NovelToon NovelToon
Asmara, Dibalik Kokpit

Asmara, Dibalik Kokpit

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Fauzi rema

Ini adalah kisah tentang Asmara, seorang pramugari berusia 25 tahun yang meniti karirnya di atas awan, tiga tahun Asmara menjalin hubungan dengan Devanka, staf bandara yang karirnya menjejak bumi. Cinta mereka yang awalnya bagai melodi indah di terminal kedatangan kini hancur oleh perbedaan keyakinan dan restu orang tua Devanka yang tak kunjung datang. dan ketika Devanka lebih memilih dengan keputusan orangtuanya, Asmara harus merelakannya, dua tahun ia berjuang melupakan seorang Devanka, melepaskannya demi kedamaian hatinya, sampai pada akhirnya seseorang muncul sebagai pilot yang baru saja bergabung. Ryan Pratama seorang pilot muda tampan tapi berwajah dingin tak bersahabat.
banyak momen tak sengaja yang membuat Ryan menatap Asmara lebih lama..dan untuk pertama kali dalam hidupnya setelah sembuh dari rasa trauma, Ryan menaruh hati pada Asmara..tapi tak semudah itu untuk Ryan mendapatkan Asmara, akankan pada akhirnya mereka akan jatuh cinta ?

selamat membaca...semoga kalian suka yaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Pagi ini cuaca cerah.

Langit biru tampak bersih tanpa awan, dan di landasan pacu, pesawat SkyAir sudah siap untuk penerbangan menuju Bali.

Ryan berdiri di depan mobil hitam yang baru saja berhenti di area VIP access bandara.

Dari dalam, Mami Rosa turun perlahan, mengenakan blus berwarna pastel dan kacamata hitam besar yang membuatnya tampak elegan seperti layaknya kaum sosialita.

Rosa menatap sekeliling, lalu menyunggingkan senyumnya.

“Sudah lama sekali Mami nggak menghirup udara bandara dari sisi ini. Biasanya Mami cuma lihat dari ruang tunggu penumpang biasa.”

Ryan tersenyum tipis.

“Sekarang waktunya Mami lihat dari sisi lain. Hari ini Mami jadi penumpang istimewa, ikut langsung dengan pilotnya.”

Rosa tertawa renyah.

“Pilotnya yang satu ini kebetulan anak Mami sendiri, kan?”

“Betul. Tapi nanti Mami tetap harus disiplin. Jadi nanti di kabin, Mami nggak boleh ganggu kaptennya kerja.”

Rosa tertawa lagi, matanya berbinar, sudah lama ia tak merasakan kedekatan hangat seperti ini dengan putranya.

Biasanya Ryan sibuk, dingin, jarang mengajak bicara kecuali hal-hal penting.

Tapi hari ini… ada yang berbeda.

Mereka berjalan berdampingan menuju boarding gate khusus kru.

Beberapa staf yang lewat sempat berbisik kagum, karena tak sering seorang kapten besar SkyAir datang bersama ibunya.

Di ruang tunggu kru, beberapa awak kabin sudah bersiap.

Dan di antara mereka, salah satu pramugari senior duduk tenang sambil memeriksa dokumen penerbangan, pramugari itu adalah Asmara.

Begitu Ryan masuk, pandangan mereka bertemu.

Asmara langsung refleks menunduk, jantungnya berdegup cepat.

meskipun ia tahu pilot yang bertugas hari ini adalah Ryan, tapi semenjak menyetujui perjanjian pura-pura menjadi pacarnya membuat Asmara canggung dan tak berani lama menatap pilot tampan itu.

Rosa, yang belum menyadari apa-apa, menatap sekeliling.

“Wah, jadi ini ruang kru-nya ya? Rapi juga.”

Ryan tersenyum kecil, lalu memperkenalkan.

“Mami, ini beberapa awak kabin yang akan bertugas hari ini.”

Dan ketika pandangannya beralih pada Asmara, suaranya sempat sedikit berubah, lebih lembut, nyaris tak disadari siapa pun.

“Dan ini… Asmara. Salah satu pramugari terbaik di SkyAir.”

Asmara segera berdiri dan menunduk sopan.

“Selamat pagi, Ibu Rosa.”

Rosa mengerutkan kening sedikit, nama itu terasa tak asing di telinganya.

Ia memperhatikan wajah Asmara dengan seksama, lalu bibirnya perlahan membentuk senyum.

“Ah, kamu Asmara? Nama yang cantik. Kayak pernah dengar, tapi lupa di mana…”

Ryan langsung memotong dengan nada ringan.

“Mami, ayo duduk dulu. Sebentar lagi kita boarding.”

Asmara menelan ludah pelan, mencoba menenangkan dirinya.

Sementara Ryan… diam-diam berusaha menyembunyikan senyum tipis di sudut bibirnya.

Ia tidak menyangka pertemuan ini akan datang secepat itu, tapi di dalam hatinya, ia tahu, mungkin inilah awal dari sesuatu yang baru.

Flashback — Malam Sebelum Keberangkatan ke Bali 🏖

Suasana sore menjelang malam terasa tenang di balkon apartemen Ryan.

Langit memerah lembut, sementara angin membawa aroma hujan yang baru saja berhenti.

Asmara baru saja keluar dari kamar tamu setelah menerima pesan singkat dari Ryan yang memintanya datang ke ruang tamu.

Ia melangkah pelan, masih ragu, karena sejak kejadian “kesepakatan pacar pura-pura” itu, Ryan bersikap sangat dingin dan serius.

Ryan berdiri di dekat jendela besar, ia masih mengenakan kemeja hitam dengan lengan tergulung.

Tatapannya menembus pemandangan kota yang mulai menyala oleh lampu malam.

Begitu mendengar langkah Asmara mendekat, Ryan menoleh perlahan.

“Kita harus bicara.”

Asmara menegakkan tubuhnya, nada Ryan kali ini terdengar berat tapi bukan marah, lebih seperti seseorang yang sedang mempersiapkan sesuatu yang besar.

“Bicara tentang apa, Kapten?”

Ryan menatapnya, lalu perlahan berjalan ke arah meja dan duduk di tepi sofa.

Tangannya menyentuh dagu sebentar, seperti menimbang kata.

“Beberapa hari lalu… kamu masih ingat seorang wanita yang kamu tolong di depan klinik kecantikan?”

Asmara tampak berpikir sejenak, lalu mengangguk cepat.

“Oh itu..iya aku ingat. Beliau hampir pingsan di pinggir jalan, aku sempat membawanya pulang. kok Kapten tau kejadian itu…?”

lalu terhenti, seolah baru menyadari sesuatu

“Jangan bilang…”

Ryan menatapnya lurus, sorot matanya sedikit menajam.

“Itu Ibu-ku.”

Asmara membeku.

Matanya membesar, napasnya sempat tercekat.

Ia butuh waktu beberapa detik untuk benar-benar memproses kenyataan itu.

“Ibu Kapten...?” gumam Asmara setengah berbisik.

Ryan mengangguk pelan.

“Iya. Dan hari itu juga… Mami cerita tentangmu. Katanya, dia bertemu gadis yang baik hati, sopan, bahkan mau repot-repot mengantarnya pulang padahal kalian belum mengenal, tapi Mami benar-benar terkesan.”

Asmara menunduk, perasaannya campur aduk antara kaget, gugup, dan tak tahu harus bereaksi seperti apa.

“Aku…aku hanya tulus menolong beliau Kapten, dan aku benar-benar tidak menyangka. Dunia sekecil ini, ya?”

Ryan menatapnya dalam.

“Bukan dunia yang kecil. Mungkin memang sudah waktunya jalur kita ketemu.”

Asmara menelan ludah pelan.

Ia tak tahu apa maksud Ryan sebenarnya, tapi tatapan pria itu terasa lebih serius dari biasanya.

dengan nada lebih santai, Ryan melanjutkan kata-katanya.

“Besok aku ada penerbangan ke Bali. Mami ikut juga, sekalian refreshing. Dan kamu… ada di jadwal penerbangan itu.”

Asmara menatapnya heran.

“Iya, aku tahu. Tapi kenapa kamu bilang seolah itu penting?”

Ryan bersandar, lalu menatapnya penuh arti.

“Karena setelah penerbangan itu, aku ingin kamu tinggal semalam di Bali. Ada sesuatu yang harus kamu lakukan.”

Asmara menatapnya curiga.

“Lakukan ? Apa itu ?”

Ryan menghela napas panjang, lalu berkata tanpa basa-basi:

“Mami ingin bertemu kekasihku. Dan aku sudah terlanjur bilang… aku sudah punya kekasih itu.”

Asmara langsung menatapnya tak percaya.

“Kamu— kamu bilang aku kekasihmu ke ibumu?”

Ryan mengangguk tenang.

“Aku nggak sebut nama, tapi sekarang aku nggak punya pilihan lain. Kamu satu-satunya yang bisa bantu aku teruskan kebohongan itu.”

Asmara menggeleng cepat, tubuhnya tegang.

“Kapten Ryan, itu gila! Aku bukan aktris, aku bukan siapa-siapa. Lagipula… ibumu orang terpandang, kalau dia tahu aku cuma pramugari—”

Ryan memotong, tajam tapi nadanya tenang.

“Kalau Mami tahu kamu pramugari, dia justru akan lebih percaya. Karena Mami sudah pernah bertemu denganmu sebelumnya, walaupun itu kebetulan.”

Asmara terdiam.

Dia tidak bisa menyangkal, kata-kata Ryan ada benarnya.

“Tapi kenapa harus aku?”

Ryan menatapnya lama, lalu menjawab dengan suara rendah namun mantap:

“Karena aku percaya padamu.”

Hening.

Hanya suara jam dinding yang terdengar di antara mereka.

Asmara memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan detak jantungnya yang mulai kacau.

Ia tahu, seharusnya ia menolak. Tapi entah kenapa… saat mendengar kalimat terakhir Ryan, hatinya terasa sulit menolak.

“Baiklah… aku bantu kamu. Tapi aku nggak mau menangung resiko hasil akhirnya...”

Ryan mengangguk pelan, ia tersenyum samar, untuk pertama kalinya di malam itu.

“Aku yang akan menanggung segala resikonya...”

Namun dalam diam, Ryan tahu… satu malam di Bali itu mungkin akan mengubah segalanya.

...✈️...

Di dalam kabin pesawat yang elegan dan tenang, Mami Rosa duduk di kursi kelas bisnis dengan tenang, namun matanya tak henti memperhatikan salah satu pramugari yang sedang melayani penumpang dengan senyum tulus dia adalah Asmara.

Rosa memperhatikan gerak-geriknya, dari cara Asmara menyapa penumpang, membenarkan posisi tas di bagasi atas, hingga menata nampan minuman dengan cekatan. Ada sesuatu dalam diri gadis itu yang membuat Rosa merasa hangat, perasaan yang sulit dijelaskan.

“Cantik sekali…” gumam Rosa lirih tanpa sadar.

Ryan yang duduk di sebelahnya menoleh sekilas, sedikit khawatir ibunya akan menebak sesuatu.

“Ibu bilang apa tadi?” tanya Ryan, suaranya dibuat santai.

Rosa tersenyum, matanya tak lepas dari Asmara yang sedang menenangkan seorang anak kecil di kursi depan.

“Gadis pramugari itu, Ryan. Wajahnya begitu teduh. Senyumnya... menenangkan sekali. Jarang sekali Mami melihat pramugari yang punya aura seanggun itu.”

Ryan berpura-pura menatap keluar jendela, menahan senyum kecil yang hampir muncul.

“Mungkin karena Mami sudah lama tidak bepergian naik pesawat.” jawabnya datar.

Rosa melirik Ryan sekilas, lalu tertawa lembut.

“Ah, kamu ini… Tapi serius deh, dia terlihat begitu berkelas. Kulitnya putih bersih, seperti susu. Lembut tapi… matanya tegas sekali. Seolah dia tahu apa yang dia mau.”

Ryan menelan ludah pelan. Ia tahu betul siapa yang sedang ibunya bicarakan.

Asmara, gadis yang kini terlibat dalam sandiwara kecilnya, dan entah kenapa, perlahan mulai menempati ruang di hatinya.

Rosa kembali bersandar di kursinya. “Kalau ibu punya menantu secantik dan seanggun itu, ibu pasti bahagia sekali.”

Ucapan itu membuat Ryan terdiam. Ada senyum samar di ujung bibirnya, tapi juga rasa gugup yang tak bisa dijelaskan.

Ia hanya bisa menatap ke depan, melihat bayangan Asmara yang sedang berjalan di lorong pesawat.

Dalam hatinya, Ryan bergumam pelan:

“Mungkin, Mi… tanpa Mami sadari, ucapan itu sebentar lagi akan aku usahakan jadi kenyataan.”

Setelah perbincangan singkat itu, Ryan tersenyum kecil pada ibunya, lalu menatap jam di pergelangan tangannya.

“Mami, sebentar lagi waktunya take off. Aku harus ke kokpit dulu,” katanya dengan nada lembut namun tegas, seperti seorang kapten yang sudah terbiasa disiplin.

Rosa mengangguk sambil tersenyum bangga. “Baiklah, Nak. Hati-hati ya. Mami duduk di sini saja, menikmati perjalanan. Oh, dan kalau bisa nanti kenalkan Mami pada pramugari cantik itu,” ujarnya dengan mata berbinar.

Ryan hanya terkekeh kecil, menahan ekspresi gugup. “Kita lihat nanti, Mi.”

Dengan langkah tegap, Ryan meninggalkan kursi penumpang menuju ke depan pesawat. Beberapa penumpang sempat melirik kagum, wajah tampannya memang mudah menarik perhatian. Seragam pilot dengan emblem SkyAir di dada kirinya membuatnya terlihat semakin berwibawa.

Sesampainya di kokpit, Ryan mengenakan headset, lalu duduk di kursinya. Co-pilot yang sudah menunggu, Kapten Dimas, menoleh padanya.

“Sudah siap, Kapten?”

Ryan mengangguk singkat. “Siap untuk terbang ke Bali.”

Sementara itu, di lorong kabin, Asmara menatap pintu kokpit yang baru saja tertutup. Dalam hatinya masih ada rasa tak menentu. Ia tahu, setelah pesawat ini mendarat, sandiwara yang mereka buat akan segera dimulai, ia harus berperan sebagai kekasih Ryan di hadapan ibunya.

Asmara menarik napas dalam, lalu menegakkan tubuhnya, menyapa penumpang lain dengan senyum hangat. Tapi di dalam dadanya, jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.

...✈️...

...✈️...

...✈️...

^^^Bersambung...^^^

1
Siti Naimah
menyimak dulu...kelihatannya bakal seru nih
Marini Suhendar
❤❤❤...lanjut thor
Nursina
semangat lanjutkan👍
Nursina
karya yg menarik semangat
Mericy Setyaningrum
wah Dubai Im in love
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!