Nadia ayu, seorang gadis yang bisa melihat 'mereka'
mereka yang biasa kalian sebut hantu, setan, jin, mahluk halus atau lain sebagai nya.
suara dari mereka, sentuhan bahkan hembusan nafas mereka, bisa di rasakan dengan jelas. Sejak mengalami kecelakaan itu, mengubah cara pandangannya terhadap dunia..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Restoran
Keanehan terjadi pada papah. Sejak semalam dia tidak bisa berjalan dengan normal. Sudah ku tanyai berkali kali apa dia sempat jatuh tapi kata papah tidak
Beliau juga sempat muntah dengan cairan aneh ke hijauan
Aku dan mamah sudah berkali-kali membujuknya untuk ke rumah sakit, barangkali ada sesuatu yang salah tapi papah bersikeras menolak ku
Hawa rumah juga menjadi panas tak seperti biasanya dari semalam, bahkan sesekali aku mendengar ningsih di samping rumah menggeram tapi tak ku hiraukan, Aku mondar mandir mengecek satu persatu ruangan. Siapa tau menemukan hal ganjil, tapi nihil. Semua nya aman. Kepalaku berdenyut sakit, aku duduk di sofa depan tv sambil memijatnya
Ting...
Ku raih handphone ku yang berada di atas meja, notifikasi dari kak Joan tertera
~Pagi sayang, papah gimana? Udah mendingan?~
~Pagi kak, belum nih dari semalem masih sama. Papah ngeluh sakit sakit badannya~ balasku. Aku memberitahu kak Joan keadaan papah semalam
~Kita bawa ke dokter aja ya, bujuk papah lagi. Aku kesitu sebentar lagi, kita pergi sama sama~
Aku segera kembali ke kamar papah, ia sedang terbaring di kasur menatapku sambil tersenyum. Ku dekati papah lalu ku raih tangannya
"Pah, kita ke dokter aja ya. Nadia takut papah kenapa-kenapa" bujuk ku lembut
"Papah cuma kecapean aja kak" jawab papah lirih tangannya mengusap pipiku
"Please pah, jangan buat aku sama mamah khawatir. Kita cek ke dokter" mamah datang menghampiri ku dengan membawa segelas susu dan biskuit yang ia letakan di meja nakas samping papah
"Iya pah, dengerin kakak. Kita gak tenang loh pah kalau papah sakit gini" mamah setuju denganku
"Nanti kak Joan dateng kok. Kita pergi sama-sama" ku tatap papah penuh keyakinan akhirnya papah mengangguk setuju
"Ya sudah. Kita cek ke dokter" jawabnya. Aku dan mamah saling pandang lalu tersenyum. Aku kembali ke kamarku dan menelpon kak Joan lalu bersiap siap
20 menitan kak Joan datang ke rumah. Kami bertiga membantu papah masuk ke dalam mobil, menuju rumah sakit terdekat
Nomor antrian sudah ku genggam, tak lama giliranku tiba, dokter mengecek kondisi papah di dalam ruangannya bersama mamah. Sedangkan aku dan kak Joan menunggu di luar. Kak Joan menggenggam tanganku
"Semoga papah gak kenapa-kenapa ya" ucapnya lirih, aku mengangguk
"Kakak udah sarapan belum?" Tanyaku
"Belum sayang, khawatir sama kamu sama papah" ku usap lembut pipi kak Joan
"Nanti kita sarapan ya sayang di rumah. Mamah udah masak"
Mata ku menatap sosok perempuan dengan wajah hancur duduk di samping kak Joan. Ia menoleh beradu tatap denganku, bau busuk menyeruak tapi sebisa mungkin aku pura pura tidak melihatnya
Handphone ku berdering, segera ku raih dari dalam tas. Nama Nindi tertera di layar handphone, mba Nindi sepupuku, sekarang mengurus salah satu restoran cabang punya papah. Ku tekan icon hijau untuk menerima panggilan
"Hallo mba" ucapku
"Hallo Nad, papah dimana Nad? Mba telfon berkali kali gak ada jawaban" kata nya di sebrang. Aku melirik ke pintu ruangan papah di periksa
"Papah lagi di periksa dokter mba, gak enak badan" jawabku
"Ohh gitu. Gini Nad, bahan makanan banyak yang busuk lagi. Mba bingung deh nad, gimana ya" nada putus asa bisa ku rasakan dari ucapakan nya. Aku terdiam sejenak
"eum.. nanti biar aku aja yang ngecek kesana mba. Kasian papah masih sakit"
"Oh oke deh Nad, mba tunggu ya" sambungan telpon terputus. Kak Joan menatapku
"Why?"
"Restoran papah kak, kata mba Nindi bahan masakan busuk lagi semuanya" lirihku menundukkan kepala
"Don't worry, nanti kita cek kesana ya" ucapnya. Aku menggeleng menatapnya
"Kakak ada jam kelas kan. Biar aku sendiri yang cek kesana" kak Joan melihat jam di pergelangan tangannya lalu terdiam sejenak
"Tapi aku khawatir, jangan pergi sendirian" lanjutnya. Dia beranjak menjauh dariku untuk menelpon seseorang setelah itu menghampiriku lagi
"Ajak wita ya, kakak udah kasih tau, nanti kamu sms aja biar wita dateng ke rumah"
Aku mengangguk, karena perjalanan dari rumah ke semarang cukup jauh bosan jika sendirian, sekalian kulineran disana xixixi
Papah dan mama keluar dari ruangan, ku lihat wajah pias mamah. Kami segera menghampiri nya
"Apa kata dokter mah?" Tanyaku
"Papah gak kenapa-kenapa kak, gak ada penyakit apapun" jawabnya putus asa. Kami semua terdiam
"Kita pulang ya pah, papah istirahat biar kakak yang urus restoran di Semarang" ucapku menenangkan. Akhirnya kami kembali ke rumah
kami sarapan bersama, wita juga sudah tiba di rumahku
"Kalian hati-hati ya perginya" ucap papah di sela kami makan
"Iya om, om jangan lupa istirahat biar cepet sehat" jawab wita
"Kak mau nitip sesuatu ga?" Tanyaku pada kak Joan. Dia menggeleng mengelus pipi kiriku, pemandangan itu tak luput dari tatapan mamah dan papah
"Ehem... Banyak nyamuk ya mah disini" celetuk wita tiba-tiba. Ku lempar dia dengan tissu di depanku membuat semua nya terkekeh
"Iri kan lo, si Gilang sibuk terus" balasku membuatnya berdecak sebal
"Hati-hati di jalan ya, kalau ada apa-apa telpon kakak" ucap kak Joan
Setelah selesai makan kak, aku segera bersiap untuk pergi ke Semarang, beberapa potong baju ku bawa untuk ganti disana. Kak Joan mengecek mobil ku
"Koper lo masukin dulu aja ke bagasi" ucapku pada wita, dia mengangguk lalu mulai mengangkat kopernya
"Hati-hati ya kak," aku mengangguk mencium tangan mamah
"Aman sayang, yuk berangkat. Pah, mah, Joan pamit dulu masih ada kelas siang ini" kak Joan menyalami nya lalu kami masuk ke mobil masing-masing
Beberapa jam kami di perjalanan, akhirnya tiba di Semarang pada malam hari. Udara dingin bisa ku rasakan saat turun, meski aku sudah pakai jaket yang lumayan tebal
Restoran dua lantai yang berdiri tepat di depan ku dengan nuansa industrial. Hawa panas langsung bisa ku rasakan dari lantai satu restoran, padahal cuaca dieng sedang dingin dinginnya.
Mataku menatap liar ke banyak meja dan kursi untuk costumer, kali saja melihat hal ganjil. Restoran ini dua lantai, lantai satu di isi dengan tempat makan sedangkan lantai dua untuk mes para karyawan papah.
"Maaf ya mba ngerepotin" kataku sungkan saat mba Nindi dan satu laki laki membantuku membawa koper
"Halah kaya sama siapa aja sih, nad.." jawab beliau
"Ini temen mu?" Lanjutnya bertanya, menatap wita. Aku mengangguk, wita memperkenalkan dirinya
"Panggil wita aja kak, temen Nadia" ucapnya di sampingku
"Yuk masuk aja, mba udah siapin kamar buat kalian"
"Aku tidur satu kamar aja mba sama wita" ujarku di setujui wita. Mba Nindi mengangguk lalu mengarahkan ku ke kamar di bagian paling depan yang punya balkon
.
"Langsung tidur deh gue" ucapku sebelum merenggangkan otot otot badan di atas kasur
"Iya, pegel nih" keluh wita juga berbaring di samping ku sambil memainkan smartphone nya. Mataku terpejam perlahan tak sadarkan diri
Aku bermimpi berdiri di belakang rumahku, seseorang sedang berjongkok di bawah pohon mangga dekat kolam renang. Tangannya seperti melakukan sesuatu di tanah, Dahi ku menyerit, siapa orang itu? Kenapa bisa masuk sampai ke belakang rumah seperti ini?
Belum sempat aku mendapatkan jawaban, tiba tiba aku berpindah tempat berada di aspal depan restoran ini. Ku lihat seorang ibu ibu mondar mandir di depan restoran yang sudah tutup
Tangannya seperti melempar sesuatu, tanah?? Aku mengikutinya sampai perempuan itu kembali dan ternyata dia adalah istri dari om Haris pemilik restoran seafood tak jauh dariku
Pagi ini restoran buka seperti biasanya. Mba Nindi dan yang lain mulai menyiapkan menu masakan. Aku dan wita duduk di teras restoran menatap ke sekeliling jalan
Drrtttt...
Handphone ku bergetar, tante Mela nelepon ku, salah satu kerabat jauh papah di Semarang. Aku juga cukup akrab dengannya
"Hallo nadia?"
"Hallo tan"
"Nadia apa kabar, kata papah kamu kesini ya?" Tanya tante mela, Aku tersenyum mendengarnya
"Iya tan, lagi liat resto aja nih"
"Jangan lupa mampir ya, Tante masakin makanan kesukaan kamu deh. Udah lama gak ketemu jadi kangen" dari dulu tante mela tidak berubah, selalu baik padaku. Aku merasa menemukan sosok ibu kedua hahah
"Siap tan, masak yang enak enak pokoknya, nadia bawa wita nih" aku melirik ke wita sebentar
"Beres, tinggal dateng aja deh nanti malem" sambungan telpon terputus kala mba Nindi menghampiri ku dengan raut wajah panik
"Nad, ayo kamu lihat sendiri. Makanannya basi lagi..!" Ucapnya dengan panik menarik narik tanganku ke dapur
Ku lihat beberapa menu makanan yang sudah siap dengan mangkuk ukuran sedang tersusun rapih di meja. Ku amati seksama lalu ku raih satu satu, bau busuk menyeruak
"Astaghfirullah! Belatung...!!" Pekik ku kala melihat benda kecil bergerak mulai timbul di mangkuk. Mereka mendekat padaku, ningrum dan bella menutup mulut nya dan langsung lari ke wastafel karena merasa mual di susul agri yang menangkan mereka
"Astaghfirullah kok bisa selalu gini ya Nad, mba yakin kok bahan masakan kita fresh. Mba sama ibu kemarin yang milih bahannya!" Keluh mba Nindi. Ku tatap satu persatu mereka
"Untuk hari ini, kita libur dulu ya, tutup restonya dulu. Kalian istirahat aja, biar masalah ini aku yang urus..!" Ucapku. Meski mba Nindi menatapku ragu tapi dia juga mengangguk lalu mereka mulai membersihkan area dapur
"Wit, kita ke rumah Tante mela sekarang" ajak ku menarik tangannya. Wita tanpa bertanya apa-apa mengangguk setuju
"Assalamualaikum" ucap kami saat tante mela membuka pintu rumah. Kami berpelukan sebentar cipika cipiki lalu masuk di ruang tamu
"Kabar papah gimana nad, sehat kan?" Tanya nya sembari mengeluarkan beberapa cemilan. Aku menggeleng menatapnya
"Papah lagi ga sehat mba. Nadia rasa ada yang jahil sama restoran disini, setiap makanan yang di masak langsung basi" ungkap ku
"Astaghfirullah, kok bisa. Perasaan selama ini baik baik aja deh"
"Nadia juga ga tau tan"