NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Di Era 70-an: Takdir Peran Pendukung Perempuan

Reinkarnasi Di Era 70-an: Takdir Peran Pendukung Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Menjadi NPC
Popularitas:16.3k
Nilai: 5
Nama Author: YukiLuffy

Zhao Liyun, seorang pekerja kantoran modern yang gemar membaca novel, tiba-tiba menyeberang masuk ke dalam buku favoritnya. Alih-alih menjadi tokoh utama yang penuh cahaya dan keberuntungan, ia malah terjebak sebagai karakter pendukung wanita cannon fodder yang hidupnya singkat dan penuh penderitaan.

Di dunia 1970-an yang keras—era kerja kolektif, distribusi kupon pangan, dan tradisi patriarki—Liyun menyadari satu hal: ia tidak ingin mati mengenaskan seperti dalam buku asli. Dengan kecerdikan dan pengetahuan modern, ia bertekad untuk mengubah takdir, membangun hidup yang lebih baik, sekaligus menolong orang-orang di sekitarnya tanpa menyinggung jalannya tokoh utama.

Namun semakin lama, jalan cerita bergeser dari plot asli. Tokoh-tokoh yang tadinya hanya figuran mulai bersinar, dan nasib cinta serta keluarga Liyun menjadi sesuatu yang tak pernah dituliskan oleh penulis aslinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33 Pengadilan Desa

Fajar menyingsing di Desa Qinghe dengan kabut tipis yang menyelimuti pegunungan sekitarnya, seolah-olah alam sendiri enggan menyaksikan drama yang akan terjadi. Balai Desa, yang biasanya sepi dan hanya ramai pada hari raya atau pertemuan penting, pagi itu dipadati oleh kerumunan warga yang berdesakan. Suara riuh rendah mereka berbaur dengan ketegangan yang nyaris bisa dipegang, menciptakan atmosfer yang mencekam.

Di depan, di atas panggung kayu sederhana yang biasanya digunakan untuk pertunjukan kesenian rakyat, duduk Kepala Desa dengan wajah muram. Di sisinya, dua tetua desa yang dihormati tampak serius. Namun yang paling mencolok adalah kehadiran seorang pria berbadan tambun dengan kemeja putih yang masih terlihat necis—Petugas Zhang dari Dinas Pangan kota, yang wajahnya keriput dan matanya tajam bagai elang, seolah bisa menembus setiap kebohongan.

Zhao Liyun berdiri di tengah ruangan, bagai terdakwa di pengadilan yang tidak pernah ia minta. Tubuhnya yang ramping terlihat rentan di tengah lautan manusia. Di sekelilingnya, ratusan pasang mata menatap—ada yang penuh dukungan, lebih banyak yang penuh kecurigaan, dan beberapa dengan kepuasan terselubung. Di barisan depan, Madam Zhao berdiri dengan senyum kecil yang berusaha disembunyikan, dikelilingi oleh wanita-wanita yang bersekongkol dengannya.

"Warga Desa Qinghe yang terhormat," suara Petugas Zhang menggema di ruangan yang tiba-tiba hening, "kami menerima laporan yang sangat serius bahwa Zhao Liyun menyembunyikan persediaan pangan desa untuk kepentingan pribadi."

Madam Zhao tak bisa menahan diri lagi. "Benar, Pak! Saya melihat sendiri dia menyimpan karung beras di gubuknya! Di masa sulit ini, menimbun makanan adalah kejahatan terhadap masyarakat!"

Liyun menahan napas. Ini lebih buruk dari yang ia bayangkan. Tuduhan ini bukan sekadar pelanggaran desa—ini bisa membawanya ke penjara, menghancurkan sisa-sisa kehidupannya yang sudah porak-poranda.

Petugas Zhang mengangkat tangan untuk menenangkan kerumunan yang mulai bergemuruh. "Tenang! Kami akan memeriksa bukti-bukti yang ada."

Saat itulah Wu Shengli melangkah maju. "Sebelum kita memeriksa gubuk Zhao Liyun, saya minta izin untuk berbicara."

Kepala Desa mengangguk, meski Petugas Zhang tampak tidak senang dengan interupsi ini.

"Semalam," kata Shengli dengan suara jelas yang terdengar hingga sudut terjauh ruangan, "beberapa dari kami melihat segerombolan orang mendekati gubuk Zhao Liyun saat gelap. Mereka membawa sesuatu."

Wajah Madam Zhao berubah pucat. "Dia berbohong!"

"Bukan dia yang berbohong," suara lembut tapi tegas terdengar dari pintu. Lin Xiaomei berdiri di sana, wajahnya pucat tapi tatapannya mantap. "Saya juga melihatnya."

Kejutan melanda ruangan. Bahkan Chen Weiguo yang berdiri di samping Xiaomei terlihat terkejut dengan keberaniannya.

Petugas Zhang tampak bingung. "Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"

Saat itulah, Liyun akhirnya menemukan keberanian untuk berbicara. Suaranya tenang, tapi terdengar jelas dan penuh martabat. "Yang Mulia, warga desa yang terhormat. Saya tidak menyembunyikan apa pun. Tapi saya tahu ada yang berusaha menjebak saya."

Dia menceritakan semuanya—dari racun tikus yang dicampurkan ke dalam makanannya, peringatan Lin Xiaomei yang tak terduga, hingga rencana untuk menanam beras di gubuknya. Setiap kata yang diucapkan memancarkan ketulusan yang mulai meluluhkan beberapa hati yang awalnya penuh prasangka.

"Omong kosong!" teriak Madam Zhao, tapi suaranya goyah dan tidak meyakinkan.

"Kalau begitu," ujar Petugas Zhang dengan wajah berkerut, "kita harus memeriksa langsung."

Prosesi panjang bergerak menuju gubuk Liyun. Langkah kaki mereka bagai iring-iringan kematian, diiringi bisik-bisik dan tatapan penuh teka-teki. Saat pintu gubuk yang sederhana itu dibuka, dan sebuah karung beras memang ditemukan di sudut ruangan—persis seperti yang dikatakan Madam Zhao—sorakan kemenangan hampir meledak dari mulutnya.

"Lihat! Bukti! Saya benar!" serunya dengan penuh kemenangan.

Tapi sebelum dia bisa menikmati kemenangannya, Shengli maju. "Tunggu. Karung ini berbeda dengan karung beras desa. Lihat—tali pengikatnya berbeda, dan ada cap toko dari kota."

Petugas Zhang memeriksa dengan cermat. Dia mengangguk pelan. "Dia benar. Karung ini dari toko beras di kota, bukan dari persediaan desa."

Madam Zhao mulai panik. "Mereka... mereka pasti menukarnya!"

"Tapi ada saksi," sela Lin Xiaomei dengan suara bergetar namun jelas. "Saya melihat Ibu Zhang dan Ibu Liu membawa karung ini semalam." Dia menunjuk dua wanita yang berdiri di samping Madam Zhao.

Kedua wanita itu langsung menyangkal, tapi keraguan sudah tertanam di benak kerumunan dan Petugas Zhang.

Saat ketegangan memuncak, seorang anak kecil—cucu Ibu Liu—menerobos kerumunan dan menarik rok neneknya. "Nenek, kenapa kemarin malam Nenek menyuruhku jangan bilang siapa-siapa tentang karung beras yang Nenek bawa?"

Diam yang menyergap seketika lebih berbicara daripada teriakan mana pun. Segalanya berubah dalam sekejap.

Di bawah tekanan yang semakin besar, Ibu Liu akhirnya tak tahan. Air mata berlinang di wajahnya yang keriput saat dia mengaku. Dia menceritakan bagaimana Madam Zhao membujuk mereka dengan imbalan uang dan janji bagian dari "harta warisan" Liyun. Kata-katanya yang patah-patah mengungkap konspirasi jahat yang telah direncanakan selama berminggu-minggu.

Petugas Zhang, yang sekarang sepenuhnya memahami situasinya, wajahnya memerah karena marah. "Jadi kalian yang berusaha menjebak gadis yatim piatu ini? Di masa sulit seperti sekarang?"

Kepala Desa menggeleng dengan sedih. "Madam Zhao, ini sudah keterlaluan. Kau tidak hanya mencoba menghancurkan hidup Liyun, tapi juga membahayakan persatuan desa kita."

Tapi Liyun, alih-alih merasa puas dengan kemenangannya, justru merasa hancur. Dia melihat sekeliling—wajah-wajah yang tadinya penuh kebencian sekarang malu, bingung, atau penuh penyesalan. Kemenangan ini terasa pahit, seperti nasi yang tercampur racun.

"Tuan," ujarnya, suaranya lembut tapi penuh martabat yang membuat semua orang terdiam. "Saya tidak ingin menghukum siapa pun. Saya hanya ingin hidup damai. Inilah yang selalu saya inginkan—bisa berkontribusi untuk desa kita tanpa dicurigai dan dibenci."

Kata-kata itu, justru karena kemurahan hatinya, membuat para konspirator semakin malu. Bahkan Petugas Zhang yang berpengalaman terkesan dengan kedewasaan dan kemurahan hati gadis muda ini.

"Desa Qinghe beruntung memiliki warga seperti Anda," katanya pada Liyun dengan hormat. "Dan sayang sekali memiliki warga seperti mereka." Dia menunjuk Madam Zhao dan kawan-kawannya yang sekarang tertunduk malu.

Kepala Desa kemudian mengambil keputusan. "Madam Zhao, kamu telah melakukan pelanggaran serius—memfitnah, berusaha menjebak, dan menyia-nyiakan sumber daya desa. Atas nama Desa Qinghe, kamu dihukum untuk bekerja di lahan terpencil selama enam bulan, dan semua hak istimewamu sebagai warga dicabut."

Hukuman itu membuat Madam Zhao terpukul. Bekerja di lahan terpencil berarti dia akan dikucilkan, jauh dari desa dan anak-anaknya. Dia menatap Liyun dengan mata penuh kebencian terakhir. "Ini semua salahmu! Kau merusak segalanya!"

Tapi Liyun hanya memandangnya dengan sedih. "Ibu, aku tidak pernah menginginkan ini. Ibu sendiri yang memilih jalan ini."

Ketika kerumunan mulai bubar, dengan Madam Zhao dan para konspiratornya dibawa untuk menjalani hukuman, Liyun berdiri sendirian di depan gubuknya. Angin sepoi-sepoi berbisik di antara pepohonan, seolah ikut menghela napas lega.

Shengli mendekat, wajahnya menunjukkan campuran rasa bangga dan khawatir. "Kau memaafkan mereka?" tanyanya.

Liyun menghela napas dalam. "Kebencian hanya akan melahirkan lebih banyak kebencian, Shengli. Aku lelah. Aku hanya ingin melanjutkan hidupku, menemukan kedamaian dalam kesederhanaan."

Di kejauhan, Lin Xiaomei dan Chen Weiguo memperhatikan mereka. Ada pemahaman baru dalam pandangan mereka—pemahaman bahwa mungkin selama ini, mereka telah memandang Zhao Liyun dengan cara yang salah. Mungkin ketabahan dan kemurahan hatinya patut dikagumi, bukan dicurigai.

Malam itu, ketika Liyun kembali ke gubuknya, dia menemukan kejutan yang membuat air matanya jatuh. Di depan pintunya, tergeletak hadiah-hadiah kecil—seikat sayuran segar, beberapa butir telur ayam, sepotong kain bagus, bahkan sedikit beras berkualitas baik. Tidak ada catatan, tidak ada nama. Tapi dia tahu—ini adalah cara warga desa meminta maaf, mengakui bahwa mereka telah salah mencurigainya, dan menerimanya sebagai bagian dari komunitas mereka.

Dia mengambil sebatang lilin, menyalakannya, dan meletakkannya di jendela. Bukan untuk merayakan kemenangan, tapi untuk berdoa—untuk dirinya sendiri yang harus belajar memaafkan, untuk desanya yang perlu disembuhkan, dan bahkan untuk Madam Zhao yang sekarang harus menghadapi konsekuensi dari pilihannya.

Saat dia berbaring di tempat tidurnya, untuk pertama kalinya dalam berbulan-bulan, Liyun tidur dengan damai. Musuh-musuhnya telah dikalahkan, bukan dengan kekerasan atau balas dendam, tapi dengan kebenaran dan kemurahan hati.

Tapi dalam kedamaian itu, ada pelajaran pahit yang tertanam dalam: kadang, orang yang seharusnya melindungimu justru yang paling ingin menjatuhkanmu. Dan kadang, sekutu datang dari tempat yang paling tidak terduga—seperti Lin Xiaomei yang dulu memusuhinya, atau seperti Wu Shengli yang diam-diam selalu mendukungnya.

Desa Qinghe mungkin tidak akan pernah sama lagi. Tapi mungkin, pikir Liyun sambil memejamkan mata dan menyerahkan diri pada mimpi, itu hal yang baik. Karena dari puing-puing konflik ini, sesuatu yang lebih kuat dan lebih adil mungkin akan lahir. Dan besok, dia akan bangun dengan semangat baru—siap untuk menyembuhkan luka-luka yang ditinggalkan oleh semua kebencian ini, dan membangun kehidupan yang lebih baik, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk seluruh Desa Qinghe.

Perang mungkin telah dimenangkan, tapi perdamaian, dia sadari, adalah pertempuran yang berbeda sama sekali—pertempuran yang membutuhkan lebih banyak keberanian, kesabaran, dan cinta kasih. Dan dia siap untuk pertempuran itu.

1
Amazing Grace
liyun sampe bab ini semakin menye menye, dari bab 6 katanya sudah punya tekad tapi hingga bab ini hanya omong kosong
bahkan membela diri sendiri saja dia tidak sanggup, padahal kalau dilihat dari sisi lain tentu saja pikiran nya akan lebih cerdik daripada orang orang jaman dulu, karna dia berasal dari zaman modern, jadi agak aneh dengan alur novel nya author, dari bab satu hingga bab ini, hanya berisi konflik konflik yang itu itu saja tapi tanpa bisa diselesaikan oleh liyun, yang ada dia hanya menunggu pembelaan dari orang lain, padahal sedari awal juga dijelaskan kalau madam Zhao hanya ibu tiri, dan reputasi nya si liyun juga sudah rusak tapi kalau dilihat dari segi manapun reputasi madam Zhao selaku ibu tiri lebih rusak karna dari awal penggambaran karakter sudah dijelaskan, tapi anehnya si liyun tetap ga bisa apa apa dan selain lemah pikiran dan akalnya pun bahkan lebih kolot dari warga desa itu sendiri, jadi rasanya agak aneh kalau hingga bab 15 nanti belum ada perubahan sedikit pun dari tokoh utama nya ini🙏
Lina Hibanika
kelicikan harus dihadapi dengan strategi 💪
Lina Hibanika
pilihan yang tepat liyun,, ikuti kata hati mu
Lina Hibanika
so sweet banget sih shengli 😍
Gita Purbasari
ini cerita LBH realistis sii, tapii penekanan kalimat lepas dari plot cerita, mengubah alur, pemeran figuran dsb kentel bgt dan semua tokoh nya kayak yg tau mereka hidup di dunia novel 😓😓
Lala Kusumah
Liyun good job 👍👍👍
Lala Kusumah
semangat Liyun 💪💪💪
Lala Kusumah
good job Liyun 👍👍👍
CaH KangKung,
👣👣
Lala Kusumah
semangat dan kuat Liyun 👍💪💪💪
Lina Hibanika
kenapa orang2 masih saja percaya dengan omongan madam zhao,, kan mereka tau seperti apa perlakuan dia terhadap liyun,, harusnya jangan mudah percaya,, dasar tak berotak 😡
Lina Hibanika
cantik lembut itu mudah rapuh weiguo,, berbeda jika dia mandiri
Lina Hibanika
dunia ini luas xiaomei,, bukan cuman kamu aja
Lina Hibanika
betul,, nasib bisa diubah sesuai dengan hasil usaha kita
Lina Hibanika
nah gitu dong mulai berani menyuarakan apa yang sebenarnya terjadi jangan pasrah menerima nasib,, yang ada rugi sendiri
Lina Hibanika
harus makin berani liyun,, kamu jiwa dari masa depan yang pantang menyerah
Fitri R
semangat upnya thor
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut
Juvita Lin
up yg bnyk kak...
Lala Kusumah
hebaaaaaatt Lingyun 💪😍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!