Ini kisah tentang istri yang tidak dianggap oleh suaminya. Namanya Nadia. Ia bisa menikah dengan suaminya karena paksaan dari Nadia sendiri, dan Nufus menerimanya karena terpaksa.
Ada suatu hari dimana Nadia berubah tak lagi mencintai suaminya. Dia ingin bercerai, tetapi malah sulit karena Nufus, sang suami, malah berbalik penasaran kepada Nadia.
Dan saat cinta itu hilang sepenuhnya untuk Nufus karena Nadia yang sekarang bukanlah Nadia sesungguhnya, justru ia bertemu dengan cinta sejatinya. Cinta yang diawali dengan seringnya Nadia cari gara-gara dengan pria tersebut yang bernama Xadewa.
Lucunya, Xadewa adalah orang yang ditakuti Nufus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Xadewa Sudah Tahu Nadia
Keluar dari rumah Nufus, Nadia sama sekali tidak merasa sedih. Justru ada rasa lega menyelinap di dadanya. Akhirnya dia bebas, tidak lagi terikat pada pernikahan tanpa cinta. Kini dia bisa mengekspresikan diri tanpa beban status sebagai istri orang.
Dengan bawaan yang tidak terlalu banyak tapi juga tidak sedikit, Nadia berdiri menunggu jemputan taksi online. Malam kian larut dan sepi. Angin dingin semilir membuatnya mengusap pipi yang terasa kedinginan. Meski begitu, dia tetap sabar menunggu di situ selama lima belas menit.
Sementara itu, Nufus hanya bisa melihat Nadia di depan pintu rumah tanpa berbuat apa-apa. Kita semua tahu, Nufus menawarkan tumpangan pun, Nadia menolak halus. Jadi sama saja ketika dia nawarin tumpangan sekarang juga, pasti jawabannya sama saja. Tidak usah Mas, aku sudah pesan taxi online. Pasti begitu jawabannya.
Namun sudah lama menunggu mobil yang dipesan tidak kunjung tiba. Status di aplikasi bilang sebentar lagi sampai, tapi nyatanya lama sekali. Akhirnya Nadia melangkah pelan-pelan menyusuri jalan.
Melihat itu, Nufus berteriak.
"Nadia! Kenapa jalan kaki? Jemputannya batal ya? Ayo aku antar. Ini sudah malam!"
Nadia menoleh dan menjawab santai sambil tersenyum lebar. "Nggak kok, nggak batal. Nunggunya cuma pengen sambil jalan aja."
Dia melanjutkan langkahnya sambil menatap layar HP. Tapi tiba-tiba dia mendengar suara aneh yang mengalihkan perhatiannya.
"Buek."
"Buek."
Refleks, matanya menelusuri sekitar. Di salah satu pohon yang bergoyang lebih keras dari yang lain, dia memfokuskan pandangan. Dan dia nyengir seketika, saat tahu kebenarannya.
"Turun, Bang. Ngapain malam-malam di atas pohon."
Xadewa loncat turun dari pohon dan mendekat, wajahnya penuh ejekan.
"Cie... ada yang minggat."
Nadia langsung meninju pelan lengan Xadewa, tapi pria itu sama sekali tidak kesakitan.
"Ngapain Bang malam-malam di atas pohon? Mau cosplay jadi kuntilbiang?"
"Terserah gua mau ngapain juga. Eh, lu lagi nungguin jemputan mobil online ya, gua bilangin, lu nunggu sampai tua juga nggak bakal dia dateng."
"Nggak salah lagi, pasti di usir sama kamu ya Bang. Ngapain dah pake ngusir segala! Kan saya jadinya sulit transportasi."
"Udah tenang, lu ikut gua aja mending."
"Males. Ntar yang ada dibawa-bawa muter pakai karung cemplak."
Xadewa nyengir, "Nggak. Sekarang gua bawa mobil. Ikut gua ya." Xadewa menarik ujung baju lengan Nadia. Tidak seperti adegan kebanyakan yang mencekal pergelangan tangan. Xadewa lebih milih megang baju. Dia takut kalau sampai megang-megang perempuan. Takut khilaf.
Entah kenapa, rasanya seperti ada magnet yang menarik. Nadia menurut saja ketika Xadewa memintanya ikut. Kali ini pria itu benar-benar membawa mobil, walau bukan mobil mewah seperti yang pernah ia pakai sebelumnya. Masih bisa terbilang cukup sederhana.
Di dalam mobil, alih-alih bertanya Nadia mau ke mana, apa yang terjadi, atau bagaimana hubungannya dengan Nufus, Xadewa malah langsung menagih janji yang kemarin pernah Nadia ucapkan.
"Nadia, Gua nggak bisa nunggu lagi. Soalnya gua orangnya nggak sabaran. Sekarang juga, lu kasih tahu sebenarnya siapa lu?"
Xadewa bertanya to the point. Nadia pun sudan siap bercerita.
"Oke. Saya cerita dari awal ya, biar nggak bikin bingung. Waktu itu saya lagi menjalankan tugas sebagai agen, mematai seorang bos besar narkoba. Tapi di tengah penyamaran, saya kena sial. Dikejar kawanan mereka, sampai akhirnya kecelakaan. Dan saat sadar, saya sudah ada di rumah sakit. Yang bikin syok, saya dipanggil Nadia. Padahal saya ingat jelas, nama saya itu Jessy."
Xadewa tetap diam, fokus menyetir tapi jelas dia mendengarkan dengan saksama.
"Karena saya pun bingung apa yang terjadi, jadilah cari tahu kenapa Nadia bisa sampai masuk rumah sakit. Informasi sudah di dapat, tiba-tiba saya dapat sepenggal ingat-ingatan yang sepertinya milik Nadia. tetapi ingatan yang muncul hanya cerita yang kelam. Cerita bagaimna Nadia diperlukan tidak adil oleh suaminya. Makanya saya langsung tidak suka dengan Nufus, juga ingin berpisah dengannya."
Kali ini Xadewa bersuara, "Terus ingatan lainnya berarti lu nggak tahu dan mengira-ngira atau menebak lewat membaca situasi?"
"Iya benar. Mungkin itu juga yang membuat saya seperti terlihat amnesia."
Xadewa mengerti sekarang, berarti yang mengisi Nadia itu bukan Nadia. Seperti kebanyakan cerita di novel bahwa ada transmigrasi ke tubuh orang lain. Meskipun begitu, Xadewa bilang ke Nadia bahwa ia tetap menganggap Jessy adalah Nadia. Karena jika Xadewa terbiasa memanggil Jessy, itu akan sangat tidak aman dengan identitas yang dimiliki Nadia.
Nadia pun setuju, dan ia bilang bahwa hanya Xadewa yang tahu soal ini.
"Bang, ini kemana? Kaya bukan alamat ke rumah orang tua saya?"
Nadia sudah mencari informasi tentang tuanya sampai ke alamat, sebelum ia berani pergi dari rumah Nufus. Aamat itulah yang pertama dituju oleh Nadia.
"Iya memang bukan. Ini jalan ke rumah gua. Lu tinggal disana, daripada balik ke rumah orang tua lu yang pastinya nanti banyak pertanyaan. Tapi ini sebenarnya bukan ke rumah gua juga sih, lebih tepatnya mess buat pekerja diladang yang memang lagi nggak punya tempat tinggal."
Nadia menimbang perkataan Xadewa, dia setuju juga dengan ide Xadewa yang tidak langsung tinggal ke di rumah orang tua Nadia yang pasti menimbulkan banyak pertanyaan. Dia memang sedang malas jika dicecar pertanyaan. Biar itu nanti aja diceritakannya.
...****...
Sementara itu, Nufus yang kini tinggal sendirian di rumah, didatangi laki-laki yang waktu itu tertangkap Xadewa lalu di interogasi oleh Nufus. Waktu itu kan Xadewa menyerahkan kelanjutan nasib laki-laki itu kepada Nufus setelah tahu ternyata pria itu kasih kabar bahwa Nufus dan Xadewa adalah saudara.
Seperti sengaja, Xadewa membiarkan Nufus tahu segalanya dari hasil usahanya mencari tahu sendiri. Makanya Xadewa menyerahkan nasib orang itu kepada Nufus saja, dan tidak langsung dilenyapkan.
"Mas Nufus, percayalah kali ini kepada saya. Bahwa yang Mas anggap seseorang yang Mas Nufus segani sampai saat ini, yang dianggap sebagai penolong, tidaklah sebaik yang Mas Nufus kira. Dia juga tidak sekuat yang Mas Nufus bayangkan. Berhenti hidup dibawah keputusannya, karena Mas Nufus juga berhak bahagia."
Nufus terdiam. Mencerna kata-kata pria itu.
.
.
Bersambung.
apa dia ingin melindungi dewa atau hanya alibi ingin menguasai harta,??? /Doubt//Doubt//Shame/
Lu dapet kekayaan, tapi bakal nemu banyak bahaya moral.