11
Anggi Putri Nugroho, wanita cantik yang baru menyelesaikan pendidikan kedokterannya di usia 23 tahun. Memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi membuat Dokter Anggi tanpa segan menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk menakhlukan seorang laki-laki asing yang mereka temui di club. Hingga akhirnya kisah rumit percintaannya 'pun dimulai.
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Anggi menghempas tubuh lelahnya di kasur, sedangkan kedua kakinya ia biarkan terjuntai ke lantai. Sungguh, berjalan dari satu ruangan ke ruangan lain demi memeriksa pasien bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi gadis manja seperti Anggi.
Dring! Dring!
Seolah tak bertenaga, Anggi merogoh tas-nya tak bersemangat. Tanpa melihat siapa yang memanggil, ia langsung mengangkatnya dan menempelkan di telinga. "Halo," ucapnya dengan suara lemah, bahkan matanya 'pun sudah terpejam sekarang.
"aku butuh bantuanmu lagi."
"What?" mata Anggi yang semula hampir terpejam langsung terbuka dan segar kembali saat mendengar suara Morgan. "Hei, kau pikir aku ini apa? Tadi pagi kau sama sekali tidak berniat membantuku padahal mobilku mogok dan sekarang kau tiba-tiba menghubungiku dan meminta tolong? Konyol!"
"Aku tahu kau sengaja, maka dari itu aku mengacuhkanmu tadi." ucap Morgan.
"Kau tahu? Bagaimana bisa?" pekik Anggi tak habis pikir.
"Sudahlah, itu tidak perlu dibahas. Sekarang kau siap-siap saja karena aku akan mengajakmu menghadiri pernikahan salah satu keluargaku."
"No way, aku tidak akan berangkat, titik."
"Kalau begitu aku akan menjemputmu di sana." ancam Morgan.
"Me-menjemputku? Apa maksudmu?"
"Aku akan ke kediaman Nugroho sekarang dan menjemputmu, apa kurang jelas Nona Dokter?"
"Kau gila?"
"Hm, aku memang gila. Sudahlah, jangan lupa dandan yang cantik, aku on the way sekarang, bye."
"Tunggu!" sanggah Anggi cepat. "Kau jangan ke rumah, kita bertemu di cafe yang kemarin saja."
"Baiklah kalau begitu, sampai jumpa Nona Dokter."
Anggi melempar ponselnya setelah panggilannya berakhir. Ia bangkit dari ranjang menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Begitu selesai, ia langsung memoles wajahnya dengan berbagai sentuhan make-up. Hingga beberapa saat setelahnya, ia benar-benar telah siap.
"Anggi, mau kondangan ke mana?" tanya Bunda Gita saat melihat anak gadisnya sudah rapi.
"Ada teman yang nikah, Bun. Ya sudah, aku pergi dulu ya, bye Bunda."
*
Sebuah ballroom mewah dengan nuansa silver mendominasi, serta hiasan-hiasan bunga melati menghiasi tempat ini. Anggi dan Morgan berjalan bersisian layaknya sepasang kekasih. Senyum mereka 'pun kian terpancar sempurna saat sadar bahwa mereka menjadi pusat perhatian malam ini.
"Hei, kalian sudah datang ternyata."
"Tante," Anggi menyapa ibu dari Morgan itu dengan sopan. Sungguh, image baiknya harus benar-benar dijaga malam ini, sesuai apa yang Morgan katakan saat di perjalanan tadi.
"Ya sudah, kalian nikmati pestanya ya, Mama ke belakang dulu." pamit Mama Vani.
"Ini pesta pernikahan siapa memangnya, kenapa ada orang tuamu di sini?" bisik Anggi setelah Mama Vani pergi.
"Ini pernikahan keluarga Mama. Sudahlah, kau juga akan terlalu pusing kalau aku menjelaskannya sekarang. Sekarang kita masuk saja." ajak Morgan dengan berbisik pula. "Ingat, jangan lupa tersenyum, tunjukan seakan kau benar-benar kekasihku."
"Iya kau tenang saja. Ayo!"
Morgan dan Anggi masuk sembari bertegur sapa dengan beberapa orang yang mengenal Morgan. Hingga akhirnya, pengumuman bahwa pesta dansa akan diadakan 'pun terdengar. Suara MC sudah mendominasi ruangan besar itu dan meminta pasangan untuk memenuhi lantai dansa.
"Kalian tidak berdansa?" tanya Mama Vani tiba-tiba.
"Astaga!" Anggi sampai mengusap dadanya karena terlalu terkejut dengan kedatangan Mama Vani.
"Ahh Mama membuatmu terkejut ya? Maaf ya." ringis Mama Vani.
"Tidak apa-apa Tan."
"Eh, kenapa panggil Tante? Mulai sekarang panggil Mama, oke?"
"Oh i-iya Tan— eh Ma. Iya Ma." ucap Anggi kaku.
"Itu lebih baik. Ya sudah, Mor ajak Anggi berdansa"
Anggi mendelik pada Morgan, ia seakan mengancam Morgan lewat sorot matnya agar laki-laki itu mengemukakan alasan agar tidak perlu ikut berdansa. Namun melihat senyum di sudut bibir Morgan membuat Anggi benar-benar ingin memekik keras saat ini juga.
"Morgan sialan!"