Tiga Putra kembar Sekretaris Ken. Brtugs mnjaga dgn baik Putri Ellena milk Nathan.
Misi terberat mrk, harus ada yg bisa memenangkan hti Sang Putri.
Hidup brsm sjk lahir, slng mnjaga dan meyygi. Mmpukh mrk bersaing dlm mndptkn Hati Sang Putri?
Sementara Fic,
Kepala Pelayan, yang bertugas menjaga sekeliling Tuan Putri agr sll berjalan sebagai mana mestinya.
Menjaga dan menemani Tuan Putri seperti anaknya sendiri. Hingga menciptakan kenyamanan tersendiri bagi Putri Ellena.
Tanpa disadari, getar asmara mulai menggores hati Putri Ellena ketika ia beranjak dewasa.
Apakah Fic juga merasakan hal yang sama?
Jika tidak, mungkinkah Fic akan sanggup menolak perasaan Tuan Putri yang semakin besar padanya?
Lalu jika Fic jg menaruh hati pada Tuan Putri, maka Fic akan berpikir seribu kali.
Siapa dia?
Berani sekali?
Fic memilih untuk melangkah Pergi.
"Fic, aku ikut!" Ellena memanggil.
Fic tdk bisa untk tdk mnoleh,
Tp apa yg ia lihat? Tiga Pejantan tangguh, sudh berdiri dgn tatapan mematikan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Any Anthika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ellena membuat panik.
Di sebuah Rumah,
"Tuan Fic sedang menuju kemari. Cepatlah kau berganti pakaian yang rapih untuk menyambutnya." ucap Sang Ayah.
Elfa berdiri, menoleh pada Ayahnya "Benarkah?" dengan girang gadis itu segera berlari ke kamar. Sejenak memandangi wajahnya di cermin. Cepat cepat berganti dan tak lupa memoles wajahnya.
Lalu keluar lagi menghampiri sang Ayah sambil menarik koper.
"Ayah, nanti apa yang harus aku lakukan?" tiba tiba merasa gugup.
"Jungkir balik. Setelah itu terjun dari jembatan!" Ayah melotot.
Elfa langsung cemberut,meninju lengan Ayahnya.
"Ayah. Aku bertanya serius!"
"Ya memangnya mau bagaimana? Bekerja dengan baik dan jangan mengecewakan Tuan Fic. Lalu cari kesempatan untuk mendekatinya. Begitu saja repot!" celetuk sang Ayah, membuang muka.
"Repot lah. Tuan Fic itu, orangnya dingin. Cuek sekali padaku. Bagaimana mau mendekatinya!" bantah Elfa.
"Ya Usaha lah Elfa. Siapa tau, dengan kau bekerja di Rumah besar Tuan Nath, kau bisa ada peningkatan dengan Tuan Fic. Meskipun dia hanya kepala pelayan disitu, Tuan Fic itu adalah orang kepercayaan Tuan Nath dan Tuan Ken. Jadi, jika kau bisa mendapatkan hatinya maka kau akan sangat beruntung." ucap Ayah.
Elfa menghentakkan kakinya, "Huh, itu pasti akan sangat berat. Kalau berhasil, kalau tidak aku akan patah hati." menggerutu.
"Terserah kau saja. Jika kau keberatan, batalkan saja. Tetaplah menjadi pelayan kafe saja. Dengan gaji yang pas pasan itu." sahut sang Ayah.
"Jangan donk Ayah. Menjadi pelayan di Rumah Tuan Nath dan punya kesempatan untuk dekat dengan Tuan Fic adalah impian Elfa." rengek gadis itu.
"Kalau begitu, jangan mengeluh!" tuding Ayah.
Baru saja mereka menyelesaikan obrolan, pintu sudah diketuk seseorang dari luar. Ayah cepat beranjak.
"Itu pasti Tuan Fic."
Elfa terlihat semakin gugup. Merapihkan bajunya, merapihkan rambut ujungnya juga.
"Selamat siang Pak!" Fic sudah berdiri di depan pintu.
"Tuan Fic. Anda sudah datang? Mari masuk!"
"Ah iya Pak. Aku tidak bisa berlama lama. Apakah Putrimu sudah siap?"
"Tentu saja Tuan Fic. Elfa!" Ayah cepat memanggil Elfa.
Elfa berlari kecil menghampiri.
"Kak Fic!" sapa Elfa, menatap Fic.
Astaga.. orang ini kenapa tampan sekali?
Hati Elfa sudah deg deg ser saja.
"Apa kau sudah siap?" tanya Fic.
"Eh iya, Sudah. Aku sudah siap." jawab Elfa, masih sedikit gugup.
"Kalau begitu, kita berangkat sekarang saja."
"Ah Tuan. Apa anda tidak ingin ngopi sebentar?" tawar Ayah.
Fic tersenyum, "Sepertinya lain kali saja. Hari ini adalah hari pertama Tuan Putri Ellena masuk kuliah. Mungkin tidak akan seharian, jadi Aku harus siap jika sewaktu waktu Nona Ellena menghubungi ku untuk menjemputnya. Nona Ellena akan marah jika aku terlambat sedikitpun." sahut Fic.
"Oh , baiklah kalau begitu." sang Ayah kemudian menoleh pada Elfa.
"Pergilah bersama Tuan Fic."
Elfa hanya mengangguk, di dalam hati jantungnya sudah tidak bisa di stabilkan lagi.
"Baiklah Pak. Aku akan membawa Elfa sekarang." Fic berpamitan.
Ayah Elfa mengangguk. "Silahkan Tuan Fic. Jangan sungkan untuk menegurnya jika Elfa salah."
Fic hanya mengangguk.
"Elfa, kau harus hati hati dan jangan mengecewakan Tuan Fic." Pesan Ayah.
Elfa hanya mengangguk, menarik kopernya dan melangkah menyusul Fic.
Fic membukakan pintu mobil untuk Elfa, Kemudian menyusul.
Fic melajukan mobilnya.
Belum ada percakapan dari keduanya. Fic tetap meluruskan pandangan ke jalan, sementara Elfa beberapa kali mencuri pandangannya ke arah Fic.
"Kak Fic. Apakah Nona Ellena itu pemarah?" tanya Elfa mengusir kesunyian.
Fic tersenyum tipis dan menoleh sebentar. "Nona Ellena itu sebenarnya tidak pemarah. Dia sangat manis dan baik. Hanya saja, Nona Ellena keras kepala. Keinginannya tidak bisa ditentang. Kau harus bisa mengambil hatinya."
Elfa hanya mendengus.
"Jika kau bisa mengambilnya hatinya, kau akan berteman baik dengannya. Saat itu, kau akan diberi gaji dua kali lipat dari tempatmu bekerja kemarin." sambung Fic.
"Jika Nona Ellena tidak menyukaiku bagaimana? Saat di Taman itu saja, dia menatapku dengan tatapan benci."
Mendengar pertanyaan Elfa, Fic mendengus, sedikit ada ke khawatiran di dalam hatinya.
" Sebenarnya, saat itu Nona Ellena hanya sedang salah paham."
"Salah paham? Maksudnya." Elfa cepat menoleh.
"Ah tidak tidak. Begini saja, Kau harus Ekstra sabar. Nanti aku juga akan mengajak Nona Ellen berbicara." sahut Fic.
"Elfa. Kau harus bisa menjaga sikap di depan Nona! Jangan memanggilku dengan Sebutan Kak Fic. Nona Ellena, paling tidak suka jika seseorang memanggilku dengan sebutan itu."
"Kenapa begitu? Apa dia cemburu kalau aku memanggilmu begitu?" celetuk Elfa, asal menebak saja.
Fic menarik nafas. Dia tau, pertanyaan Elfa memang benar. Ellena cemburu. Sangat bahkan.
"Nona Ellena sangat dekat denganku, karena aku menjaganya dari dia bayi. Dia tidak bisa sedikitpun jauh dariku. Wajar saja jika Nona Ellena cemburu jika aku dekat dengan siapapun. Tugasmu adalah mendekatinya, agar sedikit demi sedikit Nona Ellena bisa lepas dariku. Sekarang dia sudah dewasa. Tidak mungkin aku akan menemaninya, Dua Puluh Empat Jam lagi seperti dulu."
"Baiklah. Aku akan menjaga sikap." sahut Elfa, tanpa mengerti apa apa.
Setelah beberapa lama melaju, Fic menghentikan mobilnya. Menyuruh Elfa turun dan mengajaknya masuk. Fic memperkenalkan dulu Elfa pada Mira.
Mira menyambut mereka dengan hangat. Sementara Nathan saat ini sedang berada di kantor. Baik Nathan maupun Mira sudah mengerti maksud dan tujuan Fic membawa Elfa ke rumah ini. Mereka setuju saja, selain karena sudah mengenal Ayah dari Elfa, Mereka mendukung usaha Fic untuk membuat Ellena sedikit mau lepas darinya meskipun ragu jika usaha Fic kali ini akan berhasil.
"Selamat datang di Rumah kami Elfa. Semoga kau betah dan bisa bekerja sama dengan baik."
"Iya Nyonya. Terimakasih."
"Nyonya, aku akan mengantar Elfa ke kamarnya dulu. Setelah itu, aku akan memberitahunya apa apa saja yang harus ia ketahui tentang Nona Ellena." ucap Fic.
"Ah, iya Fic. Silahkan."
Baru saja Fic hendak melangkah, Deringan hp miliknya terdengar. Fic merogoh hpnya dahulu.
"Tuan Muda Khale." Fic menoleh pada Mira.
"Angkat dulu Fic. Siapa tau ini tentang Ellena." perintah Mira. Fic pun cepat mengangkat panggilan itu.
"Tuan Muda. Ada apa?"
"Fic! Cepat kau kemari! Ellena!"
Seketika Fic terkejut mendengar Khale menyebut nama Ellena dengan nada panik.
"Apa yang terjadi pada Nona Ellena?" tanya Fic sangat khawatir, melirik Mira yang juga langsung khawatir.
"Ellena tidak mau keluar dari Toilet! Kami sudah membujuknya, tapi dia tetap memanggil namamu!" seru yang disana.
"Fic,ada apa dengan Ellena. Cepat kau kesana?" Mira mengguncang lengan Fic tanda panik.
"Baiklah. Aku akan segera kesana. Katakan pada Nona, aku akan segera datang." jawab Fic mematikan panggilannya.
"Fic!" Mira kembali mengguncang lengan Fic.
"Nyonya, tenanglah. Nona Ellena tidak apa apa. Hanya..."
"Hanya apa Fic?"
Fic mengusap wajahnya. Beruntung Fic cepat mengingat sesuatu. Menoleh pada Elfa yang nampak ikut khawatir di sudut sana. Fic mendekat pada Mira untuk berbisik.
"Maafkan aku Nyonya. Sungguh aku lupa. Jika Hari ini, tanggal datang bulan Nona Ellena. Nona Ellena pasti melupakan itu, dan Aku lupa mengingatkannya."
"Astaga! Aku juga lupa Fic! Anak itu masih saja ceroboh."
"Kau harus cepat kesana Fic. Ellen pasti tidak akan berani keluar dari toilet sampai kapanpun,jika kau tidak datang. Elfa, biar aku yang mengantar ke kamarnya." sambung Mira.
Fic hanya mengangguk dan segera berlalu.
Fic kembali ke mobilnya dan mengemudi dengan cepat.
Ketika mobil sudah berhenti, Fic langsung turun untuk memasuki gedung Fakultas itu. Fic mencari cari. Beruntung Keyan sudah berdiri di ujung sana untuk menyambutnya.
"Fic!" panggil Keyan melambaikan tangannya ke arah Fic.
"Tuan Muda. Dimana Nona?" Fic berlari menghampiri.
"Ayo ikut!" Keyan berlari kecil disusul Fic.
Terlihat Khale dan Kimmy sedang berdiri di sisi pintu Toilet dengan wajah pucat. Segera menoleh pada Fic.
"Fic! Ellena." Khale menunjuk pintu Toilet Wanita.
Tanpa bertanya,Fic menghampiri pintu.
"Nona Ellen. Buka pintunya. Ini Fic!" Fic mengetuk pintu Toilet itu. Mendengar suara Fic, Ellena cepat membuka pintu, menjulurkan tangannya. Menarik lengan Fic untuk masuk dan cepat menutup pintu kembali.
"Fic! Tolong aku." Ellena terisak memeluk Fic.
"Sudah, sudah. Jangan menangis." Fic mengusap wajah Ellena. Memutar lembut tubuh Ellena. Fic bisa melihat, bagian belakang rok Ellena sudah penuh dengan darah.
"Apa ada yang melihat?" tanya Fic.
Ellena menggeleng. "Tapi aku malu untuk keluar." rengek Ellena.
"Sudah, sudah. Tak perlu cemas." Fic membuka jaketnya, kemudian mengikatkan lengan jaket itu ke pinggang Ellena. Fic membuka pintu, lalu membopong tubuh Ellena. Membawanya melangkah keluar.
"Tuan muda Khal. Tolong katakan pada Dosen, jika Nona Ellen tidak bisa menyelesaikan kelasnya dahulu. Nona Ellen sedang sakit. Aku harus membawanya pulang." ucap Fic kepada Khale.
"Apa sakitnya parah?" Tanya Kimmy , wajahnya masih pucat.
"Sepertinya begitu." jawab Fic tak ingin banyak pertanyaan dari mereka.
"Baiklah Fic. Kami bisa memberi penjelasan kepada Dosen. Hati hati !" sahut Khale.
Fic mengangguk.
"Fic. Tunggu sebentar!" Keyan memanggil. Fic menoleh kembali.
"Tolong jangan katakan apapun pada Paman Nath dan Ayah. Kami pasti akan dihukum karena kelalaian ini." pinta Keyan.
Fic sekali lagi hanya mengangguk. Kemudian melangkah dengan Ellena di gendongannya. Meninggalkan mereka dengan rasa bersalah yang dalam. Tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Hanya mengutuk diri karena tidak bisa menjaga Ellena dengan baik. Takut disalahkan, takut kena hukuman.
"Khal, kenapa kau tidak bisa tau kalau Nona Ellena sedang sakit?" Kimmy menunjuk Khale yang sedari tadi memang bersama Ellena.
"Mana aku tau! Ellena tidak mengatakan apapun. Hanya berpamitan ke Toilet. Aku menyusulnya untuk memastikan keamanannya. Tapi Ellena tidak keluar keluar. Saat aku mengetuk pintu dan bertanya, Ellena malah menangis dan memanggil Fic." bantah Khale.
"Fic lagi, Fic lagi. Sedang di kampus saja, pikiran Nona Ellena hanya Fic. Fic seorang!" ketus Keyan.
"Jangan begitu. Dari bayi, Fic memang yang menjaga Ellena. Wajar Saja. Apapun yang terjadi, pertama yang diingat Ellena adalah Fic." sahut Khale.
"Sekarang yang perlu dipikirkan adalah, bagaimana jika Ayah ataupun Paman Nath tau tentang kejadian ini. Mampus kita! Mereka tidak percaya lagi kepada kita." sela Kimmy.
Kedua saudaranya mendengus.
"Semoga saja Fic tidak mengadukan ini pada Paman Nath atau pun Ayah." ucap Khale.
dinovel yg ini kok il feel ya sama nathan mira ellena juga fic😪
dari awal harusnya nathan cerita bukan masalah perjodohan tapi cerita jasa ken bagaimana,terlalu egois cm hanya ingin ellena bahagia tp mengkhianati sahabatnya sendiri🥺
Congrats ya utk fic & ellen..
dr awal aq emg curiga k kakek fiandi,trnyta kecurigaan q bnr