Sepertinya alam semesta ingin bercanda denganku, orang yang ku cintai meninggalkanku di saat mendekati hari pernikahan kami. meninggalkan luka yang menurutku tidak ada obat untuk menyembukannya walaupun dia kembali untuk minta maaf.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon olip05, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 13
Arun.
Dari kejahuan aku melihat mita manangis, entah apa yang membuatnya menangis padahal saat aku tinggalkan, mita terlihat baik-baik saja. Ketika mita bilang tidak kuat untuk lari pagi lagi aku berinisiatif membelikannya air minum karena kami tidak membawa air minum saat akan pergi olahraga.
Aku tidak langsung menghampirinya biarkan mita menyelesaikan tangisnya terlebih dahulu. Dan aku akan menunggu dari kejauhuan.
Setelah beberapa hari bersama mita sedikit demi sedikit aku tahu tentang dirinya, aku bahkan menyuruh salah satu karyawanku untuk mencari informasi tentang kekasih mita yang meninggalkan mita saat mendekati hari pernikahan. Aku hanya mendapatkan sedikit informasi tentang kekasih mita, bahwa kekasih mita seorang sekretaris pribadi ceo di perusahaan swasta industri otomotif dimana perusahaan tersebut masuk kedalam 10 perusahaan swasta terbesar di indonesia. Cukup gemilang juga karir mantan kekasih mita. Tapi aku tidak mendapatkan informasi kenapa lelaki itu meninggal mita, padahal karyawanku sangat ahli mencari banyak informasi. Lelaki itu pergi ke singapur setelah membatalkan pernikahannya dengan mita, apakah lelaki itu punya selingkuhan? Entahlah aku tidak terlalu peduli juga.
Aku menempelkan botol minum ke pipi mita, tubuh mita terperanjat saat pipinya bersentuhan dengan botol yang masih dingin.
“kenapa si suka banget ngagetin?” ucap mita
“kamunya yang bengong makanya kaget” kataku santai sambil menyerahkan botol minum padanya
“aku nggak bengong ko kamu aja yang ngagetin.” Ck. Memangnya aku nggak tahu dari tadi dirinnya bengong sambil nangis masih saja mengelak tapi aku tidak mengkatakan hal tersebut dari pada nanti mita malu ketahuan menangis oleh diriku.
Melihat mita tidak meminum air yang aku berikan, aku mengambil lagi botol air yang aku berikan baruasan dan membuka tutup botolnya kemudian memberikannya lagi pada mita
“makasih” ucap mita kemudian dia meneguk air dalam botol tersebut sampai airnya habis setengah botol. Haus ya bu.?
Aku menyenderkan punggungku pada sandaran kursi, sebenarnya aku masih ingin lari pagi tapi entah kenapa tubuhku enggan untuk bangkit dari kursi ini.
“setelah lari pagi, kamu rencananya mau ngapain run?” tanya mita sambil menoleh kepadaku
“hmm.. Aku mau sarapan, terus mandi”
“hehe bukan itu maksudku, kamu mungkin mau pergi ke suatu tempat atau main dengan teman-temanmu?” kata mita sambil ikut menyenderkan tubuhnya pada senderan kursi.
“entahlah belum ada rencana mau ngapain”
“kita sarapan yuk” ajak-ku
“sarapan apa? Tadi aku belum sempat bikin sarapan saat kita pergi” ucap mita
“kamu suka bubur gak? Aku punya langganan tukang bubur yang enak banget di sekitar taman ini”
“boleh deh, udah lama juga aku nggak sarapan sama bubur, tapi beneran enak ya buburnya?”
“aku jamin kamu bakal ketagihan” ucapku percaya diri. Aku mengulurkan tanganku pada mita dan mita menyambutnya. Kami berjalan sambil bergandengan tangan sambil melihat aktivitas orang yang berlalu lalang di sekitaran taman.
“ternyata seorang ceo suka juga makan bubur di pinggir jalan begini” ucap mita memulai
“mita sebelum aku memimpin perusahaanku yang sekarang, aku juga pernah merasakan hidup susah apalagi saat merantau.” Ucapku sambil mengaduk bubur di mangkok
“haha oh ya?”
“kenapa ketawamu sangat bahagia saat tahu bahwa aku pernah hidup susah” ucapku bercanda
“hahahaha bukan itu maksudku, aku tidak menyangka saja. Aku kira hidup kamu penuh dengan bergelimang harta jadi kamu tidak merasakan hidup susah.”
“aku memang dilahirkan di keluarga berada, tapi kedua orangtuaku mendidikku untuk bisa mandiri. Apalagi saat aku sudah punya KTP aku dituntut supaya bisa menghasilkan uang hasil keringatku sendiri. Bukan karena orangtuaku pelit tapi aku di didik untuk menjadi seorang pemimpin” entah kenapa aku tidak keberatan membagi masa laluku dengan mita padahal aku tidak terlalu suka menceritakan masa laluku dengan orang lain.
“wow orang tuamu luar biasa sekali, kebanyakan orang tua yang kaya akan memanjakan anak-anaknya dengan kekayaan yang mereka punya tapi kamu sebaliknya”
“setiap orang tua punya cara masing-masing untuk mendidik anaknya”
Mita hanya mengaguk-anggukan kepalanya sambil memasukan bubur kedalam mulutnya tidak menimpali ucapanku lagi
“kamu suka makan buburnya di aduk?” tanya mita mengganti topik pembicaraan.
“seperti yang kamu lihat”
“berarti kita berbeda aku lebih suka makan bubur tidak diaduk” ucap mita
“berbeda bukan berarti tidak bisa bersama, iya kan?” mita hanya mengangkat bahunya acuh sambil tersenyum.
Setelah selesai makan bubur aku langsung membayarnya, dan mengajak mita untuk pulang. Ada sisa bubur di bibir mita dan itu mengganggu penglihatanku, secara tak sadar aku memajukan wajahku dan mengecup bibir mita. Bibir kami saling menempel beberapa detik kemudian aku menjauhkan wajahku dari wajahnya. “tadi ada sisa bubur di bibir kamu” ucapku tidak enak, entah apa yang terjadi pada diriku tiba-tiba saja aku ingin sekali membersikan sisa bubur di bibir mita dengan bibirku.
Mita diam beberapa saat tidak mengeluarkan sepatah kata apapun, kemudian melanjutkan perjalanan lagi, aku melihat sekitar tidak terlalu banyak orang di sekitar kami hanya ada beberapa orang saja itupun jarak dengan kami cukup jauh jadi kemungkinan orang lain tidak melihat adegan ciuman singkat kami.