Perjodohan antara Devendra dan Sabrina yang dilakukan oleh kakek Ardian menimbulkan polemik dalam rumah tangga keduanya.
Setelah melewati tiga tahun pernikahan, keduanya nampak akur dan mulai memperbaiki diri terutama Devendra.
Sejalannya waktu, cinta mereka dipertaruhkan, di mana Sabrina tertukar dengan wanita yang mirip dengannya yang merupakan tunangan tuan Gustaf.
Pertukaran pasangan ini menumbuhkan benih-benih cinta yang dirasakan tuan Gustaf pada Sabrina, apakah Sabrina jatuh cinta pada tunangan saudara kembarnya yaitu Sandrina. Yuk kita ikuti cerita dua pasangan ini!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Kemarahan
Kakek Ardian tiba di Jakarta langsung menuju rumah sakit untuk melihat keadaan cucu semata wayangnya. Hatinya begitu pilu melihat kondisi Devendra yang sangat memprihatikan dengan tubuh yang sangat kurus.
Kebetulan hari itu, tuan Devendra sudah diperbolehkan pulang oleh dokter karena keadaan yang sudah membaik.
"Assalamualaikum kakek!" Sapa Sabrina lalu menyalami kakek Ardian.
"Waalaikumuslam, nak!" Bagaimana dengan kandunganmu?" Tanya kakek Ardian.
Sabrina menjawab dengan hati-hati karena suaminya sendiri belum mengetahui kalau saat ini dia sedang hamil.
"Alhamdulillah, semuanya baik-baik saja kakek." Ucap Sabrina lirih.
Devendra nampak tidak peduli dengan pembicaraan kakek dan istrinya karena jarak antara brangkar dengan tempat istrinya duduk cukup jauh.
"Apakah anak nakal itu tidak tahu kalau saat ini kamu sedang mengandung anaknya?" Tanya kakek Ardian yang mengerti kegelisahan Sabrina saat ini.
"Belum kakek karena mas Devendra baru saja dipindahkan kembali di kamar inapnya." Ucap Sabrina.
"Devendra, apakah kamu sudah lebih baik?" Tanya kakek.
"Aku sudah bosan tinggal di sini dengan mengkonsumsi banyak obat-obatan yang membuat aku tidak bisa menelan makanan dengan nikmat." Ucap Devendra.
"Sabar saja Dev, karena penyakit ini bisa ada ditubuhmu, itu juga karena ulahmu sendiri bukan?" Tolong jangan menyalakan orang lain atas setiap kemalangan hidup yang kamu alami, ada saatnya kamu harus bersikap dewasa dalam menyikapi setiap permasalahan yang dihadapkan padamu. Jika kamu terus menjadi lelaki cengeng seperti itu, bagaimana kamu bisa di percaya sebagai seorang CEO, suami bahkan seorang ayah pun, sepertinya tidak bisa kamu lakukan dengan mental kerupuk seperti yang kamu miliki saat ini. Sekali di injak tanpa tenaga, kamu langsung hancur seketika. Benar-benar memalukan." Ucap kakeknya sinis.
"Apakah kakek tidak bisa berhenti menghina diriku?" Tanya Devendra kesal.
"Bagaimana kakek tidak menghina dirimu, dari kecil kamu sudah diuji dengan berbagai ujian yang berat. Mengapa Allah menguji mu bahkan semua orang hidup di uji sama Allah tanpa peduli statusnya apa, karena untuk menempa mental umat manusia untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, kecuali kamu memang tidak ingin hidup. Tapi jangan salah ujian yang paling berat yang akan manusia rasakan adalah menerima penyiksaan di alam kubur atas hasil perbuatannya selama hidup di dunia tanpa melakukan amal kebaikan. Ingat Devendra, usia manusia lebih panjang ketika berada di dalam kubur karena harus menunggu datangnya hari kiamat untuk menerima keadilan Allah dalam menentukan surga dan neraka yang akan ia masuk.
Dan sekarang kamu divonis dengan penyakit kangker hati, apakah itu tidak mengakibatkan penderitaan untuk calon bayimu yang akan mewarisi sedikit penyakitmu itu." Ucap Kakek kesal.
Devendra menatap istrinya dengan wajah menyalang." Apakah segala sesuatu yang kamu miliki dalam hidupmu haruskah kamu merahasiakan juga dariku?" Tanya Devendra sambil melotot kearah Sabrina yang terlihat gugup menghadapi kemarahan suaminya.
"Bagaimana istrimu bisa jujur padamu jika setiap kali dia ingin bicara kamu selalu memperlihatkan wajah jelekmu itu?" Ucap kakek Ardian sinis.
"Aku akan menceraikan kamu setelah anak itu lahir. Ambil semua yang menjadi milikmu karena aku bukan pembantumu yang harus mengelola perusahaan warisan kedua orangtuamu itu." Ucap Devendra.
"Devendra!" Kalau tidak memikirkan kamu saat ini sedang sakit parah, kakek akan memukulmu dengan tongkat ini.
"Kenapa merahasiakan semua dariku, setelah sekian lama kakek menyimpan kenyataan ini yang telah mempermalukan diri ku kepada pengusaha lain.
Kakek tahu bagaimana rasanya dihina sedemikian rupa oleh tuan Jeremy di depan banyak orang seakan aku ini hanya numpang kaya dengan mudah milik orang lain yang ternyata itu adalah istriku sendiri.
Jika saja kakek mengatakan dari awal, milik siapa perusahaan itu, mungkin aku tidak perlu mengemis menjadi seorang CEO di perusahaan wanita munafik ini.
"Aku pikir, perusahaan itu adalah milik kakek hingga aku mati-matian ingin mengambil alih semuanya untuk mengelolanya dengan kemampuan yang aku miliki.
Setelah berjalan satu tahun lebih, aku baru mengetahui kenyataan itu yang membuat jiwaku benar-benar terganggu. Kenapa kalian tega membohongi aku selama ini?" Kenapa?" Tanya Devendra dengan suara menggelegar.
"Hai anak bodoh!" Jika aku memberitahumu sebenarnya, apakah kamu mau menghentikan kebiasaan burukmu yang hanya mabuk-mabukan dan meniduri banyak wanita setiap saat.
Jika bukan kebaikan hati wanita ini, apakah kamu kira kamu bisa hidup enak dan nyaman sampai saat ini?" Tanya kakek Ardian.
"Aku lebih baik tidak usah memiliki apapun dari milik orang lain dengan begitu aku bisa berjalan dengan tegak dengan penuh kebanggaan." Timpal Devendra.
"Jika sekarang kamu ingkar karena harta gadis yang sudah kamu nikahi ini, apakah kamu sanggup untuk berpisah dengannya demi harga dirimu?" Bukankah apa yang dia miliki saat ini, juga menjadi milikmu?" Mengapa kamu sangat angkuh Devendra?"
Belajarlah dari Sabrina yang tidak begitu mempermasalahkan apapun miliknya hanya untuk keluarga kita. Kalau bukan kebaikan orangtuanya, mungkin kakek tidak akan dihormati orang sampai saat ini." Ucap kakek Ardian menahan geram.
"Kakek!" Sudahlah, tolong jangan diperdebatkan lagi. Mau sampai kapan kita terus membahas sesuatu yang tidak semestinya kita bahas.
Aku tidak mempermasalahkan perusahaan milikku jika mas Devendra menginginkan menjadi miliknya." Ucap Sabrina.
"Cih!" Sombong sekali kamu." Ucap Devendra masih saja egois.
Sabrina keluar dari kamar suaminya untuk mengambil kursi roda. Ia tidak peduli dengan umpatan suaminya kepada dirinya.
Satu hal yang ia inginkan agar suaminya bisa mendapatkan donor hati dan dirinya bisa melahirkan bayinya dengan selamat.
Kursi roda sudah di siapkan. Sabrina memberikan tangannya agar suaminya bisa berdiri dengan bantuannya.
"Kamu kira aku sudah lumpuh, hahhh!" Aku masih bisa berdiri sendiri tanpa bantuanmu." Ucap tuan Devendra dengan teriakan membuat Sabrina terus beristighfar di dalam hatinya.
"Mas Devendra sudah lama tidak turun dari tempat tidur, bagaimana mungkin mas bisa menginjakkan lantai?" Kalau mas jatuh, malah mas lebih lama lagi menginap di sini." Ucap Sabrina.
"Pak Iwan!" Tolong bantu Devendra!" Sabrina lagi hamil, justru dia yang harus kita jaga, bukan anak nakal ini." Ucap kakek Ardian.
Sabrina mundur dari tempat tidur, lalu ia pun duduk di sofa karena sangat kelelahan mengurus admistrasi rumah sakit.
Pak Iwan mendorong kursi roda yang saat ini sedang diduduki oleh Devendra. Sabrina dan kakeknya mengikuti dari belakang.
"Kakek, selama mas Devendra sakit, aku mohon kakek gantiin tempatku sementara di perusahaan karena aku ingin fokus mengurus mas Devendra." Ucap Sabrina.
"Baiklah kalau begitu sayang. Dengar!" Itu perusahaan ayahmu, jadi bekerjalah dengan baik karena ayahmu seorang pekerja keras dan tidak pantang menyerah." Ucap kakek Ardian.
masih tanda tanya
belum dijelaskn😴😴
Syarat dan ketentuan:
Sudah tamat dan Penulis belum di kontrak/sedang tidak terikat kontrak dengan penerbit manapun.
Jenis naskah yang dicari:
1. Novel;
2. Kumpulan Puisi;
3. Kumpulan Cerpen;
4. Naskah non Fiksi, dll.
Jika bersedia harap segera menghubungi saya via DM instagram (@dwafril) atau laman chat yang tersedia pada platform ini.
AE Publishing Cab. Gresik
*paling lambat 15 Agustus 2023