan mereka berdua.

Flashback end.

“Aku masih nggak ngerti sampai sekarang mengapa ada kolam yang sedalam itu?”

Pertanyaan Berliana berhasil menyadarkan Anira dari lamunannya.

“Bahkan karena kejadian itu aku sampai trauma untuk berenang,” lanjut Berliana yang di angguki oleh Anira.

Tidak hanya Berliana, Anira bahkan trauma dan tidak pernah bermain di pinggir kolam renang yang tidak pernah Anira ketahui kedalamannya lebih jelas. Pantas saja dulu kakaknya selalu melarang dirinya agar tidak bermain di sekitar kolam renang.

“Entah, Anira juga bingung dengan fungsi kolam renang itu. Hanya saja Anira dengar jika kak Exsel sering berenang di sana.”

Berliana yang mendengar itu hanya mengangguk kepala tanda mengerti.

Mungkin itu alasan Exsel bisa memiliki bentuk tubuh yang indah dan berbentuk. Berliana juga pernah mendengar jika Exsel dulu saat SMA pernah menang lomba renang antar kota.

Sadar dengan pikirannya itu, Berliana segera menggelengkan kepalanya. Berliana seharunya tidak memikirkan seorang yang tidak seharusnya ia pikirkan.

...*****...

Sementara di tempat Exsel.

Exsel kini sedang duduk dengan di temani oleh Arfan.

Mereka berdua hanya diam dan memperhatikan interaksi antara Berliana dan Anira melalui kamera pengawas yang terhubung.

Sebenarnya mereka berempat berada di restoran yang sama, bedanya mereka berada di ruang yang berbeda.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!