Ayunda Nafsha Azia, seorang siswi badung dan merupakan ketua Geng Srikandi.
Ia harus rela melepas status lajang di usia 18 tahun dan terpaksa menikah dengan pria yang paling menyebalkan sedunia baginya, Arjuna Tsaqif. Guru fisika sekaligus wali kelasnya sendiri.
Benci dan cinta melebur jadi satu. Mencipta kisah cinta yang penuh warna.
Kehadiran Ayu di hidup Arjuna mampu membalut luka karena jalinan cinta yang telah lalu dan menyentuhkan bahagia.
Namun rumah tangga mereka tak lepas dari badai ujian. Hingga membuat Ayu dilema.
Tetap mempertahankan hubungan, atau merelakan Arjuna kembali pada mantan kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14 Masih Sangsi
Happy reading
"Ay, makasih ya."
"Makasih?" Ayu mengerutkan dahi dan melirik sekilas ke arah Arjuna. Seolah ia tidak memahami, mengapa Arjuna mengucapkan kata itu.
"Makasih, karena tadi ... kamu sudah mau memperjuangkan aku."
Ayu menarik satu sudut bibirnya dan menggeleng pelan.
"Nggak usah kepedean!" ujarnya bernada datar, sambil menyiapkan mangkuk untuk menaruh bumbu.
Saat ini Ayu dan Arjuna berada di dapur. Rencananya, mereka ingin memasak soto kaldu ayam kampung.
"Tadi, aku cuma mau ngasih pelajaran buat makhluk jadi-jadian kaya' dia. Biar nggak keganjenan." Ayu menyambung ucapannya.
"Owh, jadi bukan karena ingin memperjuangkan suami mu?" Arjuna menerbitkan senyum. Ia tahu, Ayu hanya beralibi.
Bukannya memberi jawaban, Ayu malah mengalihkan obrolan.
"Bumbu buat kuah soto nya apa aja?" tanya yang tercetus dari bibir-nya.
"Macem-macem. Sudah aku siapkan di atas meja. Kamu tinggal mencuci dan memblender nya."
Arjuna mengambil apron yang tergantung di dinding, lalu mengenakan-nya ditubuh Ayu.
"Pakai apron dulu biar bajumu nggak kotor."
Hembusan napas Arjuna menyapu ceruk leher dan mencipta gelenyar aneh yang membuat Ayu sejenak mematung.
Bibir Arjuna melengkung kala menyadari hal itu.
"Aku rebus dulu kaldu ayam kampung-nya. Kalau semua bumbu sudah diblender, kamu tumis sampai tercium bau harum. Setelah itu, kamu masukkan ke dalam rebusan kaldu."
Ayu mengangguk dan mulai melakukan instruksi Arjuna.
"Kamu bisa membuat sambal nggak, Ay?"
"Nggak bisa."
"Mau aku ajarin?"
Tak ada balasan. Ayu terlihat fokus dengan kuah soto yang tengah diaduknya.
"Biarkan dulu kuah nya. Sini aku ajari membuat sambal!"
Arjuna menarik pelan tangan Ayu, lalu memandunya untuk meletakkan sendok kuah di atas meja.
"Semisal mau membuat sambal matang, cabe nya jangan lupa dipotong. Supaya nggak meledak."
"Cabe bisa meledak?" Ayu terpancing untuk bertanya.
"Iya. Kalau nggak percaya, bisa kamu buktikan."
"Nggak ah."
"Takut kena ledakan?"
"Nggak. Yang aku takutin cuma semprotan cabe pedas dari mulut guru fisika."
Celotehan Ayu menggelitik telinga dan sukses mencetak senyum di bibir Arjuna.
"Kamu lucu, Ay --" ucapnya sambil mengacak pelan rambut Ayu.
Ayu berdecak, lalu berpindah posisi. Menjauh dari Arjuna dan kembali mengaduk kuah soto yang sudah mulai mendidih.
"Maaf, kalau ucapanku sering kali membuat-mu sakit hati. Terlebih, ketika di sekolah."
"Aku hanya menjalankan tugasku sebagai seorang guru --"
"Menegur anak didik yang ramai di kelas, supaya mereka mau menyimak penjelasan yang disampaikan oleh guru."
"Yang aku lakukan itu semata-mata demi kebaikan anak didik-ku, Ay. Bukan karena sengaja ingin melukai hati. Terlebih hati istriku sendiri," tutur Arjuna sedikit panjang. Ia berharap, Ayu bisa mengerti dan menerima penjelasan yang dituturkan-nya.
"Ay, kamu mengerti 'kan maksudku?"
"Iya, aku mengerti."
"Syukurlah. Jadi mulai hari ini, jangan terlalu jutek dan cuek lagi."
"Nggak janji."
"Bisa dijelaskan alasannya?"
Ayu terdiam. Namun batinnya menyerukan berjajar jawaban dan penjelasan yang sulit untuk diutarakan dengan lisan.
"Ay --" Arjuna memegang kedua pundak Ayu, lalu memutar pelan tubuh istrinya itu, hingga mereka saling berhadapan.
"Jangan diam saja. Bicaralah dan tegur aku jika aku bersalah," pintanya sambil menatap lekat wajah Ayu yang kini memenuhi ruang pandang.
"Aku nggak tau mesti ngejelasinnya gimana --" Ayu mengelak dari tatapan Arjuna dan menghela napas panjang.
"Ya sudah, nggak usah dijelaskan sekarang." Arjuna merengkuh tubuh Ayu, lalu membawanya ke dalam pelukan.
Tak ada penolakan dan tak ada balasan pelukan.
Ayu tetap membiarkan tangannya menjuntai, meski sebenarnya ia pun ingin membalas pelukan Arjuna.
Entah mengapa, Ayu masih sangsi pada Arjuna. Ia belum bisa percaya sepenuhnya pada sosok yang pernah membuatnya kecewa dan terluka.
Ayu takut terlalu terbawa perasaan. Karena bisa saja perhatian dan sikap manis Arjuna sekedar pura-pura.
Bagaimana jadinya, jika ia terlanjur memberikan segenap hati, sementara Arjuna masih belum selesai dengan masa lalunya?
Atau ... bagaimana jadinya, jika ia terlanjur menyerahkan seluruh jiwa dan raga, sementara Arjuna terjerat pesona wanita lain dan tega meninggalkannya?
Ada tembok yang harus tetap berdiri kokoh. Dan ada Marwah yang harus tetap dijaga, sampai ketulusan cinta Arjuna benar-benar terbukti.
"Kuah soto nya mungkin udah matang. Aku matikan dulu kompornya." Ayu mendorong pelan dada Arjuna hingga pelukannya terurai. Lantas mengalihkan atensi pada kuah soto yang dirasa sudah matang.
"Ay, aku --"
"Cabenya jangan lupa disiapin. Aku mau bikin orange juice dulu."
Arjuna meraup udara dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Mengusir buncahan rasa yang memenuhi rongga dada.
Arjuna tahu, Ayu hanya ingin menghindarinya. Namun ia masih belum mengerti, mengapa Ayu bersikap seperti itu.
Mungkinkah, Ayu belum bisa sepenuh hati menjalani pernikahan mereka dan menerimanya sebagai suami? Atau mungkin, ada alasan lain.
Arjuna terus menerka-nerka. Namun belum juga menemukan jawaban yang pasti.
🍁🍁🍁
Bersambung
Apa dia masih sempat bobok siang dgn tugas sebanyak itu.
Mas Win juga CEO..ya kali cuma suamimu aja
Dia tetap Deng Weiku.
Di tik tok aku udah banyak saingan. masa di sini juga
Ayu udah gak perawan.
Dan dia perawani oleh gurunya sendiri...😁😁
mandi berdua juga harusnya.
khilaf lagi ntar. Fix gak ke sekolah mereka hari ini
surga dunia..
aseeekk