Kisah kehidupan seorang Gus yang membawa obor kebenaran di medan gelap perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mereka Datang
Penjagaan di wilayah perbatasan hutan belantara yang berbatasan dengan wilayah pemukiman manusia diperketat dan diperkuat.
Pasukan khusus penjaga perbatasan sekarang dipimpin langsung oleh Zar si singa. Raja Hutan.
Tidak dibolehkan satu ekor binatang bertugas sendirian.
Menyambut hal besar yang akan datang. Satu kelompok penjaga minimal berjumlah tiga binatang.
Formasinya pun diubah dan disesuaikan.
Para binatang yang bergerak lambat di taruh di kawasan baris kedua atau ketiga.
Baris pertama yang terdepan adalah tempat untuk mereka binatang-binatang yang bisa bergerak dengan lincah dan cekatan.
Dan mereka yang punya indera dan mata-mata yang tajam.
Selama ini ada seekor burung yang bernama Fly yang ditugaskan untuk memata-matai manusia pasukan penjajah yang tinggal di pemukiman pesisir.
Fly adalah seekor burung pipit berwarna coklat.
Kehadirannya yang tidak mencolok mudah untuk dihiraukan dan tidak menarik perhatian siapapun.
Pantaslah ia ditunjuk oleh hutan belantara sebagai seekor burung mata-mata.
Pada suatu malam di wilayah perbatasan
Zar sedang berjaga ditemani oleh Gus dan juga seekor tupai yang bernama Pir.
Datang kepada mereka seekor burung pipit yang terbang tanpa suara.
Siapa lagi kalau bukan Fly yang ingin melapor kepada Zar Raja Hutan pemimpin pasukan khusus penjaga perbatasan.
"Ini penting",
"Besok pagi para manusia itu mau berburu",
"Ke dalam hutan belantara",
Fly pergi sesudah menyampaikan berita yang sangat krusial ini.
"Apa rencana mu Zar?",
Zar memanggil semua burung gagak hitam yang sedang berjaga malam.
"Sekarang juga sampaikan kepada semua pemimpin kawanan binatang",
"Besok pagi jangan sampai ada yang keluar",
"Bersembunyi lah di dalam pedalaman hutan belantara yang jauh",
"Jangan sampai terlihat oleh manusia pasukan penjajah",
Keesokan paginya
Beberapa manusia datang berburu ke dalam hutan belantara.
Mereka adalah para petinggi dari pasukan penjajah yang mendiami markas intelejen di pulau yang terpencil ini.
Sesuai dengan perintah dan instruksi oleh Raja Hutan. Tidak ada binatang satu pun yang boleh menampakkan sosoknya kepada manusia jahat yang datang.
Bahkan Pol pun ikut bersembunyi di dalam goa yang ada di atas bukit yang jauh.
Hanya dua penghuni hutan belantara yang diperbolehkan untuk mengawasi sekaligus mengamati mereka.
Yaitu Jel elang gunung yang berada di ketinggian di atas pohon-pohon besar yang menunjuk ke langit.
Dan juga seorang manusia yang sudah hafal dengan seluk beluk dalam hutan belantara.
Gus mengikuti para manusia penjajah itu dari balik semak belukar, pepohonan dan juga kegelapan.
Jel dan Gus tidak hanya sekedar mengawasi para manusia pemburu yang terlihat mereka juga sedang mencari anjing-anjing asing yang hilang.
Tapi Jel dan Gus juga mengarahkan mereka supaya tidak berlama-lama berada di dalam hutan belantara.
Gus baru tahu. Ternyata biarpun sama-sama manusia tapi bahasa mereka ketika berbicara berbeda.
Besar badan dan bentuk rupanya pun juga tidak sama.
Gus yang berambut gelap sama seperti Pol heran melihat orang-orang itu rambutnya berwarna kuning emas dan kulitnya lebih pucat.
Ini juga untuk pertama kalinya Gus melihat senapan atau senjata laras panjang.
Mereka menembakkan nya beberapa kali. Membuat bekas luka lubang-lubang di pohon-pohon besar.
Gus jadi benar-benar mengerti kenapa ada peraturan bagi penghuni hutan belantara dilarang untuk mendekat kepada mereka manusia pasukan penjajah.
Karena terkena satu bidikan saja bisa melayangkan nyawa.
Karena tidak bertemu dengan siapa pun di dalam hutan belantara. Pasukan penjajah yang niatnya mau berburu itu pun pergi. Pulang kembali ke tempat pemukiman di pesisir.
Mungkin untuk yang terakhir kali.
Malam ini tugas untuk Gus belum selesai.
Masih ada tugas penting untuk anak manusia jagoan.
Zar memerintahkan Gus dan Pir untuk melakukan sebuah misi rahasia.
Dari sekian banyak pilihan. Gus yang paling layak dan mumpuni untuk melakukannya.
Dengan didampingi oleh Pir. Seekor tupai yang sudah akrab dengan Gus selama menjadi partner berjaga belakangan.
Mereka akan diarahkan oleh Fly burung pipit mata-mata.
Misinya adalah pergi ke tempat musuh. Markas pasukan penjajah di pemukiman manusia di dekat hutan pesisir.
"Kamu sudah tahu yang harus kamu lakukan Gus",
"Segera tinggalkan tempat itu begitu kamu sudah menyelesaikan tugas",
"Jika ketahuan kabur lah melarikan diri",
Zar berpesan kepada Gus untuk berhati-hati dan tetap mengutamakan keselamatan jiwanya sendiri.
Lewat tengah malam misi dimulai
"Ikuti aku",
"Jangan bersuara",
Fly burung pipit meminta Gus dan Pir tupai untuk mengikutinya.
Mereka berjalan dengan langkah yang hati-hati memasuki wilayah pemukiman manusia.
Fly terbang terlebih dahulu.
Burung pipit hinggap di atas atap rumah kayu.
Tempat itu adalah gudang senjata. Di dalamnya terdapat banyak senapan berserta bubuk mesiu dan peluru.
Gus harus masuk ke dalam rumah senjata untuk menyelesaikan misinya.
Terlebih dahulu seekor tupai mengalihkan perhatian.
Pir dari atas atap rumah melompat tepat di atas kepala seorang prajurit.
Prajurit pasukan penjajah yang sedang berjaga di depan gudang senjata.
Orang itu panik. Tupai masuk ke dalam baju seragam yang longgar.
Tupai berkeliaran di dalam pakaian.
Prajurit itu geli sekaligus sakit karena sesekali digigit. Bergeliat tampak seperti orang yang tidak waras.
Di saat itu Gus mengendap-endap masuk ke dalam gudang senjata. Melalui celah yang lemah dan tidak terlihat.
Sebuah jendela yang terbuat dari jeruji bambu. Dengan tubuhnya yang kuat sekaligus lentur Gus bisa masuk dengan paksa.
Di dalam ruang yang gelap. Gus masih bisa melihat dengan matanya yang sudah terlatih.
Kegelapan di dalam hutan belantara jauh lebih gelap berkali-kali lipat lagi.
Gus menemukan karung berisi bubuk-bubuk mesiu.
Gus melakukan tugasnya dengan cara mencampur semua bubuk mesiu yang ada dengan pasir.
Perbandingannya satu banding satu.
Gus melakukan hal yang sama dengan semua senapan senjata laras panjang yang ia temukan di dalam gudang.
Mengisi penuh setiap senapan dengan pasir pantai. Dimasukkan lewat lubang moncong sampai tak muat lagi.
Dua langkah itu sudah menjadi jaminan bahwasanya para manusia pasukan penjajah kehilangan kekuatan.
Sebelum pagi datang Gus dan Pir harus sudah pergi meninggalkan tempat pemukiman penduduk yang sudah berubah menjadi markas tentara penjajah.
Burung pipit kembali mengarahkan Gus dan tupai untuk kembali ke dalam hutan belantara.
Mereka sudah ditunggu oleh Zar Raja Hutan.
"Bagaimana Gus?",
"Kami sudah melakukannya",