Elena hanya seorang gadis biasa di sebuah desa yang terletak di pelosok. Namun, siapa sangka identitasnya lebih dari pada itu.
Berbekal pada ingatannya tentang masa depan dunia ini dan juga kekuatan bawaannya, ia berjuang keras mengubah nasibnya dan orang di sekitarnya.
Dapatkah Elena mengubah nasibnya dan orang tercintanya? Ataukah semuanya hanya akan berakhir lebih buruk dari yang seharusnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Pangeran Kedua
Viona menatap ke satu-satunya anak di dalam ruangan itu. Mata menyelidikinya membuat sang anak berambut merah itu gelisah.
"Ibu—"
"Darimana saja kamu?" tanya Viona dengan tatapan yang menuntut.
"A-aku ...." Ellios kehabisan kata-kata untuk beralasan. Perasaan ditekan membuatnya hanya bisa menunduk ke lantai sembari memegangi kain celananya.
"Kamu bersama Pangeran terkutuk itu lagi?"
"Kakak tidak terkutuk—!"
Celaka.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Ellios membuat Viona menjadi marah. Ia mendatangi Ellios lalu mencengkram bahunya dengan begitu erat hingga kuku-kukunya membekas di pakaian Ellios.
"Sudah berapa kali ibu bilang, jangan dekat-dekat dengan Pangeran terkutuk itu! Bagaimana jika kamu ikut terkena kutukannya?!" Viona melotot ke arah Ellios. Nada bicaranya begitu dingin dengan penekanan di setiap katanya.
"Ta-tapi ... Pangeran tidak terkutuk ... Pangeran hanya sakit ...."
"Karena itulah! Jika itu bukan kutukan semuanya akan berantakan!! Ellios sayangku harus menjadi kaisar selanjutnya. Karena itulah kamu harus menjauhinya. Ellios, anakku yang pintar dan berbakat. Kamu akan melakukan apa yang ibu katakan mulai sekarang, kan?"
Elusan di pipi Ellios menghantarkan perasaan menusuk yang dingin ke belakang punggungnya hingga, menelan ludah pun terasa begitu sulit di ruangan yang terasa begitu sesak itu. Lirikan Viona yang menyiratkan akan dominasinya, menuntun Ellios untuk selalu menuruti keinginan Viona, terlepas dari apa yang selalu Ellios inginkan.
"... Baiklah, ibu ...."
Mendengar jawaban patuh dari Ellios, Viona mengulas senyum lebar hingga muncul kerutan di bawah matanya. Ia memeluk Ellios dengan begitu sayang sambil berbisik di telinga Ellios, "Anakku yang paling mengerti apa yang ibunya inginkan."
Di momen itu, Ellios hanya bisa terdiam dengan ketidakberdayaannya di dekapan sang ibu. Setelah semua itu, Ellios kembali ke kamarnya untuk belajar seperti biasa agar menjadi kaisar yang tidak memiliki kekurangan sedikit pun.
Sedangkan Viona kembali menyeruput tehnya dengan perasaan hati yang begitu bahagia. Tak berselang lama sebuah ketukan pintu yang sedari tadi ia tunggu akhirnya tiba.
Pintu dengan ukiran indah itu terbuka, menampilkan seorang anak dengan rambut hitam legamnya datang bersama dengan seorang pelayan wanita. Penampilan yang begitu berbeda hingga tidak dapat dikenali itu membuat Viona tersenyum begitu senang hingga langkahnya saat mendatangi anak itu terasa begitu ringan seperti bulu.
"Lihatlah ini, seorang budak yang di bersihkan ternyata bisa setampan ini," ucapnya dengan begitu riang, mengundang tanda tanya.
"Budak ...?" tanya Elena.
Viona tersenyum begitu lebar hingga terlihat sedang menyeringai bahagia. "Itu latar belakangmu. Seorang budak yang kudapatkan saat berada di tempat lelang. Seorang anak laki-laki kurus yang diselamatkan oleh Selir Pertama dan mengabdi menjadi pelayan Pangeran Kedua karena ingin membalas budi pada Selir Pertama," jelasnya. Elena begitu terkejut mendengar latar belakang yang diucapkan oleh Viona.
Latar belakang yang menceritakan nasib sebenernya yang dialami oleh Elena asli di karyanya. Apakah ini kebetulan?
"Ingatlah baik-baik cerita ini. Sekarang kamu adalah El, anak laki-laki yang ku selamatkan dan mengabdikan nyawamu kepada Pangeran Kedua. Gunakan mata ini untuk membawanya ke atas tahta," bisiknya di akhir kalimatnya.
"... Baik, nyonya ...." jawab Elena dengan frustasi. Ia menggigit bibir bawahnya dan meremas seragam pelayannya.
"Lyra, bawa El ke kamar Ellios," perintahnya.
Elena pun pergi, diiringi oleh Lyra sebagai penunjuk jalan. Ketika mereka sampai di pintu berwarna coklat tua yang terlihat begitu elegan di setiap ukiran yang terukir di badan pintu.
Ketukan tiga kali mengundang suara seorang anak kecil yang berada di dalam. Pintu terbuka secara perlahan, menampilkan sosok anak laki-laki berambut merah terangnya yang terlihat begitu mirip dengan Selir Pertama. Mungkin saja, saat Selir Pertama masih kecil ia akan terlihat sama dengan sosok di depan Elena saat ini.
"Lyra? Ada apa? Apa ibu memanggilku?" tanyanya dengan suara cempreng khas anak-anak. Manik merah keruhnya menatap Elena dengan begitu lugunya, seakan karakternya sangat tidak cocok berada di dalam novel berdarah ini.
"Selir Pertama mengirimkan seorang pelayan pribadi untuk anda, Pangeran." Lyra melirik ke arahku sembari menepuk pundakku.
"Ah! Pe-perkenalkan, nama saya El. Mulai hari ini saya akan menjadi Pelayan Pribadi anda, Yang Mulia," ucap Elena dengan begitu gugup hingga seluruh badannya terasa kaku.
"Pelayan pribadi? Kenapa ibu mengirimkan dia padaku?" Ellios bertanya pada Lyra dengan perasaan curiga.
"Selir Pertama ingin memberikan yang terbaik bagi anda," jelasnya dengan begitu tenang, seperti seorang pelayan profesional yang menangani hal-hal yang diluar dugaan. Namun, penjelasannya tidak memuaskan Ellios.
"...." Ellios hanya diam sembari menatap Elena dan Lyra secara bergantian. Ia terlihat enggan menerima Elena sebagai Pelayan Pribadinya.
Merasa gerak-gerik dari Ellios yang akan menolak penawaran Elena sebagai Pelayannya, membuat Lyra langsung menepuk punggung Elena sebagai tanda bahwa sekarang gilirannya.
"Sa-saya bisa membantu anda apapun, Yang Mulia! Saya pintar dalam hal bersih-bersih! Jadi, tolong beri saya kesempatan!" Elena membungkukkan badannya hingga sembilan puluh derajat, membuat Ellios terkejut dengan apa yang dilakukan Elena secara tiba-tiba.
"Pangeran, tolong terima niat baik Selir Pertama."
"...." Ellios tidak memiliki pilihan lain selain memilihnya. Ia tahu bahwa ini adalah jebakan yang dibuat oleh Viona.
Apa sekarang ibu menaruh mata-mata di sekitarku?
Ellios hanya bisa pasrah dan berkata, "Baiklah, aku akan menerimanya jadi pelayanku."
Wajah Elena terlihat lega karena berhasil lolos dari situasi yang begitu intens tadi. Tatapan perih dari Lyra pun sudah menghilang.
"Baiklah, kalau begitu saya pamit undur diri Pangeran. Semoga matahari kecil kekaisaran selalu menyinari langit." Lyra membungkukkan tubuhnya, memberi salam dengan beberapa pujian kecil sebelum pergi dari sana, meninggalkan Elena dan Ellios dengan canggung.
Elena menggaruk pipinya yang tidak gatal karena situasi canggung ini. "Permisi, Yang mulia ...."
"Masuklah." Ellios langsung berbalik dan mempersilahkan Elena masuk ke dalam kamarnya tanpa menoleh kembali, seakan acuh tak acuh dengan keberadaan Elena.
Elena yang dibiarkan masuk begitu saja mulai mengikuti tuan barunya di kediaman ini. Ia melihat ke sekelilingnya. Begitu banyak prabotan yang berbahan emas murni, membuat Elena sedikit terkagum-kagum.
Elena lalu mengalihkan pandangannya ke arah Ellios yang sudah kembali ke meja belajarnya. Elena hanya diam di samping Ellios, memperhatikan apa yang sedang dilakukan olehnya.
Hal itu terus berlanjut hingga ke malam hari, dimana Ellios sudah berniat akan tidur.
"Apa kamu akan terus berada disini walaupun saat aku tidur?" tanyanya dengan alis terangkat sebelah.
"Apa? Ah, iya. Saya harus siaga dalam melayani anda, Yang Mulia," ucap Elena yang terdengar begitu kikuk dan aneh.
"Keluarlah. Aku tidak nyaman ada seseorang yang berada di kamarku saat aku tidur," jelasnya dengan tatapan begitu menusuk.
Elena hanya bisa tergagap mendapati sikap Ellios yang seakan berbanding terbalik dalam karya aslinya.
Dalam karya aslinya Ellios digambarkan sebagai Pangeran yang lemah lembut pada siapapun. Ia selalu mengedepankan kepentingan kelompok dibandingkan dirinya sendiri. Hal itulah yang membuatnya mendapatkan banyak dukungan dari bangsawan. Sedangkan Pangeran Pertama yang dikirim ke perbatasan dengan dalih pelatihan mendapatkan begitu banyak luka hingga membuatnya menjadi sangat marah dan dendam.
Tapi sekarang di depan Elena, Ellios terlihat begitu berbeda dari deskripsinya. Membuat Elena sedikit terheran-heran. Namun, pada akhirnya Elena hanya bisa keluar dari kamar Ellios setelah diusir.
To Be Continued