Renatta Putri Setiawan, seorang gadis berusia 22 tahun. Hidup dalam kemewahan dan kemanjaan dari keluarganya. Apapun yang menjadi keinginannya, selalu ia di penuhi oleh orang tua dan saudaranya.
Namun, suatu hari gadis manja itu harus menuruti keinginan orang tuanya. Ia harus mau dijodohkan dengan seorang pria berusia 40 tahun, agar keluarga Setiawan tidak mengalami kebangkrutan.
Renatta yang membayangkan dirinya akan hidup susah jika keluarganya bangkrut, terpaksa menerima perjodohan itu. Asalkan ia tetap hidup mewah dan berkecukupan.
Gadis itu sudah membayangkan, pria 40 tahun itu pasti berperut buncit dan berkepala plontos. Namun, siapa sangka jika pria yang akan dijodohkan dengan dirinya ternyata adalah Johanes Richard Wijaya. Tetangga depan rumahnya, dosen di kampusnya, serta cinta pertama yang membuatnya patah hati.
Apa yang akan Renatta lakukan untuk membalas sakit hatinya pada pria yang pernah menolaknya itu?
****
Hai-hai teman Readers. Kembali lagi bersama Author Amatir disini.
Semoga cerita kali ini berkenan, ya.
Ingat, novel ini hanya fiksi belaka. Tidak ada ikmah yang dapat di ambil setelah membacanya.
Terima Gaji.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Aku Benci Sama Om.
“Kamu membelikan bunga lili putih untuk Rianna?” Tanya Richard ketika mereka berjalan menunju dimana makam Rianna berada.
Renatta menganggukkan kepalanya.
“Aku tidak tahu Rianna suka bunga apa. Karena aku sukanya bunya lili, jadi aku memberikan yang sama padanya.” Jawab Renatta getir.
Richard mengangguk paham. Tangan pria itu terulur untuk mengandeng tangan sang calon istri.
Mereka tiba di makam Rianna. Renatta meletakkan buket bunga lili itu di atas gundukan tanah.
Sepasang calon pengantin itu kemudian duduk di atas kursi kecil yang tersedia. Mereka berdua menunduk memanjatkan doa untuk mendiang Rianna.
“Ri. Aku datang lagi.” Ucap Renatta setelah ia selesai mendoakan mendiang saudara kembarnya.
“Tetapi sekarang tidak sendiri. Kamu ingat, terakhir kali aku datang dan bercerita tentang pria berusia empat puluh tahun yang di jodohkan dengan aku?” Renatta menjeda ucapannya, ia melirik ke arah Richard yang duduk di sampingnya.
Pria matang itu terlihat semakin tampan dengan kacamata hitam yang membingkai matanya.
“Ternyata pria itu adalah om Rich. Kamu tahu dia ‘kan? Aku sudah sering cerita sama kamu. Dan sekarang, dia ada disamping aku.” Lanjut Renatta lagi.
Richard berdeham pelan. Membuat Renatta kembali meliriknya.
“Ri, sebentar lagi aku dan om Rich akan menikah. Kami datang untuk meminta restu kamu.”
Suara Renatta terdengar bergetar. Membuat tangan Richard terulur mengusap punggung gadis itu.
Pria itu sadar, jika sikapnya selama ini telah membuat Renatta membencinya.
Namun tak ada yang bisa Richard lakukan. Pria itu hanya mengulur waktu dan membuat Renatta hanya fokus pada dirinya. Dan ia menunggu waktu yang tepat untuk membuat gadis itu hidup bersamanya.
“Ri. Kamu jangan marah, ya. Aku menerima om Rich juga terpaksa. Kamu tahu ‘kan. Aku melakukannya untuk membantu perusahaan.”
Renatta menumpahkan isi hatinya, tak perduli jika ada Richard disisinya saat ini.
Pria itu tidak marah justru semakin lembut mengusap punggung Renatta.
“Sudah?” Tanya Richard saat Renatta tak lagi bicara.
Gadis itu mengangguk pelan.
Richard sejenak menundukkan kepalanya.
“Hai, Ri. Aku Richard. Aku harap kamu sudah mengenalku dari cerita saudari kembarmu.” Ucap Richard sembari terkekeh pelan.
‘Tetapi, kita sudah saling mengenal sejak dulu.’
“Aku berjanji akan selalu menjaga Renatta. Kamu jangan khawatir.” Ucap pria itu kemudian.
Sejenak hening melingkupi.
Keduanya tak lagi bersuara. Renatta dan Richard larut dalam pikirannya masing-masing.
Batin Richard berdenyut nyeri. Ia tahu betul tentang kecelakaan yang menimpa Renatta dan Rianna, tujuh belas tahun silam itu.
‘Maafkan aku, Ri. Aku tidak bisa menjagamu. Tetapi aku sudah berjanji untuk menjaga Renatta seumur hidupku. Aku telah bersumpah pada orang tua kalian. Semoga kamu ikut berbahagia di alam sana.’
“Om.”
Renatta mengusap lengan pria itu, karena Richard hanya diam saja.
“Hmm, ya.”
“Sudah. Ayo kita pulang.”
Richard melirik jam tangan mahal di pergelangan tangannya. Sebentar lagi jam makan siang.
Pria itu pun bangkit, kembali mengulurkan tangan pada calon istrinya.
“Ri. Kami pulang dulu. Aku janji, meski nanti aku sudah menikah, aku akan selalu mengunjungimu.” Ucap Renatta sebelum pergi.
“Boleh ‘kan, om?” Gadis itu menatap Richard penuh harap.
“Tentu saja.” Ucap pria itu setuju.
Mereka kemudian pergi meninggalkan pemakaman itu.
***
Renatta mengamati jalan raya yang sedang mereka lewati. Ia mengerenyitkan alisnya karena Richard berbelok ke arah lain. Bukan menuju kompleks perumahan mereka.
“Om, kita mau kemana?” Tanyanya penasaran.
“Hotel. Kita makan siang dulu.”
Renatta mengembungkan pipinya.
“Kita bisa makan siang di rumah, om. Kenapa harus ke hotel?” Renatta yakin, Richard akan membawanya ke hotel tempat mereka melakukan pertemuan waktu itu.
“Aku sudah mengatakan, aku akan menghabiskan waktu bersamamu hari ini.”
Jawaban Richard membuat Renatta waspada. Apalagi pria itu membawanya ke hotel. Yang ada, dirinya akan dihabisi lagi oleh pria tua itu.
“Kenapa? Jangan berpikir yang aneh-aneh. Beberapa hari kedepan, kita akan sama-sama sibuk. Kamu harus kuliah, dan aku harus menyelesaikan pekerjaanku sebelum hari pernikahan kita. Jadi, mumpung ada waktu kita manfaatkan untuk bersama.”
Renatta mencebik. “Itu hanya di lakukan oleh pasangan normal, om.” Sahut gadis itu kemudian.
“Apa bedanya dengan kita?”
“Jelas beda. Kita menikah karena terpaksa.”
Richard tak kembali menjawab, karena mobil mereka sudah tiba di basemen hotel.
Pria itu membawa Renatta langsung menuju kamar yang beberapa waktu lalu mereka gunakan untuk pertemuan keluarga.
“Apa om memesan kamar ini untuk waktu yang lama?” Tanya Renatta penasaran.
“Kenapa?” Tanya Richard sembari membuka pintu dengan kartu akses.
“Ya, karena om membawa aku kesini lagi. Ini kamar yang malam itu, ‘kan?”
Gadis itu mengekor masuk ke dalam.
“Ingatan yang sangat bagus.”
Pria itu melepas jas yang ia gunakan, menaruhnya di pinggiran sofa. Kemudian memesan makanan melalui layanan kamar.
Renatta memilih pergi ke balkon kamar. Menatap sibuknya orang-orang berlalu lalang di bawah sana.
“Apa kamu tidak merindukan aku?” Sepasang tangan membelit pinggang gadis itu.
“Untuk apa merindukan orang yang sering kita lihat?” Tanya gadis itu.
Richard mencebik. Sembari mengidu aroma kulit gadis itu.
“Apa begitu membenciku?” Tanya pria itu kemudian.
“Ya. Karena om terlalu menyebalkan.”
Gadis itu berusaha menahan diri agar tak terbuai oleh perlakuan Richard.
Pria itu terkekeh pelan sembari mengeratkan pelukannya.
“Tetapi kamu menyukai pria menyebalkan ini, ‘kan?” Tanyanya kemudian.
“Terkadang aku menyesal telah menyukai om. Membuang waktuku, tetapi tidak mendapatkan apapun.” Gadis itu kembali menumpahkan isi hatinya.
“Tetapi sekarang, kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan. Aku akan menjadi milikmu.” Tukas pria itu.
“Ya. Tetapi semua sudah terlambat. Aku benci sama om.”
‘Kamu boleh membenciku, Re. Asalkan kamu tetap di sampingku. Aku telah lalai menjaga Rianna. Dan aku tidak mau melakukan kesalahan lagi. Kamu adalah tanggung jawabku. Seumur hidupku.’
***
Bersambung.
dimana mana bikin gerah 😜🤪
aku baru nemu cerita ini setelah kesel nunggu cerita sisa mantan 😁