ketika kita ingin melupakan masa lalu namun itu sulit, padahal itu semua yang membuatnya sakit hati setelah 5 tahun dia menghindar dari segala urusannya dengan masa lalu apa jadinya jika takdir justru menuntunnya bertemu dengan org yang selama ini ingin dia hindari.
apa dia akan menemukan kebahagiaan atau akan terluka untuk yg kedua kalinya?
ini karya pertama ku mohon dukungannya teman-teman
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sriiwidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Kericuhan terjadi di rumah Andreas. Terdengar suara tangisan anak dari dalam rumah. Anak itu sudah di bujuk oleh siapapun namun tidak juga membuatnya berhenti menangis.
Yah siapa lagi kalau bukan Arkana. Dia yang tadinya sedang menunggu ayahnya pulang masih anteng-anteng saja, namun saat matanya melirik ke arah jarum jam dia seolah-olah tahu kalau ayahnya telat pulang. puncak tangisan nya saat Omanya bertanya tentang ayahnya pada bi Sumi.
"Yayah pasti pelgi ke rumah Tante tantik, Kana dak di Jak." raung Arkana di tengah tangisannya.
"Ayah di sekolah masih ada kerjaan." jawab Bu Ratih. Dia tidak mengerti rumah Tante cantik itu siapa.
"Oma Kana mau susul Yayah te lumah Tante tantik. ayo naik mobil jalan." Ajaknya sambil menarik-narik tangan Bu Ratih. Bu Ratih memijat pelipisnya yang merasa berdenyut melihat tingkah cucu satu-satunya itu.
Yang di minta Arkana bukan lagi ketemu ayahnya Melain kan meminta Oma nya untuk mengantarkan ke rumah Tante cantik.
Bi Sumi datang terpogoh-pogoh karena mendengar suara tangisan Arkana makin kencang.
"Bi kemarin-kemarin dia di ajak kemana sama Andreas?" tanya Bu Ratih saat bi Sumi sudah di depannya.
"saya gak tau Bu, cuma saat pamitan bilangnya ke rumah teman." jelas bi Sumi.
"Andreas nyari perkara, sekarang udah gini malah ibunya yang bingung." gerutu Bu Ratih.
Bu Ratih mendekati Arkana yang sedang berguling-guling di karpet tebal di ruang TV, di lihatnya balita itu masih menangis sambil berguling ke sana kemari. Itu adalah andalannya saat menginginkan sesuatu.
"Oma mau tanya itu Tante cantik siapa namanya." tanya Bu Ratih sangat lembut.
"Tante Nana, belatannya ada Zizi." ucap Arkana dia sedikit susah mengatakan nama Ziah. Bu Ratih bukannya menemukan jawaban malah makin pusing.
Dia pun menelpon Andreas namun setelah beberapa kali di telpon tidak di jawab. Bu Ratih merasa pusing melihat kelakuan anak dan cucunya.
Dari luar terdengar suara motor Andreas, Arkana yang mendengar nya pun langsung berlari keluar rumah. Dia melihat Ayahnya sedang membuka helm.
"Yayah." teriaknya. Andreas tersenyum ke arah anaknya sambil berjalan begitu sampai di hadapan Arkana, Andreas menggendong anaknya.
"Kenapa keluar?" tanya Andreas.
"Yayah pelgi ke lumah Tante tantik?" Arkana malah balik bertanya.
"Enggak tadi ayah ada kerjaan dikit." jelas Andreas, dia tidak mungkin mengatakan kalau dirinya sudah bertemu Ziah.
"tana pengen te lumah Tante tantik lagi, ayo kita ke tanah tana mau main sama yota." rengeknya di pangkuan Andreas.
Andreas tidak menggubris rengekan anaknya, dia masuk ke dalam rumah karena dia melihat mata anaknya yang sembah habis menangis.
Andreas duduk di kursi ruang keluarga sambil memangku Arkana, Bu Ratih yang baru saja masuk kamar keluar menghampiri Andreas.
"Anak kamu nangis dari tadi gak berhenti, kalo bisa habis mengajar langsung pulang jangan keluyuran kemana aja." kata Bu Ratih sedikit emosi. Pasalnya cucunya jika sudah meminta sesuatu harus segera di turuti.
"Emang tantrum kenapa lagi sih anak ayah, biasanya juga kan anteng sama Oma." tanya Andreas.
"mau Tante tantik lagi yah, ayo te sana lagi." Ajak Arkana. Andreas terdiam pasalnya di sana Ada Bu Ratih. Dia sudah yakin ibunya akan menelotnya dengan pertanyaan seputar wanita yang di sebut anaknya Tante cantik.
"Kamu pas libur kemarin habis ngajakin dia ke rumah siapa? Dia tadi ngajakin Mama ke sana sedangkan Mama aja gak ngerti dia siapa." jelas Bu Ratih. Andreas bingung mau menjawab apa, kalau dia jujur dia takut ibunya akan ikut campur seperti sebelumnya. dia takut belum sempat meyakinkan Ziah tapi dia sudah kehilangan untuk yang kedua kalinya.
"kamu lagi Deket lagi sama perempuan?" tanya Bu Ratih lagi.
"dreas jangan bohongi Mama ya, kala enggak Mama bakalan nyari tahu sendiri." Ancam Bu Ratih.
Andreas pun menceritakan semuanya mengenai pertemuan nya lagi dengan Ziah, Andreas bahkan memohon kepada ibunya jangan sampai mengganggu kehidupan percintaan nya lagi. Dia tidak ingin kehilangan Ziah seperti waktu itu.
"Dreas mohon mah, sekali ini aja Mama jangan melarang dreas. Izinkan kali ini dreas mengambil jalan hidup dreas sesuai hati dreas." ucapnya lirih. Dia tidak bisa membayangkan seandainya Ziah menghilang lagi dari hidupnya cukup satu kali dia menyia-nyiakan wanita itu.
Bu Ratih tidak menjawab, dia juga seperti dilema. Hatinya berkecamuk setelah mendengar kan cerita Andreas. Benar bukan jika jodoh sekuat apapun kita menolak bahkan memisahkan keduanya takdir pasti mempertemukan mereka kembali.
Bu Ratih beranjak dari duduknya meninggal kan Andreas sendiri, karena Arkana tadi sudah kembali bermain bersama bi Sumi di kamarnya. Andreas menatap punggung Bu Ratih yang semakin menghilang di balik pintu kamar.
Andreas meremas rambutnya sendiri, dia merasa frustasi sendiri, Ziah yang belum bisa ia luluhkan dan sekarang belum apa-apa Bu Ratih sudah mengetahui segalanya bahwa dia sedang memperjuangkan Ziah lagi. Mengapa semuanya tidak berjalan seperti yang dia harapkan.
Andreas berjalan ke lantai dua menuju kamarnya, dia ingin mengguyur tubuhnya dengan air dingin siapa tahu dengan itu bisa sedikit mengurangi rasa pusing di kepalanya.
Setelah mandi dan berganti baju Andreas pun turun ke lantai 1 perutnya sudah keroncongan minta di isi. Di meja makan sudah berkumpul anggota keluarga Andreas bahkan Arkana juda sudah duduk anteng di kursi nya.
Mereka makan dalam diam, hanya dentingan sendok yg beradu dengan piring yang terdengar.
"Kak, kakak lagi Deket lagi sama Ziah?" tanya Mirna adiknya Andreas. Andreas terdiam dia menatap ke arah Bu Ratih dan pak Bagus.
Andreas hanya mengangguk sebagai jawaban.sementara kedua orangtuanya hanya diam.
pak Bagus bukannya tidak mendukung Andreas dia hanya ingin melihat dulu keseriusan Andreas untuk meyakinkan ibunya dan juga Ziah.
Setelah bercengkrama sebentar di Ruang keluarga Andreas pamit untuk menidurkan Arkana yang sudah terlihat mengantuk. Andreas menggendong anaknya ke kamar, namun saat menemani anaknya tidur dia juga malah ikut tertidur.
pagi menjelang, Andreas bersiap-siap untuk berangkat mengajarm Yah meski semangat nya lebih karena ingin bertemu Ziah. Setelah sarapan Andreas langsung berangkat ke sekolah. Jalanan lumayan macet karena banyak yang berkendara untuk pergi bekerja atau anak-anak sekolah.
Andreas sampai di sekolah bersamaan dengan Ziah yang juga baru datang. Mereka memarkirkan motornya bersisian. Tidak ada gerutuan kelurahan dari bibir Ziah.
"Kirain udah nyampe dari tadi." ucap Andreas. Dia memandang ke arah Ziah yang sedang meletakkan helm nya.
"Agak ke siangan, trus harus nganter dulu Ega. Untung nya nyampe sekolah gak begitu ke siangan." ucap Ziah. Andreas mengangguk mungkin karena efek ke siangan kata-kata ketus Ziah tidak keluar dari mulut nya.
Mereka jalan bersisian, meski tidak ada obrolan. Sampai di koridor mereka berpisah Andreas pergi ke ruang guru sementara Ziah ke perpus.
Ziah sedang mengecek data di komputer tentang buku yang di pinjam murid-murid di sana. Saat sedang fokus seseorang mengetuk pintu perpus.
Tok..tokk..tok
Ziah melihat Ada pak satpam berdiri di depan pintu, Ziah menghampiri nya.
"Kenapa pak?" tanya Ziah sopan sambil tersenyum.
"Ini Bu Hanna ada yang nyari ibu." kayak pak satpam sambil menunjuk pada seorang wanita.
Ziah menatap ke arah wanita itu, tapi dia tidak mengenalinya. Wanita itu tersenyum ke arah Ziah.
"Maaf ibu siapa ya?" tanya Ziah, tumben-tumben nya ada orang mencari nya. Tapi dia tidak mengenalinya.
"saya Lidya." ucap wanita yang mengaku sebagai Lidya.
Ada apa sebenarnya kenapa Lidya mencari Ziah Samapi menyusul ke area sekolah. Apa ini ada hubungannya dengan Andreas dan Arka?