Lethisa Izzatunnisa adalah seorang gadis berusia 24 tahun bekerja di devisi keuangan pada salah satu perusahaan konveksi. Ia memiliki kekasih sejak kelas XI SMA bernama Irsyad. Keduanya menjalin kasih tanpa ada halangan yang berarti meskipun keduanya memilih jalur karier yang berbeda. Irsyad memilih menjadi dokter, sedangkan Sha, panggilan Lethisa, memilih menjadi karyawan kantor.
Kesibukan mereka sebenarnya tidak membuat komunikasi memburuk, tapi ada suatu peristiwa yang membuat Irsyad harus memutuskan Sha. Bahkan Irsyad mau menikahi seorang perempuan bernama Farah.
Bukan prank ataupun hoax. Pernikahan Irsyad pun terjadi. Bagaimana perasaan Sha? Ikuti kisah kasih Sha dengan berbagai trauma percintaannya, terlebih setelah bertemu Arsyad bos dan juga teman SMA nya. Happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LAUNCHING
Bismillah ....
Malam ini tepat pukul 9 malam teng, Sha sudah siap membagikan video rekaman part 1 ke you*be. Harap-harap cemas setiap progres persen unggahan. Setelah hampir tiga hari dia belajar editing secara otodidak, ia pun memutuskan untuk tidak terlalu banyak editing pada part inti, dan menambahkan part tampilan awal untuk mengajak share, like, dan subscribe.
Sha sekarang lumayan cepat dalam editing video menggunakan aplilasi Can*a. Mendesain sesuai keinginan dan dia mulai membangun personal branding meski masih pemula.
100 % success
Setelah notif dari unggahan muncul, Sha bisa menghela nafas lega. "Sukses buat diriku, semangat untuk kaya," gumam Sha dengan perasaan puas. Setidaknya ia mencoba, soal hasil memuaskan atau sesuai harapan dilihat nanti, toh hasil juga gak mungkin langsung besok.
Sha pun menutup laptop, ia sudah memberikan jadwal kapan unggah video yout*be, ig dan tik*ok. Sha sudah membagi seminggu 3 kali untuk ytb, dan untuk Ig dan tik*ok diusahakan tiap hari upload reels pada jam-jam aktif penggunaan medsos tersebut. Kalau untuk IG dan Tik*ok tidak hanya video seperti pada ytb. Sha akan memvariasi dengan reels yang dikombinasikan dengan beberapa lagu yang berhubungan dengan perempuan, cinta, dan keluarga.
Malam ini ia bisa tidur dengan nyenyak, karier menjadi konten kreator dimulai. Esok hari sebelum fokus kerja, ia akan membuat reels dari cuplikan video yang diunggah ke ytb. Semangat!!!
*
*
*
Tepat pukul 07.45 Sha sudah duduk di meja kerjanya, fokus ke ponsel. Ia sudah membuka akun instagramnya. Berniat membuat reels, bahan yang akan diupload sudah siap juga, hanya potongan video rekaman durasi 30 detik saja. Sekarang tingga menyusun caption yang menarik dan sesuai dengan video tersebut.
"Wih....sibuk kayakny?" tanya Heni yang baru saja datang menjelang jam 8 teng, agak heran melihat Sha tak segera menyalakan layar pc nya malah pegang ponsel.
"Ntar lihat ya, Mbak!" ucap Sha sambil tersenyum cerah. Baru saja ia mengirim reelsnya, mungkin beberapa detik lagi sudah berhasil.
"Lihat apaan?" sahut Diva kemudian.
"Katanya mau lihat side jobku, penasaran kan. Pasti habis ini ada pemberitahuan kalau aku habis posting."
Oke, Diva dan Heni penasaran akut. Buru-buru keduanya membuka akun ig masing-masing, tapi langsung diletakkan begitu saja karena Bu Retno meminta tim keuangan breifing di ruangannya.
"Emang posting apa, langsung kasih tahu napa!" protes Heni namun hanya dijawab Lihat sendiri, kasih komentar gitu, semakin penasaran saja mereka dibuatnya.
Setelah briefing pun, harusnya bisa membuka ponsel tapi apa daya pekerjaan di tim keuangan tidak akan bisa disambi. Urusan ponsel kalau penting pasti telpon, kalau hanya sekedar chat ya tidak akan dibalas hingga makan siang. Mereka sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu. Urusan laporan keuangan, kwitansi, dan pembukuan menjadi makanan mereka sehari-hari. Apalagi urusan uang perusahaan tentu dikerjakan harus teliti.
Begitu makan siang, Heni dan Diva langsung menarik Sha untuk ke kantin. Setengah hari keduanya dibuat penasaran oleh Sha. Berbagai pikiran buruk mengenai Sha terus melekat.
"Sumpah, gue empet banget. Tangan gue gatal mau buka ponsel tapi takut malah kecantol ponsel, duh." Sha tertawa mendengar keluhan Heni, namun sekarang Sha dibuat terdiam oleh tatapan Heni dan Diva. Bahkan keduanya seakaan mengintrogasi Sha.
"You wanna be you*uber, aren't you?" tanya Diva dengan sok inggris campur melotot, kaget.
Sha hanya mengangguk, fokusnya sekarang adalah segera makan agar ada waktu untuk posting di tik*ok dengan konten yang sama.
"Buat apa?" lanjut Diva.
"Gaji dari perusahaan kurang?" tambah Heni sambil makan.
Sha menggeleng, tujuan awalnya dia membuat konten adalah side job biar kaya. "Dibilang aku pengen kaya, bosen mikin," jawab Sha jujur.
"Emang yakin dengan ini kamu jadi kaya?" sahabat kurang akhlak memang si Diva ini, langsung bikin Sha kena mental. "Pikirkan lagi, Sha."
Sedangkan Heni tampak diam tak berkomentar, ia pernah diajak hunting kebutuhan podcast di mall, dan gak menyangka Sha akan mewujudkannya dalam hitungan hari. Ia pikir, Sha akan berubah kalau mengeluarkan modal lebih untuk kamera dan lainnya.
"Gini nih kalau aku bilang tentang visi ke depan pada orang terdekat, gak didukung malah dijatuhkan!" protes Sha sedikit kesal. Bukan ini yang diharapkan, ia menginkan komentar dari rekan kerjanya tentang konten yang ia buat, bukan perkara bisa sukses atau enggak.
"Eh bukan gak dukung, tapi cuma mikir buat apa sih bikin ginian, membuang waktu saja Sha!" jawab Diva lebih lembut. Maksud rekan Sha, kerjaan di kantor terus menumpuk. Harus butuh fokus, kenapa harus ambil side job yang menuntut kreatifitas tinggi?
"Udah sih, biarin Sha. Toh dia juga masih fokus-fokus kerja!" bela Heni kemudian. "Lagian nih, Sha juga ambil videonya saat weeken mungkin?" tebak Heni yang sebenarnya tak mau ikut campur. Urusan Sha, toh gak ada yang dirugikan kalau dia memilih konten kreator sebagai side jobnya.
"Ini memang kamu udah pikirin mateng-mateng apalagi membawa ibu kamu?" Diva tampak masih belum setuju. Sangat menyanyangkan Sha terjun dalam dunia per vlog-an. Diva pikir, gak usahlah ikut terlibat trend itu ya meskipun banyak yang meraup cuan dari projek seperti ini. Hanya saja, mendapatkan cuan juga gak semudah bekerja di kantor. Ada tuntutan kreatifitas agar tetap menarik perhatian orang, belum lagi kalau ada hate komen, Diva tidak bisa membayangkan.
Kasihan.
Sha sudah terlalu lama menderita, keadaan ibu dan patah hatinya. Tak bisa membayangkan kalau dihujat netijen di dunia maya dan bisa saja dalam dunia nyata.
"Gak gini Sha buat jadi kaya, investasi saham kamu juga bisa dapat kaya. Kamu gak mikirin kalau ibu dan kamu nanti kena hate comment? Jangan lihat publik figure yang sudah sukses, Sha."
"Mbak Diva ada benarnya sih," balas Heni yang merasa apa yang dikatakan Diva itu ada benarnya, tapi ia juga tidak mau mematahkan harapan Sha.
"Iya aku paham kok, Mbak. Cuma aku memang tertarik, ya semoga gak ada hujat menghujat. Makasih udah mengingatkan," Sha pun tak menampik kekhawatiran sahabatnya. Memang Diva dan Heni sedikit tahu background hidupnya dengan sang ibu. Kasus patah hatinya dengan Irsyad mereka pun tahu.
"Kalau memang kamu mau mendalaminya, kamu harus benar-benar bermental baja. Gak akan memasukkan penilaian orang dihidup kamu. Ingat tujuan saja, meski banyak orang yang mencemooh misalnya."
"Lagian kamu kenapa terobsesi jadi kaya sih, Sha. Bukan kamu banget loh!" selidik Heni.
"Ya karena patah hati. Ibu dan aku disakiti oleh anak orang kaya. Tertanam banget dalam otakku, laki-laki berasal dari keluarga kaya sangat tega menyakiti perempuan. Kalau aku kaya setidaknya aku mandiri dan tidak dinilai bergantung pada uangnya laki."
"Sakit banget ya?" tanya Heni polos.
"Bangetttt, benci banget dengan anak laki orang kaya," jawab Sha mantap.
byk pelajaran hdp lho dimana wanita hrs kuat dlm kondisi apapun