NovelToon NovelToon
JODOH WASIAT DEMANG

JODOH WASIAT DEMANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:621
Nilai: 5
Nama Author: DUOELFA

"Genduk Mara, putu nayune Simbah Demang. Tak perlulah engkau mengetahui jati diriku yang sebenarnya. Aku ingin anak turunku kelak tidak terlalu membanggakan para leluhurnya hingga ia lupa untuk selalu berusaha membangun kehidupannya sendiri. Tak ada yang perlu dibanggakan dari simbah Demangmu yang hanya seorang putra dari perempuan biasa yang secara kebetulan menjadi selir di kerajaan Majapahit. Kuharapkan di masa sekarang ini, engkau menjadi pribadi yang kuat karena engkau mengemban amanah dariku yaitu menerima perjodohan dari trah selir kerajaan Ngayogyakarta. Inilah mimpi untukmu, agar engkau mengetahui semua seluk beluk perjodohan ini dengan terperinci agar tidak terjadi kesalahpahaman. Satu hal yang harus kamu tahu Genduk Mara, putuku. Simbah Demang sudah berusaha menolak perjodohan karena trah mereka lebih unggul. Tapi ternyata ini berakibat fatal bagi seluruh keturunanku kelak. Maafkanlah mbah Demang ya Nduk," ucap Mbah Demang padaku seraya mengatupkan kedua tangannya padaku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DUOELFA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14

"Aku sudah memaafkan mereka berdua. Tapi entah mengapa hal itu tetap membuatku merasa takut menjalani hari selanjutnya? Bagaimana hal itu tidak membuatku terluka, Lastri? Melihat raja yang lebih mementingkan diri sendiri, melihat ia begitu memperhatikan dan menyayangi permaisuri dan para Selir yang dia sayangi. Ia hanya memikirkan anak permaisuri serta anak selir yang ia sayangi. Sementara di sisi yang lain, ada selir yang terabaikan, ada anak selir yang terabaikan begitu saling bersaing hanya agar mendapat perhatian dan kasih sayang sedikit saja dari seorang raja yang kerapkali tak ada sama sekali meski secuil saja. Persaingan antar selir dan anak selir yang begitu keras hingga seringkali berujung kematian karena racxn atau pengasingan ke tempat antah berantah. Persaingan yang begitu keras sehingga membuat kami para Putra selir merasa bahwa kerajaan adalah tempat yang tidak aman sama sekali karena tempat itu bisa menikam kami kapan dan dimana saja."

"Bagaimana bisa aku tidak membawa trauma itu sampai ke masa depan? Sebuah trauma yang membuat saya memutuskan untuk keluar dari lingkungan kerajaan dalam kondisi apapun. Menjadi seorang Demang Belanda, seorang suruhan, bawahan, centeng, antek Belanda, aku terima asalkan aku bisa keluar dari neraka yang bernama kerajaan itu," ucap raden mas demang mencoba menjelaskan keadaannya pada Lastri.

"Tapi sebagai anak raja yang terkenal dengan kewibawaan dan kesantunan, saat terjun ke masyarakat, saya harus tetap mementingkan naluri hati dan pikiran yang tajam, berusaha mengesampingkan sifat egois dalam diri, mengesampingkan masalah pribadi dan hanya mengedepankan kepentingan masyarakat. Hanya itu yang kupikirkan saat ini. Uang yang semakin menipis karena untuk untuk membantu menutupi pajak para pribumi yang harus disetorkan pada pihak VOC. Menutup semua bentuk pengeluaran kanan dan kiri agar bisa membuka peluang baru untuk menghasilkan lebih banyak pemasukan agar bisa menutup pajak di saat kondisi ekonomi yang sangat tidak memungkinkan seperti ini."

"Akankah aku mampu mengajak orang yang aku cintai semakin terpuruk bersamaku, Lastri? Seseorang yang seharusnya dicintai, diratukan, tapi malah akan diajak ikut sengsara menanggung semua masalah para pribumi. Aku tak ingin itu terjadi padaku kelak. Mereka semua mengira bahwa seorang demang adalah antek Belanda. Mereka mengira Demang adalah centeng Belanda. Mereka tidak memikirkan bahwa demang itu sebenarnya adalah pelindung bagi pribumi. Bagaimana mereka kerapkali mengorbankan segala cara, segala hal yang bersifat pribadi agar pribumi tidak merasakan apa yang ia rasakan. Apakah aku akan membawa orang yang kucintai dalam kondisi seperti ini Lastri? Kumohon dengan sangat. Aku sudah merelakan semuanya. Aku sudah mengikhlaskan semuanya. Kamu tidak perlu berjanji padaku lagi. Tubuh dan hidupmu adalah milikmu sendiri. Berbahagialah. Aku akan selalu senang melihatmu bahagia. kebahagiaanmu adalah segalanya bagiku."

"Bagaimana aku bisa mencintai lelaki yang lain sementara sikapmu, tutur katamu, apa yang kamu lakukan, telah sedikit demi sedikit telah menumbuhkan cinta dalam hatiku. Cinta ini tumbuh, tumbuh dan tumbuh tanpa aku bisa menghentikannya sama sekali. Bila aku tidak bisa memilikimu, bila aku tidak bisa bersanding denganmu, lebih baik aku menghilang dan menjauh darimu sejauh-jauhnya agar aku tidak menatapmu dan tidak memandangmu bersanding dengan gadis yang lain," ucap Lastri sembari dengan tetap menundukkan wajahnya.

"Lastri, kumohon padamu. Aku juga tak memiliki pikiran untuk menikah. Apalagi bersanding dengan perempuan lain. Tapi, aku memiliki ketakutan tersendiri. Aku sangat takut tidak bisa membahagiakan orang yang kucintai. Kuharap menikahlah dengan lelaki lain. Kumohon lepaskanlah janjimu padaku. Aku mohon dengan sangat," Ucap raden mas demang dengan tergugu menahan air mata yang hampir tertumpah di pipi.

"Raden, setiap orang memiliki masa lalu, baik itu masa lalu yang baik atau pun masa lalu yang kelam. Saya pun sama. Panjenengan juga tahu saya memiliki masa lalu yang seperti apa. Masa lalu yang begitu kelam yaitu percobaan rudapaksa hingga sebanyak dua puluh lima kali, hingga dilelang di acara buka selambu. Orang tua meninggal dunia. Peninggalan harta orang tua habis tak tersisa dan dijadikan sebagai rebutan antar keluarga besar dari pihak ibu maupun bapak. Sekarang saya malah hidup sendiri tanpa sanak dan saudara yang menghampiri. Jangankan menghampiri saya, mungkin sekedar memandang sekilas pun, mungkin mereka juga merasa enggan. Malah mereka seakan tak sudi memiliki saudara miskin sebatang kara sepertiku. Tapi saya selalu berusaha memandang ke depan. Entah di depan itu nanti susah atau pun senang, saya tidak terlalu memikirkan hal itu. Pikiran saya hanya bila saya hanya tersetuju pada masa lalu, bagaimana masa depan saya kelak? Bila saya hanya memikirkan masa lalu, seakan saya terbelenggu. Hidup saya adalah pada masa sekarang. Bila pikiran dan hati hanya terpusat pada masa lalu, betapa sayang sekali hidup saya bila hanya digunakan untuk hal yang seperti ini. Masa lalu digunakan sebagai pembelajaran agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Masa lalu juga saya dijadikan sebagai pemicu agar kita selalu hidup selangkah lebih baik dari sebelumnya."

"Raden, panjenengan begitu beruntung karena masih memiliki seorang ibu yang begitu mengikuti apapun keputusan Raden. Ada juga Paijo yang begitu setia mengikuti Raden hingga ke Kadiri. Ia juga turut serta membantu apapun yang menurutnya baik untuk Raden dan mbah Ibu. Raden juga masih bisa belajar dari kehidupan para pribumi yang begitu menerima keadaan yang disuguhkan oleh sang Pencipta pada mereka. Hasil panen yang hanya sekedar cukup untuk makan, mereka sama sekali tidak mengeluh. Yang penting ada makanan yang bisa dihidangkan di meja makan yang cukup untuk makan hari ini dan esok hari, bagi mereka itu adalah sesuatu yang sudah sangat luar biasa."

"Raden, ingatlah. Di atas langit, masih ada langit. Di atas penderitaan kita, masih ada yang lebih menderita lagi dari kita . Apalagi yang membuat kita semakin tidak bersyukur pada Tuhan, Raden?"

"Raden, sebuah masalah itu perlu diunggah udunke biar pikiran kita tidak sepenuhnya sepaneng dalam menghadapi semua masalah di dunia. Dunia ini juga cuma sementara. Akhiratlah yang lebih utama. Alangkah baiknya bila kita mementingkan yang utama itu bukan?" kata Lastri pada raden mas demang agar ia tidak terlalu kalut dengan pikirannya. 

Mbah Ibu tidak sengaja mendengarkan perkataan mereka berdua dari teras depan rumah. 

"Tuhan, mereka pasangan yang serasi. Yang satu gampang cilik ati, yang satu lagi begitu menenangkan. Kumohon jodohkanlah mereka berdua Tuhan," ucap mbah Ibu lirih pada semilir angin. 

"Terima kasih atas perkataanmu malam ini, Lastri. Hatiku semakin tenang setelah mendengarkan perkataanmu. Tidurlah. Aku akan menunggumu di sini. Di teras surau ini," ucap Raden Mas demang dengan penuh kelembutan.

Lastri terlihat pergi ke bilik kamar dan menutup pintu dengan pelan. Ia terduduk bersimpuh di pintu bagian dalam.

Sementara itu, Raden mas demang terlihat mengikuti perempuan itu, dan duduk di bagian luar pintu yang tertutup sambil melihat rembulan malam yang begitu bersinar terang pada malam itu

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!