Aziya Yunita Wijaya dia terpaksa masuk pesantren karena sikap Aziya yang nakal karena pergaulan dengan teman temannya, apa lagi saat itu Aziya merasa sakit hati karena di tinggal pacarnya menikah.
karena sikap Aziya semakin tak terkendali orang tua nya pun memutuskan memasukan Aziya ke pesantren.
namun apa Aziya bisa berubah saat sudah masuk pesantren? apa lagi banyak hinaan dan cacian pada Aziya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14
"Ning apa kau Sholat" tanya Zia mencoba membangunkan Marwah.
"Diam kau aku sedang tidur" bentak Marwah yang membuat Zia terkejut karena Marwah terkenal dengan suaranya yang lemah lembut dan polos namun sekarang Zia melihat sifat asli Marwah.
Zia tak memperdulikan lagi Marwah dia langsung keluar dan mengambil makanan untuknya dan bergabung dengan para santriwati yang lain.
"Kak Zia apa betul kau adalah adik dari Mafia" tanya salah satu santriwati yang duduk berdekatan dengan Zia.
Uhukk uhukk
Zia terbatuk batuk mendengar hal itu.
"Dari mana kau tau" tanya Zia.
"Maaf kan aku Kak tapi para santri yang lain bilang begitu, aku cuman mau memastikan kalau berita itu benar atau tidak" tanyanya.
"Kalau ya kalian mau apa" tanya Zia.
"Tidak hanya penasaran saja karena kan bu Nita dan pak Topan baik tapi anak mereka ternyata beda jalan" ucapnya.
"Beraninya kau menyebut aku beda jalan, kau tak tau masa lalu aku jadi jangan so tau pada kisah hidup aku" ucap Zia kesal.
"Aku hanya bertanya" ucapnya.
"Bertanya ya bertanya saja tapi kau sudah menghina aku dan kakak ku" bentak Zia.
Semua mata menatap pada mereka berdua yang sekarang sedang terlibat pertikaian.
"Berani kau menghina aku dan kakak aku lagi maka tak akan segan segan aku akan membun*h mu" geram Zia.
"Zia ikut dengan ku" sahut seseorang dari ambang pintu yang tak lain adalah Adam yang melihat perselisihan itu.
Zia langsung bangkit dan mengikuti langkah kaki Adam, saat ini mereka berdua sedang berada di Madrasah, hanya mereka berdua di sana karena yang lain sedang makan.
"Ada apa" tanya Adam.
"Bukan aku yang salah" bantah Zia.
"Semenjak ada kamu pesantren ini jadi sedikit rusuh Zia" ucap Adam datar.
"Tapi Gus kau tak akan paham aku di hina oleh mereka" ucap Zia.
"Lalu tak bisakah aku membalasnya dengan anggukan kepala atau senyuman saja, Zia kau mudah tersinggung jadi aku rasa kau yang salah" ucap Adam.
"Kau tak akan paham" ucap Zia.
"Mulainya mengendalikan emosi mu Zia" ucap Adam.
"Kau tak akan paham Adam, karena kau selalu di puji oleh setiap orang kau tak tau bagaimana rasanya di hina bahkan oleh bocah yang umurnya jauh dari kita, kau tau mereka bicara apa? Hah? Mereka membicarakan aku dan kakak ku, dan aku tak bisa menerimanya" ucap Zia dengan menaikan sedikit nada bicaranya.
"Kau sangat gampang tersulut emosi Zia" ucap Adam yang langsung pergi dari sana.
"Aku pastikan kalau kau akan menyesal menyalahkan aku Adam" ucap Zia.
Rasa lapar yang hinggap di perut Zia pun mendadak menjadi hilang apa lagi setelah perdebatan itu.
Zia memutuskan untuk ke rumah Umi dan membantu Umi mencuci piring.
"Umi ada yang bisa aku bantu" tanya Zia.
"Hah Zia naha karek datang, ari kamu tos makan" tanya Umi.
Walau pun Zia tak tau bahasa yang Umi bicarakan tapi Zia bisa paham kalau Umi menanyakan "apa sudah makan" pada Zia.
"Umi aku belum makan nanti saja, aku merasa tak lapar" ucap Zia lesu.
"Kunaon" ( kenapa) tanya Umi.
"Umi piringnya biar aku yang cuci, aku bisa mencuci piring" ucap Zia.
"Hati hati atuh licin" ucap Umi.
Zia mencuci perabotan Umi yang kotor karena selesai memasak banyak, Zia melakukannya semata mata karena dia ingin melampiaskan amarahnya karena tadi ada perdebatan dengan santriwati dan Adam.
"Atos Neng" (sudah Neng) tanya Umi.
"Atos? Ya Umi" ucap Zia singkat walau pun tak tau artinya.
Zia kembali ke kamarnya, tak ada siapa siapa disana karena semuanya sedang belajar di sekolah, Zia hanya menatap ruangan itu dengan tatapan kesedihan.
Tubuh Zia lunglai ke lantai dia tak bisa lagi menahan tangisnya, sekuat apa pun Zia tetap saja hatinya masih sangat lemah untuk menerima kenyataan ini.
Zia menangis sejadi jadinya karena tak bisa lagi menahan air mata.
"Kapan aku keluar dari penjara ini" gumam Zia tersenyum tipis.
Tokk.. Tokkk
"Kak Zia, apa kak Zia ada di dalam" tanya dua santriwati yang sekarang sedang mengetuk pintu kamar Zia.
"Siapa" tanya Zia dengan cepat mengusap air matanya.
Zia membukakan pintu terlihat dua santriwati yang sedang berdiri di luar kamar Zia.
"Ada apa" tanya Zia.
"Apa kak Zia sedang santai" tanyanya.
"Ya".
"Kata Abah kami di suruh mengajak kak Zia untuk membuat dekorasi untuk acara penyambutan habib dari kota" ucapnya.
"Oh ya, ayo" ucap Zia mengikuti kedua santri itu.
Zia menatap pada Madrasah yang sekarang sedang di dekorasi karena akan ada acara penyambutan untuk Habib dari kota yang akan datang kesana.
Ada Adam juga dan banyak sekali senior santri yang sedang mendekorasinya.
"Kak Zia ayo kita tiup balon" ucap salah satu santri wanita tadi.
Zia duduk dan meniup satu persatu balon yang ada di lantai, Zia tak terlalu memperdulikan Adam yang sejak tadi terlihat mencuri curi pandang pada Zia.
Adam menatap pada Zia yang sekarang sedang meniup balon.
"Apa Zia benar jodohku, Ya Alloh mana mungkin begitu" batin Adam.
"Gus Adam lihat apa kita pindahkan saja tirai ini ke sebelah kiri" tanya Fauzi.
"Ya Gus terserah bagaimana bagusnya saja" ucap Adam.
"Gus lihat apa itu Ning Marwah" tanya Fauzi menunjuk pada seorang wanita bercadar yang tak lain adalah Ning Marwah.
"Mau kemana dia" tanya Adam.
Tiba tiba terlihat jelas oleh Adam kalau Marwah terjatuh ke lantai dan pingsan.
"Ning Marwah" teriak Adam yang membuat tatapan mata beralih pada Marwah.
Dengan cepat Zia keluar dan melihat Marwah yang sekarang sedang di kerumuni santri wanita.
"Bantu aku, kita bawa Ning Marwah ke Uks" ucap Zia.
Tiga santri wanita membantu Zia mengangkat Marwah, dan membawanya ke ruangan Uks yang tak jauh dari sana.
Dengan cepat Adam menghubungi bidan desa yang dekat dari sana.
Sesampainya di ruangan Uks, hanya Zia saja yang menunggu Marwah dan Adam menunggu di luar ruangan itu memastikan kalau Zia tak berbuat apa apa pada Marwah.
Bidan desa pun datang dan langsung memeriksa kondisi Marwah.
Dengan terpaksa Zia membuka cadar dan kerudung yang Marwah pakai.
Bidan pun memeriksa perut Marwah namun Bidan itu langsung mengernyitkan keningnya, Zia paham pada apa yang sedang bidan itu periksa.
Zia melihat kearah luar ternyata ada Adam disana yang sedang menunggu di luar.
Zia kembali masuk dan melihat Marwah dan bidan itu.
"Neng" ucap Bidan yang langsung bungkam saat Zia menempelkan jari telunjuk ke bibirnya.
"Bicaralah dengan perlahan" ucap Zia namun dengan nada yang setengah berbisik.
"Neng apa Wanita ini sudah menikah" tanya Bidan dengan berbisik.
"Belum" ucap Zia.
"Tapi wanita ini sedang mengandung" ucap Bidan.
"Sudah berapa bulan sekarang" tanya Zia.
"Hampir masuk dua bulan, bahkan bayinya sudah terasa" ucap Bidan.
"Tolong rahasiakan ini bu, aku mohon kalau Ibu bicarakan pada yang lain aku takut pesantren ini akan kena imbasnya, padahal Ning Marwah pindahan dari luar negri" ucap Zia memohon.
"Tapi Neng ini gak bisa di biarkan kandungannya akan semakin membesar" ucap bidan.
"Saya akan bicarakan padanya nanti setelah dia sadar" ucap Zia.
"Tapi Neng" ucap Bidan itu.
"Aku mohon" ucap Zia semakin memohon.
Bidan itu langsung pergi membawa tasnya.
"Bagaimana keadaan Ning Marwah bu" tanya Adam.
Bidan itu menatap terlebih dahulu pada Zia yang sekarang berada di belakangnya.
"Dia baik baik saja, hanya saja jaga pola makannya dan jangan kecapean" ucap Bidan itu.
"Terima kasih bu" ucap Adam sambil memberikan Amplop ada Bidan itu.
"Syukurlah" ucap Zia.
Adam hendak masuk kedalam ruangan itu.
"Gus jangan masuk Ning Marwah sedang tak memakai kerudung" ucap Zia.
"Jaga Ning Marwah awas kalau kau menyakitinya" ancam Adam.
Zia kembali masuk dari pada meladeni Adam yang nantinya mereka akan semakin berselisih paham.
"Cantik namun sayang Mur*h" gumam Zia menatap Marwah yang masih berbaring.
Bersambung...
ngeriah kalo ngidam gitu
mudan cepat terbongkar si rosa itu geregetan aku loh thor
aku juga jurusan bhs inggris
dan aku sekarang mengikuti pengajian tasaup jadi aku rasa thor juga sama dengan ku
kalo gk salah tebak 🥰
aku juga pernah mengalami itu jika dengan tidak ada cobaan kita tidak tau seberapa kuatnya kita menghadapi masalah
tuhan tidak tidur saro