DENDAM (Aku Bukan Bayangan)

Jebakan cinta Jackson pada Mayang akan di mulai dari episode ini. Akankah Mayang mampu bertahan, atau menyerah dengan keadaan?

Bukan kah cinta itu memberi? Memahami? Dan saling mengasihi? Lalu bagaimana dengan Jackson yang mengesampingkan cinta hanya demi memenuhi dan menunaikan misinya?

“Kenapa semuanya jadi begini? Kenapa Kak Rahmat berubah?” Mayang menangis di dalam kamar itu sendirian, ia tidak mengerti dengan perubahan yang terjadi pada Rahmat dalam waktu dua tahun terakhir ini.

Rahmat yang ia kenal dan cintai pada pandangan pertama itu adalah sosok yang lembut, dan penurut. Tapi kenapa sekarang berbeda, bahkan terkesan kejam dan tak punya hati.

“Apa yang terjadi? Kenapa?” Mayang terus menangis. “Aku akan bertahan, aku akan membuat Kak Rahmat kembali seperti dulu. Aku akan menunggu walaupun sampai aku tak mampu dan tak sanggup untuk menunggunya lagi,” kata Mayang kemudian.

Di saat tekadnya sudah bulat, tak ada lagi alasan apapun yang dapat menghentikannya. Ia segera menghapus air matanya lalu beringsut dari ranjang kamar itu, dan meraih piring makanan yang di letakan di atas meja. Ia memaksa makanan itu masuk ke perutnya.

Malam sudah semakin larut, Mayang pun sudah terlelap. Wajah damainya membaut siapin yang melihatnya akan terpesona.

Tap.. Tap.. Tap.. Langkah kaki memasuki kamar di mana tempat Mayang terlelap.

Ia menyibak anak rambut yang menutupi wajah Mayang. Berkata lirih di telinga Mayang, “Maafkan aku. Ku mohon maafkan aku,” setelah itu ia menyelimuti tubuh Mayang, dan segera pergi dari tempat itu.

“Ayo kita pulang, aku khawatir kakek akan menunggu dan tidur larut lagi,” kata Jack pada Dean.

“Lalu gadis itu?” tanya Dean.

“Biarkan saja, biarkan dia menderita di tempat ini. Di saat dia telah lelah, di saat itu pula dia akan berpikir untuk menghabisi dirinya sendiri,” kata Jack dengan cuek.

“Kau begitu kejam, Jack. Apakah kau tidak ada rasa pada gadis itu?”

“Saat ini bukan masalah rasa, tapi masalah sebenarnya adalah bagaimana cara membayar rasa sakit yang pernah mereka berikan pada kita,” kata Jack lagi.

“Apakah kau tidak akan menyesal?”

“Sudah ku mantapkan hati untuk mengambil langkah ini!”

***

“Lapor, Ketua! Wilayah perbatasan timur saat ini sedang di jaga ketat. Jadi saya rasa, saat ini Jackson dan Dean sedang lengah. Ini adalah kesempatan baik untuk menghabisi mereka,” kata seseorang pada atasannya.

“Perintahkan mereka untuk menghabisi Jackson dan Deandra secepatnya!” perintah sang ketua.

“Baik, Ketua!”

Anak buah orang itu segera bergegas. Mereka segera menyusun rencana. Rencananya, mereka akan melancarkan aksi mereka besok malam. Di saat keadaan sedang lengang.

Kelompok mafia Klan Tiger, sedang menargetkan Jackson dan Dean yang saat ini sebagai ketua muda di kelompok mafia Klan Dragon.

Klan Tiger VS Klan Dragon adalah dua kubu yang sejak pertama di dirikan memang saling bermusuhan. Klan Tiger di pimpin oleh seseorang yang haus dengan kekuasan dan kini sudah di pimpin oleh ketua baru, Ia bernama Ken. Sedangkan Klan Dragon, di dirikan oleh Kakek Petter yang sekarang di pimpin oleh Jackson dan Dean.

Niat Klan Tiger ingin menyerang perbatasan dan mengambil alih kekuasaan Klan Dragon. Tapi saat mereka hendak menyerang, keadaan di perbatasan di jaga dengan ketat. Jadi mereka berpikir, jika berbatasan di jaga ketat. Jackson dan Dean sedang lengah, saat seperti itulah momen yang paling pas untuk menghancurkan dan menggulingkan kekuasaan mereka di dunia bawah.

Keesokan malamnya, di jalanan yang biasa di lalui oleh Jack dan juga Dean. Para kelompok Klan Tiger sudah menunggu mereka.

Dan saat ini, Jack dan Dean sedang bersiap untuk pulang dari sebuah Club. Ya! Jack menemani Dean ke Club pada malam itu. Tanpa di sadari, nyawa mereka sedang di incar oleh sekelompok musuh.

“Jack, perasaanku tidak enak,” kata Dean pada Jack.

“Sudah lah, jangan banyak berpikir,” ujar Jack.

Jack melajukan mobil dengan kecepatan sedang, namun tiba-tiba saat mobil mereka sudah sampai di jalanan yang cukup sepi. Terdengar suara tembakan beruntun.

Dean panik saat mendengar suara tembakan itu.

“Jack! Awas!” teriak Dean. Ia segera mengambil senjatanya dan mulai membalas tembakan musuh.

Mereka terdesak, karena pihak musuh berjumlah banyak. Tentu juga dengan persiapan yang sudah matang, lain dengar mereka yang hanya membawa senjata mereka untuk berjaga-jaga saja.

“Hati-hati, nyawa kita sudah di targetkan!” seru Jack yang fokus mengemudi.

Melihat Dean semakin terdesak, Jack pun meminta bertukar tempat.

“Cepatlah!”

“Kita bisa bahaya jika seperti ini! Kita bisa melaju ke arah jurang yang ada di depan.” seru Dean yang tidak mau bertukar tempat.

“Keras kepala. Cepatlah kemari, atau mereka akan menembak kepalamu!” bentak Jack. Dan akhirnya dengan susah payah mereka bertukar tempat.

Kini Dean yang mengemudikan mobil dan Jack yang membalas serangan. Dengan gesit Jack mulai menembak namun pada akhirnya, lengan kiri Jack terkena peluru musuh.

Di mobil musuh, “Bos! Salah satu dari mereka sudah tertembak,” kata salah satu dari musuh.

“Bagus, jangan beri mereka kesempatan untuk kabur,” ucap seseorang yang pangkatnya paling tinggi di antara anggota klan Tiger.

“Tapi, Bos. Kelompok kita sudah banyak yang terluka,” jelas anggota musuh.

“Aku tidak perduli, ketua meminta kita untuk menghabisi mereka berdua. Jika kita pulang dengan kegagalan, kita bukan hanya terluka tapi ketua akan membunuh kita semua,”

“Ban*sat! Ku habisi kalian semua!” maki Jack dengan penuh emosi.

Ia pun menembaki musuh tanpa ampun. Darah di lengannya terus saja keluar, membuat Dean sedikit panik melihatnya.

“Jack, kau tidak apa-apa? Jumlah mereka terlalu banyak, aku rasa kita hanya bisa kabur sekarang,” kata Dean sambil menancap gas mobil itu dengan kecepatan tinggi.

“Aku tidak apa-apa. Fokuslah pada tugasmu,” ucap Jack.

Mereka melaju cepat meninggalkan mobil musuh, hingga membuat musuh kehilangan jejak.

“Bos, mobil mereka tidak terlihat lagi, mereka lolos!” kata salah satu anak buah.

“Putar balik, ayo pulang. Besok kita akan menyerang kembali,”

Pihak musuh pun tak lagi mengikuti mobil mereka. Sedangkan Dean, ia melajukan mobil menuju apartemen Jack.

“Kenapa, kau bawa aku kemari?” tanya Jack pada Dean.

“Obati dulu lenganmu. Baru kita pulang ke rumah utama,” kata Dean sambil membuka pintu mobil.

Kemeja putih yang di pakai oleh Jack sudah basah, akibat cairan berwarna merah yang terus keluar dari dalam tubuhnya. Tapi Jack sepeti tak merasakan luka itu. Ia langsung saja keluar dari mobil dan berjalan memasuki apartemen nya.

Mayang yang melihat semua itu dari lantai atas, segera berlari menuruni anak tangga. Ia ingin mengobati lengan Jack yang terluka.

Sedangkan di lantai bawah, Dean sedang mengecek luka itu. “Untung saja cuman kena serempet, kalau beneran tertembak. Mati lah aku di bunuh kakek,” kata Dean sambil mengusap keningnya.

“Kak Rahmat!” saat tiba di lantai bawah, Mayang segera berlari dan memegang tangan Rahmat.

“Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu, wanita jelek!” maki Jack dengan kata yang penuh penekanan.

“Mayang ingin mengobati luka, Kak Rahmat,” kata Mayang dengan suara lirih.

“Aku tidak butuh bantuanmu! Dan satu lagi, berhenti memanggilku dengan sebutan Rahmat!” Jack menghempaskan tubuh Mayang dengan kesar. Dan Mayang hanya meringis menahan sakit, sakit pada hempasan tubuhnya dan juga sakit pada hatinya.