NovelToon NovelToon
Guru TK Yang Cantik

Guru TK Yang Cantik

Status: sedang berlangsung
Genre:Masalah Pertumbuhan / Karir
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Di TK Pertiwi Masaran, Bu Nadia, guru TK yang cantik dan sabar, mengajarkan anak-anak tentang warna dengan cara yang menyenangkan dan penuh kreativitas. Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti balon pecah dan anak yang sakit perut, Bu Nadia tetap menghadapi setiap situasi dengan senyuman dan kesabaran. Melalui pelajaran yang ceria dan kegiatan menggambar pelangi, Bu Nadia berhasil menciptakan suasana belajar yang penuh warna dan kebahagiaan. Cerita ini menggambarkan dedikasi dan kasih sayang Bu Nadia dalam mengajarkan dan merawat anak-anaknya, menjadikan setiap hari di kelas menjadi pengalaman yang berharga dan penuh makna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cinta di Taman Belajar - Kisah Nadia, Arman, dan Aldo

Begitu suasana agak tenang, tiba-tiba Aldo berlari mendekat dan tanpa ragu ikut nimbrung dalam percakapan orang dewasa itu. Dengan mata berbinar-binar, ia memanggil, "Calon mama ku, yuk kita main lagi di rumahku!" kata Aldo dengan polosnya, sambil menarik-narik tangan Nadia.

Sontak, Bu Fitri dan Bu Rina langsung tertawa terbahak-bahak. Mereka berdua saling tatap dengan senyum penuh arti, lalu dengan nada bercanda mereka berkata, "Ehemmm... ehemmm... calon mama nih!"

Bu Fitri menambahkan, "Wah, belum sah udah diangkat jadi mama, nih!"

Nadia langsung tersipu malu. Mukanya semakin merah padam, apalagi sekarang yang ikut meledek bukan hanya teman-teman guru, tapi juga muridnya sendiri. "Aduh Aldo, nggak boleh begitu ngomongnya, sayang," ucap Nadia sambil mencoba menenangkan situasi.

Arman hanya tertawa, melihat betapa polosnya Aldo. "Nah, gimana tuh, Nadia?" goda Arman sambil melirik ke arah Nadia dengan senyum penuh kemenangan.

"Eh, jangan ikut-ikutan, dong!" kata Nadia sambil mencubit pelan lengan Arman. "Aldo, kita nanti mainnya lain kali aja ya, sekarang waktunya pulang dulu," lanjut Nadia sambil menunduk dan tersenyum lembut kepada Aldo.

Namun, Aldo yang masih bingung dengan suasana candaan itu malah bertanya lagi, "Lho, kok mama pulang sendiri? Kan mama udah mau tinggal di rumah Aldo?" tanyanya dengan polos, membuat suasana semakin riuh dengan tawa.

"Ya ampun, Aldo," kata Nadia dengan lembut, "Kan bu guru sama bapakmu baru pacaran, belum jadi mama beneran, nanti kalau udah waktunya, mama pasti sering main ke rumah Aldo."

Rekan-rekan guru yang mendengar itu semakin geli. "Ih, so sweet banget ya!" seru Bu Rina sambil tersenyum lebar, lalu menambahkan, "Cieee... Nadia udah siap jadi ibu nih."

Nadia hanya bisa tertawa kecil, mencoba menutupi rasa malunya, sambil menunduk. "Yaudah, udah cukup ya ledekannya," katanya sambil tersenyum. "Ayo, Aldo, pamit dulu ya sama bu guru yang lain."

Arman tersenyum, sambil menatap Nadia dengan tatapan penuh arti. "Oke, Aldo, ayo kita pulang. Nanti kita main lagi sama calon mama, ya," katanya sambil menggandeng tangan Aldo dan melirik Nadia dengan penuh canda.

Di tengah suasana penuh tawa dan ledekan, Nadia merasakan hatinya semakin hangat. Meskipun malu, ia tahu di dalam hatinya bahwa ini adalah awal dari sebuah kebahagiaan yang baru.

Setelah Aldo dan ayahnya pulang meninggalkan sekolah, suasana di antara Nadia dan rekan-rekan guru masih penuh tawa dan kehangatan. Nadia yang sudah tak bisa menahan rasa gemasnya, langsung beraksi dengan mencubit pundak Bu Fitri dan Bu Rina secara bergantian.

"dasar!" seru Nadia sambil mencubit pundak Bu Fitri dan Bu Rina. "Kalian tuh bener-bener deh!"

"Eh, sakit, Nad!" teriak Bu Fitri sambil tertawa, mencoba menahan rasa sakit yang disebabkan oleh cubitan Nadia. "Nggak usah gemes-gemes, kita kan cuma bercanda!"

Bu Rina yang juga kena cubit hanya bisa tertawa lebar. "Iya iya, Nadia sekarang lagi berbunga-bunga nih! Ya ampun, sayang, kok bisa sih gemes sampai kayak gini?"

Nadia tertawa sambil menggelengkan kepala. "Kalian tuh ya, nggak ada kapoknya ngeledek. Tega banget! Aku jadi malu gini," ujarnya sambil memiringkan kepala.

Bu Fitri yang masih menahan tawa malah menimpali, "Lah, kita cuma bantu promosi! Calon mama Aldo yang cantik pasti lagi berbunga-bunga, jadi kita dukung dong!"

Nadia yang merasa malu dan gemas, hanya bisa duduk sambil tersenyum cemberut, meskipun hatinya jelas bahagia. "Aduh, kalian nih bener-bener deh," ucapnya sambil tetap tersipu-sipu.

Rekan-rekan guru yang lain juga ikut bergabung dalam obrolan, "Gimana sih ceritanya? Jadi, kalian udah resmi pacaran, ya? Kapan nikahnya?" tanya Bu Rina dengan senyum nakal.

Nadia hanya bisa menutup wajahnya dengan telapak tangan sambil tertawa malu. "Hahaha, belom mikir jauh-jauh sih," jawabnya sambil menggelengkan kepala, "Tapi ya, senang aja rasanya. Ini baru awal, kok."

Bu Fitri memeluk Nadia dengan hangat, "Pokoknya, kita dukung terus, ya! Semoga bahagia selalu."

Setelah ledekan-ledekan dan guyonan tersebut, suasana jadi semakin ceria. Mereka pun mulai berbicara tentang kegiatan lain yang mereka lakukan di sekolah sambil terus merayakan momen bahagia Nadia.

Beberapa saat kemudian, Bu Rina bercanda, "Eh, Nadia, sekarang kalau udah punya pacar, harus mulai siap-siap buat acara makan malam bareng ya! Supaya kita bisa ikutan merayakan!"

Nadia tertawa mendengar saran tersebut. "Aduh, kalian memang deh! Nanti aja deh kita bikin acara makan malam kalau udah ada waktu," jawabnya sambil tersenyum lebar.

Dengan suasana yang semakin hangat dan ceria, Nadia merasa beruntung memiliki teman-teman yang selalu mendukung dan bisa membuat hari-harinya lebih berwarna. Di balik tawa dan canda, hatinya terasa ringan dan penuh kebahagiaan, mengingat momen-momen indah yang baru saja dilaluinya dengan Arman.

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan hubungan Nadia serta Arman semakin akrab. Setiap kali Nadia pergi ke sekolah, Arman selalu memastikan untuk mengantarkan Aldo dengan penuh perhatian dan senyuman. Di sekolah, Nadia merasa semakin nyaman, baik dalam interaksi dengan rekan-rekannya maupun dalam hubungannya dengan Arman.

Satu hari, setelah bel pulang berbunyi, Nadia sedang bersiap-siap untuk pulang ke rumah ketika Arman muncul di depan gerbang sekolah dengan senyuman lebar. Nadia langsung menghampiri Arman yang sudah menunggu di parkiran.

"Sayang!" sapa Nadia dengan ceria. "Gimana harimu?"

Arman menggenggam tangan Nadia dan berkata dengan lembut, "Hari ini seru banget! Aldo cerita banyak tentang pelajaran hari ini. Dia sangat senang bisa cerita ke Mama."

Mendengar itu, Nadia tersenyum. "Aldo memang anak yang pintar. Dan aku juga senang kita bisa bersama setiap hari."

Tiba-tiba, teman-teman Nadia muncul dari belakang sambil menggoda, "Eh, cieee! Ada yang mesra nih!" Mereka tertawa sambil membuat suara konyol.

Nadia hanya bisa tersenyum malu sambil menundukkan kepala. "Aduh, kalian ini! Jangan bikin aku tambah malu."

Saat mereka mulai berjalan menuju mobil, Aldo berlari kecil ke arah mereka sambil melambai. "Mama Nadia, ayo kita main di rumah! Ada banyak mainan baru!"

Rekan-rekan Nadia kembali mengejek dengan tawa. "Aduh, ada calon mama yang lebih semangat dari yang lain!"

Arman tertawa, "Iya, Aldo memang selalu ceria kalau soal mainan. Dia pasti sangat senang kamu jadi calon mamanya, Nadia."

Nadia tersenyum lebar. "Iya, aku juga senang. Cuma memang belum terbiasa dengan semua ini."

Ketika mereka tiba di rumah Arman, suasana di rumah penuh kehangatan. Aldo langsung menarik tangan Nadia ke ruang bermainnya, memperlihatkan koleksi mainannya yang mengesankan. "Mama Nadia, ini semua mainan favoritku!"

Nadia terkesima melihat betapa banyaknya mainan yang dimiliki Aldo. "Wah, kamu punya koleksi mainan yang luar biasa, Aldo. Apa kamu mau ajarin aku main?"

Aldo tersenyum lebar, "Tentu! Ayo kita main mobil-mobilan."

Sementara itu, Arman menyiapkan camilan dan minuman di dapur. Ia melihat Nadia yang tampak sangat bahagia saat bermain dengan Aldo. "Aku benar-benar bahagia melihat kalian berdua begitu akrab," katanya sambil tersenyum.

Nadia menoleh dan melihat Arman dengan penuh rasa terima kasih. "Aku juga merasa bahagia, Arman. Ini semua terasa seperti mimpi."

Saat waktu makan malam tiba, Arman menyajikan hidangan sederhana namun lezat. Selama makan malam, mereka saling bercerita tentang hari-hari mereka dengan penuh kehangatan dan kebahagiaan. Aldo yang juga sangat senang, memuji masakan Arman dan Nadia.

"Enak banget, Papa! Mama Nadia juga jago masak, ya?"

Nadia tersipu malu. "Aku belum masak, kok. Ini semua masakan Papa Aldo."

Arman tertawa. "Nadia juga bisa kok, nanti kita coba masak bareng."

Setelah makan malam, Nadia dan Arman duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir teh hangat. Aldo sudah tertidur di ruang bermain setelah lelah bermain sepanjang sore.

Arman menatap Nadia dengan penuh cinta. "Aku senang kita bisa berbagi momen seperti ini. Ini adalah langkah awal yang indah dalam hubungan kita."

Nadia merespons dengan lembut, "Aku juga sangat senang. Ini adalah bagian dari kehidupan baru yang aku impikan."

Malam itu, setelah pulang ke rumah, Nadia merebahkan diri di tempat tidur sambil merenung. Ia memikirkan bagaimana hidupnya telah berubah sejak bertemu Arman. Dengan senyum di bibir, Nadia merasa penuh harapan dan kebahagiaan.

"Arman memang benar-benar spesial. Apa benar Allah mengirimkan dia untukku?" pikirnya sambil menutup mata dan mengingat momen-momen indah bersama Arman dan Aldo.

Dengan hati yang penuh rasa syukur, Nadia siap menjalani hari-hari ke depan dengan penuh cinta dan kebahagiaan, menjalani perjalanan hidup yang baru bersama Arman dan Aldo.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!