NovelToon NovelToon
Wanita Bayaran Dan CEO

Wanita Bayaran Dan CEO

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:9.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Lunoxs

Di suatu hari paling terpuruk di hidup Dinda, dia bertemu dengan seorang wanita paruh baya. Wanita tua yang menawarkan banyak bantuan hanya dengan satu syarat.

"Jadilah wanita bayaran."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

WB&CEO Bab 15 - Tidak Bisa Acuh

"Al," panggil Dinda lirih, sesaat dia bingung harus bagaimana. Karena pertemuannya dengan Alden kali ini sungguh tidak pernah ada dalam rencananya.

Tiba-tiba saja Alden datang dan berdiri tepat di hadapan.

"Apa yang terjadi? ku lihat keadaan mu tidak baik-baik saja?" tanya Alden pula, dia merasa Dinda selalu terlibat masalah dan membuatnya tak tenang andai tidak menolong. Alden ingin acuh, namun tak bisa karena merasa mereka sudah saling mengenal.

Meski pertemuan itu awalnya tidak baik, namun kini Alden tahu bahwa Dinda hanyalah wanita bayaran Gaida. Bahkan Alden tahu pula, uang itu Dinda gunakan untuk perawatan sang ibu di rumah sakit.

"Kenapa malam-malam begini kamu masih berkeliaran diluar?" tanya Alden lagi, dia terus bertanya tentang hal lain, padahal kedua matanya masih fokus pada warna merah di pipi kiri Dinda, bekas tamparan yang begitu jelas.

Dan Dinda tidak langsung menjawab, dia nampak gelagapan dengan bertanyaan bertubi yang Alden berikan,. bahkan mulai takut jika Alden melihat dia keluar dari restoran yang sama dengan Gaida.

Takut kemarahan wanita tua itu semakin menjadi-jadi kepadanya.

"A-aku ada urusan disekitar sini, kamu sendiri? kenapa bisa ada disini?" jawab Dinda pula, dengan banyak tanya. Bicara dengan suaranya yang putus-putus, membuat Alden semakin menatapnya lekat.

"Apa kamu melihat ku keluar dari restoran di ujung sana?" tanya Dinda lagi, ingin memastikan apa yang membuatnya cemas.

Untuk menjawab pertanyaan itu, Alden menggelengkan kepalanya pelan. Namun seperti itu saja sudah membuat Dinda merasa lega.

"Bagaimana kamu tau aku ada disini?"

"Aku lewat dan tidak sengaja melihat kamu, tidak jauh dari Halte ini."

Mendengar itu Dinda kembali membuang nafasnya lega, jika seperti ini Alden tidak mungkin melihat Gaida.

"Kenapa gugup? apa kamu jadi wanita bayaran lagi di restoran? menghancurkan hubungan orang lain lagi? jadi kamu mendapatkan tamparan itu?" tanya Alden pula, kini giliran dia yang banyak tanya, ingin tahu agar dia bisa segera acuh. Jika masih banyak pertanyaan di dalam kepalanya, dia yakin akan terus memikirkan nasib Dinda.

Namun Alden tak sadar, jika pertanyaannya itu membuat Dinda merasa sedih dan marah sekaligus. Karena dari pertanyaan itu seolah menunjukkan bahwa dia memang manusia yang tak ada harga dirinya, selaku menjual diri untuk menghancurkan hidup orang lain.

Dinda tersenyum kecil, daripada menjelaskan semuanya, dia lebih pilih untuk mengiyakan semua tuduhan yang salah itu.

"Anggap saja begitu," ucap Dinda, kemudian bangkit dari duduknya.

Saat itu pula mobil bus datang dan berhenti tepat di hadapan Dinda. Tanpa banyak kata lagi dia langsung meninggalkan Alden begitu saja dan masuk ke dalam bus.

Duduk di pinggir jendela, meski dari sana dia masih mampu melihat Alden, namun sedikitpun dia tidak menoleh pada pria itu.

Pria yang kini sedang menatapnya dengan tatapan entah. Jawaban Dinda yang mengiyakan pertanyaannya malah membuatnya tidak senang.

Malah membuatnya merasa bersalah dengan pertanyaan itu.

Bus pun mulai melaju, meninggalkan Alden yang sesaat tergugu.

Sementara Dinda di dalam mobil bus sana terus menatap kosong, merasa hidupnya di kota ini sudah hancur. Tidak ada sedikitpun kenangan yang baik.

Beberapa menit kemudian Dinda sampai di rumah sakit Royal Dude.

Bekas tamparan itu sudah mulai pudar, namun masih menyulisahkan sedikit bekas merah

Saat masuk ke dalam kamar sang ibu, tatapan Dinda langsung beradu dengan kedua mata milik Julia. Saat itu Julia masih duduk di atas ranjang sambil bersandar.

Julia sengaja belum tidur untuk menunggu anaknya pulang.

"Mama belum tidur?" tanya Dinda seraya berjalan mendekat, lalu duduk di tepi ranjang.

"Mama menunggu mu sayang," jawab Julia jujur.

"Kamu sudah makan belum? ini kenapa pipinya merah? digigit nyamuk?" tanya Julia lagi, lebih banyak.

Dinda pun tersenyum kecil, lalu menjawab benar jika ini adalah gigitan nyamuk, lalu menjawab juga jika dia sudah makan, meski sebenarnya belum.

"Ma," panggil Dinda, tatapannya mengisyaratkan jika dia ingin bicara serius.

"Apa sayang?" Julia pun menyentuh tangan kedua anaknya dan di genggamnya erat. Tangan Dinda yang sudah banyak bekerja keras untuk menyambung hidup mereka.

"Besok kan Mama sudah boleh pulang, bagaimana jika mama pulang ke kota S, tinggal bersama Tante Jasmin," terang Dinda dengan suaranya yang lirih. Terpaksa bicara seperti ini demi sang ibu sendiri. Dinda takut jika disini akan terjadi sesuatu pada sang ibu,tentang Gaida, tentang Liora, bahkan tentang Alden benar-benar membuatnya merasa takut.

Kini Dinda mulai merasa hidupnya tidak tenang. Jasmin adalah kakaknya Julia, disana dia yakin Tante akan menjaga ibunya dengan baik.

Dinda hanya harus mengirimkan uang lebih banyak untuk ibunya nanti. Yang penting sekarang, ibunya pergi jauh dulu agar aman.

Ah tidak, bukan hanya agar Julia aman. Namun Agar Dinda pun bisa menyembunyikan rapat-rapat tentang rahasianya dari sang ibu.

"Mau ya Ma? nanti aku sering bekerja, aku tidak tega membayangkan Mama sendirian di rumah, jadi lebih baik tinggal bersama dengan Tante Jasmin," ucap Dinda lagi, ingin membuat ibunya mengerti tentang kecemasan yang dia rasa.

"Baiklah sayang, Mama akan ikuti kemauan kamu," jawab Julia akhirnya.

Sebuah jawaban yang membuat Dinda akhirnya tersenyum juga.

Malam itu Dinda langsung menghubungi sang Tante dan Jasmin langsung menyambutnya dengan tangan terbuka. Dia setuju dengan ide Dinda, selama Dinda bekerja biarlah Julia tinggal bersamanya.

Senyum Dinda semakin mekar dibuatnya. Malam itu Dinda pun langsung pulang ke rumah dan mengemas semua barang milik sang ibu. Besok pagi setelah melakukan pemeriksan terakhir, dia akan langsung mengantar sang ibu ke kota S.

Untunglah kerjanya tepat di hari libur, jadi Dinda bisa mengantar Julia lalu kembali lagi ke kota A. Tidak apa dia tinggal sendirian disini. Dinda merasa dia sudah cukup kuat untuk melindungi dirinya sendiri.

Jam 11 malam Dinda masih berada di jalanan, sampai rumah sakit dia pun menyeret koper milik sang ibu.

Tubunya lelah sekali, tapi seolah dia tidak boleh berhenti.

Dinda tidak sadar jika sedari tadi Alden terus mengikutinya kemanapun dia pergi.

Kenapa aku harus mengikuti dia? Batin Alden, masih duduk di atas motornya dan menepi di pinggir jalan. Dia melihat Dinda yang berjalan pelan masuk ke rumah sakit sambil membawa koper berukuran cukup besar itu.

Semakin melihat Dinda, semakin membuatnya merasa bersalah dan iba sekaligus, Alden benar-benar tak bisa acuh. Apalagi Dinda sedari tadi mengitari malam hanya dengan baju tipis itu.

Alden lantas dengan segera melajukan motornya untuk mendekati Dinda, lalu berhenti tepat di depan wanita ini.

Mereka sama-sama berhenti persis di depan pintu lobby rumah sakit.

"Bukankah aku memberi mu jaket kemarin? kemana jaket itu sekarang?" tanya Alden, jarak mereka tidak juah, jadi Alden bisa langsung bertanya.

Sementara Adinda Tidak langsung menjawab, dia lagi-lagi terkejut melihat Alden ada di hadapan.

Kenapa pria ini selalu ada dimana-mana? pikirnya.

"Jaket itu sudah ku buang," jawab Dinda dengan ketus. Terus dinilai sebagai wanita bayaran oleh Alden membuatnya kesal.

Sesaat mereka saling tatap, Dinda yang menatap penuh dengan kebencian dan Alden yang menatap dengan tatapan entah.

Namun tatapan keduanya putus ketika mendengar suara seorang pria bicara tegas ...

"Maaf Tuan, anda dilarang parkir motor disini," ucap penjaga keamanan rumah sakit.

Larangan yang sontak saja membuat Dinda tersenyum dan pergi meninggalkan Alden.

"Din, tunggu!" pekik Alden.

"Tidak mau!" pekik Dinda pula, lalu melengos pergi.

1
Rafi Farisi
klo ngk ada emaknya Dinda mngkin sdh nganu yg ke 3 😂😂😂
Rafi Farisi
apa iya mau memenjarakan kakak sndiri 🤭😂😂😂
Rafi Farisi
anak ksayangamu mom pelakunya 🤭
Rafi Farisi
lah ngk ngefek obatnya ya, apa kecebong nya lari marathon hingga lbih cepat smpe tjuan ,hingga ngk ke kejar sm obat penggugur kandungan 🤭🤭😂
Rafi Farisi
yee dikacangin 😂😂😂
Rafi Farisi
dasar nenek lampir 😏😏😏
Pipit Aprilianti
Luar biasa
Rafi Farisi
jd kasian sm nasip Dinda ☹️☹️
Rafi Farisi
hahahha puas bngt gua ketawa 😂😂😂😂,,nenek dan cucu yang 11 12 🤭🤭
Rafi Farisi
gak tau aja klo rayden itu sperti apa, klo bner2 menjalankan rencana nya itu yg ada bakal mempermalukan drinya sndiri wkwkwk😂😂😂
Rafi Farisi
kapokk,,, itulah klo punya niat gak baik pasti akan dihalangi oleh semesta 😂
Rafi Farisi
beuhh bner2 pelakon yg apik si Liora ini, tp skrng kyknya Alden yg bakal mundur deh😂
Rafi Farisi
ooo gtu, pantesan bilang dng bgtu mudahnya klo Liora mnerima Alden apa adanya 😂😂, dri sini sdh trbaca klo Liora jg tdk setulus itu wkwk
Rafi Farisi
memo pesan tp udah kyk cerpen pnjang bner😂😂
Rafi Farisi
iyo ya buat cadangan haha😂😂
Rafi Farisi
awal yg wow 😂😂 😂
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
karya yang bagus
Hadijah Nadia
Luar biasa
Hadijah Nadia
👍👍👍👍👍
Nicky Nick
alden gercep suka deh..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!