Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Nona..." panggil Joanna dengan nada lembut.
"Nenek Zhang, panggil saja namaku," ujar Cat sambil tersenyum tipis.
"Baiklah, Cat, untuk penyakit asma, obat apa yang paling baik? Ekin sudah menemui banyak dokter, namun tidak ada yang bisa menyembuhkan asmanya," tanya Joanna penuh harap.
Cat meletakkan sumpitnya, menatap Joanna dengan tenang, lalu berkata,
"Salah satu jenis serangga bisa untuk asma… kalau untuk obat tradisional."
Ucapan itu langsung membuat semua orang di meja menoleh ke arahnya.
"Serangga? Apa nama serangganya?" tanya Joanna semakin penasaran.
Tiba-tiba, Cat terlonjak kecil. Tangan Maximilian yang sejak tadi diam-diam berada di bawah meja menggenggam erat pahanya. Refleks, ia menjerit pelan,
"Serangga… cabul!"
Suara itu jelas terdengar di seluruh meja makan. Semua orang langsung saling pandang.
"Serangga cabul?" tanya Joanna heran, sementara Ekin menatap penuh rasa ingin tahu. Tak ada yang menyadari ulah Maximilian di bawah meja yang membuat gadis itu salah bicara.
"B-bukan, maksudku adalah…" Cat berusaha mengoreksi ucapannya, namun tangan Maximilian kembali bergerak nakal, membuatnya sulit duduk tenang.
"Mesum!" ucap Cat spontan sambil menahan emosi. Lagi-lagi ucapan itu membuat meja makan hening seketika.
Maximilian hanya tersenyum santai, seolah tak terjadi apa-apa, sementara tangannya tetap di paha gadis itu.
"Cat, jangan bicara sembarangan, tidak sopan," tegur Fanny dengan nada menahan kesal.
"Dasar sialan… kenapa dia menggodaku terus?" batin Cat sambil menggertakkan gigi.
"Cat, apa yang kau lakukan di bawah meja? Sejak tadi kau tidak bisa duduk tenang," ujar Flora dengan nada sinis. "Cepat kembali ke kamarmu. Jangan mengganggu tamu yang sedang makan."
Namun Maximilian langsung menimpali, suaranya tenang tapi sarat tekanan,
"Nona besar, sepertinya kau berusaha mengusir adikmu? Bagaimanapun, Nona kedua adalah penyelamat adikku. Kau harus menghargainya… bukan?"
Kata-kata itu membuat Flora terdiam, sementara tatapan Maximilian ke arahnya seperti pisau tajam yang diselipkan di balik senyum.
“Tuan Zhang, jangan diambil hati. Cat memang selalu menimbulkan keributan. Dia harus minta maaf,” kata Liu Zhen dengan nada hati-hati, mencoba menjaga suasana agar tetap sopan.
Namun Maximilian menatapnya datar. “Nona kedua tidak melakukan apa pun sejak tadi. Justru putri sulung kalian yang suka bicara sembarangan… sungguh menjijikkan.”
Kalimat itu membuat wajah Flora langsung pucat. Sumpit di tangannya gemetar sedikit, dan Fanny menatap Maximilian dengan pandangan tidak percaya.
"Sepertinya kakak sedang melindungi Nona kedua," batin Ekin, melirik Maximilian dengan rasa penasaran.
“Tuan, maaf kalau membuat Anda tidak nyaman,” ucap Liu Zhen sekali lagi, nadanya lebih merendah.
Maximilian meletakkan sumpitnya perlahan di atas meja, lalu berkata tegas, “Pernikahan ini… aku tolak.”
Ucapan itu seperti bom yang meledak di tengah meja makan. Liu Zhen, Flora, dan Fanny serempak terkejut.
“Apa? Tolak?” tanya Flora, suaranya meninggi.
“Sejak awal aku tidak pernah mengatakan berniat menikahimu. Aku hanya datang menemani nenekku… dan aku memiliki tujuan lain,” jawab Maximilian dengan nada dingin tapi penuh keyakinan.
“Kakak, tujuan apa?” tanya Ekin, mencondongkan tubuh ke depan.
Maximilian mengalihkan pandangannya pada Cat, lalu tersenyum tipis. “Aku tetap akan menikahi putri keluarga Liu.”
Flora menarik napas lega, bahkan sempat tersenyum. “Tuan, ucapanmu tadi membuatku ketakutan. Ternyata Anda masih akan menikahiku.”
Fanny segera menambahkan, “Tuan Zhang, kita adalah satu keluarga. Ke depannya putri kesayanganku ini adalah milikmu.”
Namun senyum Flora langsung membeku saat mendengar kelanjutan kata-kata Maximilian.
“Tidak,” ujarnya datar. “Aku ulangi… aku tidak berminat pada putri sulung kalian. Yang aku ingin nikahi adalah putri bungsu kalian… Cat Liu.”
Keheningan mencekam seketika menyelimuti ruangan. Fanny memandang Maximilian dengan wajah merah padam, sedangkan Flora menggertakkan gigi, menahan rasa malu bercampur marah.
“Kenapa harus dia?! Dia hanyalah gadis desa yang bodoh dan tidak tahu apa-apa!” seru Flora, tak lagi mampu menahan emosinya.
“Gadis desa?” Maximilian menatapnya tajam. “Lalu apa kelebihan dirimu dibandingkan Cat? Sejak awal tadi, kau tidak mengeluarkan kata-kata yang baik selain merendahkan adik sendiri. Bukankah kau adalah nona besar yang berpendidikan? Kenapa bisa kalah dengan adikmu yang tumbuh besar di desa?”
smgat thor, up bnyk2 dong thor, tq!
thor smngat🫰di tnggu trs ni