Perlu waktu lama untuknya menyadari semua hal-hal yang terjadi dalam hidupnya.
suka, duka, mistis, magis, dan diluar nalar terjadi pada tubuh kecilnya.
ini bukan tentang perjalanan yang biasa, inilah petualangan fantastis seorang anak berusia 12 tahun, ya dia KINASIH.
Pernah kepikiran engga kalau kalian tiba-tiba diseret masuk ke dunia fantasi?
kalau belum, mari ikuti petualangan kinasih dan rasakan keseruan-keseruan di dunia fantasi.
SELAMAT MEMBACA..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rona Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13: Siluet
Pagi menyapa sangat ramah. Mentari seakan ingin menyapa siapa saja yang bangun lebih awal pagi ini. Kamar berukuran 3x3 meter itu tampak lengang. Tidak ada tanda-tanda keberadaan kinasih di dalam kamar tersebut.
TOK...
TOK...
Pintu kamar diketuk oleh seseorang. "Kinasih, waktunya pergi sekolah." Itu suara ibu. Namun tak ada jawaban dari dalam kamar. Hanya hening dan senyap. Ibu Kinasih akhirnya membuka paksa pintu kamar dan segera beranjak masuk. Lalu dilihatnya selimut tebal yang masih membungkus kinasih yang tertidur di baliknya.
"Kinasih, bangun. Waktunya pergi sekolah."
Kinasih menyipitkan mata. "bukankah ini masih malam?" gumamnya. "ini pukul berapa, bu?."
Ibu menghela napas panjang. "ini sudah pukul 6 pagi, segera mandi, jangan sampai terlambat pergi ke sekolah." tanpa pikir panjang, ibunya segera meninggalkan kinasih yang masih setengah sadar dari tidurnya.
Semalam, pusaran angin mengantarkan kinasih kembali ke dalam kamarnya. Dia muncul secara tiba-tiba dari dalam buku catatan tua. Kinasih dengan polosnya hanya menutup kembali buku catatan itu dan meletakkannya kembali ke tempat semula. Lalu beranjaklah dia tidur hingga pagi.
Dengan langkah gontai. Gadis kecil itu melangkah perlahan menuju dapur. "bagaimana nasib tuan ratu, ya?."
Mendengar ucapan kinasih, ibunya merasa curiga. "Siapa gerangan tuan ratu itu, asih?"
Kinasih hanya menggeleng. Tidak mau menjelaskan. Menurutnya, semua yang terjadi di dunia fantasi hanya miliknya. Ibu dan ayahnya tidak boleh ada yang tahu.
"Lupakan saja, bu. Asih hanya terbawa suasana dengan mimpi asih semalam." asih tersenyum simpul. Seakan tidak terjadi apa-apa. Lalu dia beranjak pergi. Meninggalkan ibunya yang sedang menyiapkan sarapan pagi ini.
Ibunya hanya menghela napas dan menggeleng. Tidak ada perasaan janggal dari dalam diri ibunya.
Meja makan tampak hening. Tidak ada suara celoteh dari kinasih. Dia hanya asyik dengan sarapannya pagi ini. Seperti tidak menghiraukan keberadaan ayah dan ibunya yang duduk di hadapannya.
"Gadis kecil ayah sedang memikirkan apa? Sejak tadi seperti muram saja raut wajahnya." ayah kinasih membuka percakapan.
"tidak ada apa-apa, ayah."
"kalaupun ada apa-apa, katakan yang sejujurnya pada ayah atau ibumu, ya nak." Ucap ayah kinasih sambil tersenyum.
Kinasih hanya mengangguk. Lalu segera menghabiskan sepiring nasi goreng buatan ibunya pagi ini.
..
Jalanan pagi terlihat lengang. Keadaan kota tidak terlalu ramai seperti biasanya. Tidak curiga jika orang-orang menghabiskan weekend hanya untuk berdiam diri dirumah saja. Seperti terlihat di sekitar trotoar, masih banyak orang-orang yang memilih melakukan olahraga dibanding hanya untuk tidur seharian di dalam kamar. Tidak produktif kata masyarakat jaman sekarang.
Mobil yang dikendarai ayah kinasih melesat melewati gedung-gedung tinggi di tengah kota. Infrastruktur yang menawan membuat siapa saja terkesima saat melihatnya. Apalagi jika keadaan di malam hari, lampu berwarna-warni seketika seolah menghipnotis mata mereka.
Selama perjalanan, kinasih hanya diam. Tak seperti biasanya, kali ini dia tak banyak bertanya pada ayahnya. Pikirannya kalut. dihantui kejadian-kejadian yang dialaminya selama di hutan hujan. Dia masih tak menyangka dengan apa yang terjadi padanya beberapa jam yang lalu. Seakan itu hanya mimpi belaka.
..
Gerbang sekolah telah berada tepat di hadapan kinasih. Langkahnya tertahan saat ingin memasuki kawasan sekolah. Dia merasa ada yang janggal dengan keadaan sekitarnya. Sesekali sekelebat bayangan hitam muncul dari kejauhan seperti mengintainya. Kinasih hanya acuh. "mungkin hanya halusinasiku saja." Gumamnya dalam hati. Lalu dia mantapkan langkah kakinya hingga masuk ke dalam ruang kelas tempat ia belajar selama ini.
Pagi berganti siang. Tak ada yang aneh selama pembelajaran berlangsung. Hingga beberapa menit sebelum bel pulang sekolah berbunyi, sesuatu seperti bayangan hitam itu muncul lagi. Kali ini bayangan itu muncul tepat di sudut ruangan kelasnya. Bayangan hitam itu sedang duduk termangu. Seperti orang yang sedang gelisah. Dengan sepasang telinga yang runcing dan rambut terurai panjang. Tidak seperti yang terjadi pagi tadi, kali ini bayangan itu tak segera beranjak pergi dari sudut ruangan itu.
"Hei, pergi kau dari sini!" bisik kinasih pada sesosok bayangan itu. Meskipun pada kenyataannya sesosok bayangan itu tak mampu mendengar suara kinasih.
Sesosok bayangan itu segera berdiri. Lalu mengisyaratkan sesuatu dengan sebuah gerakan pada kinasih. Gerakan yang cukup rumit untuk dimengerti oleh kinasih yang baru menginjakkan kaki di kelas 6.
"Asih, mengapa kau melamun?" tiba-tiba ibu guru telah berdiri di sampingnya.
"T-t-tidak, bu. Asih hanya ingin buang air besar." asih menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Ibu guru tersenyum. Lalu mempersilahkan kinasih untuk beranjak pergi ke kamar kecil.
Selama berjalan, sesosok bayangan itu terus mengikuti langkah cepat kinasih. Seakan ingin berbicara padanya, namun bayangan itu tak berani terlalu dekat dengannya. Langkah cepatnya tiba-tiba berhenti tepat di depan pintu kamar kecil. Dia perlahan menoleh ke belakang. Dan benar, bayangan itu masih berdiri tegap dibelakangnya.
"Apa yang kau mau?" Bentak kinasih.
Bayangan itu tak mampu menjawab. Hanya mengisyaratkan sebuah sesuatu yang tak dimengerti oleh kinasih. Bayangan itu berpose seakan ingin mengatakan jika dia menguasai sebuah kekuatan sihir.
Kinasih hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Tak mengerti apa maksud isyarat itu.
"Hei, jika kau tak mampu mengatakannya, jangan ikuti aku. Kembalilah ke tempatmu berasal." ucap kinasih dengan polosnya. Tanpa ada rasa takut yang berlebihan, dia dengan sengaja mengusir bayangan itu agar tak mengikutinya lagi.
Bayangan itu seakan menunduk lesu. Seperti kehilangan semangat. Lalu perlahan bayangan itu memudar. Dan hilang entah kemana. Kinasih segera masuk ke dalam salah satu kamar kecil.
"mengapa aku tidak takut dengan hal gaib seperti itu?." gumamnya dalam hati. Kinasih menggelengkan kepalanya. Dia merasa ini bukan dirinya. Harusnya dia takut terhadap hal-hal gaib seperti itu.
Beberapa detik berlalu. Kinasih melangkahkan kakinya keluar dari kamar kecil dengan perlahan. Napasnya tercekat. Perasaan takut tiba-tiba terasa sangat membelenggu dirinya. Langkah kakinya semakin cepat.
Sekelebat bayangan itu muncul lagi di hadapannya. Namun kini bayangan itu seolah sedang berlarian. Langkah kaki kinasih terhenti. Bayangan itu berlari ke arah ruang kelasnya. Dengan perasaan sedikit kalut, dia memberanikan diri masuk kembali ke ruangan kelas. Dan kini perasaannya semakin tak karuan. Dilihatnya bayangan itu telah duduk dengan rapi di bangkunya.
"t-t-terima kasih, bu." ucap kinasih terbata-bata.
"apa yang terjadi, nak?"
"tidak ada apa-apa, bu." Kinasih segera duduk di bangkunya. Saat ia hendak memperbaiki posisi duduknya, bayangan itu segera menyingkir dari sana. Bayangan itu seolah ingin mempermainkan kinasih. Kinasih berusaha acuh dengan bayangan tersebut. Seketika bayangan itu hilang. Dan tak terlihat lagi hingga bel pulang sekolah berbunyi.
Sepanjang perjalanan pulang. Kinasih hanya melamun. Dia menerka jika kemunculan bayangan tersebut masih ada hubungannya dengan dunia fantasi.
"apa yang sebenarnya bayangan itu inginkan dariku?." gumamnya dalam hati.
.....Bersambung.....