NovelToon NovelToon
Aku (Tak) Mau Menikah Ummah

Aku (Tak) Mau Menikah Ummah

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cintapertama / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

Kehidupan yang di alami orang sekitarnya, terutama kakak nya sendiri membuat Harfa tak mau menjalani yang namanya pernikahan.
Apalagi, setelah Biru, membatalkan pernikahan mereka. Membuat hati Harfa begitu dingin akan yang namanya cinta. Mengunci hati hingga sulit di tembus.
Perubahan Harfa membuat kedua orang tuanya merasa sedih. Apalagi usia Harfa tak lagi mudah.

"Nak, menikahlah. Usia kamu sudah matang?"

"Tidak. Aku gak mau menikah, Ummah."

Jawab tegas Harfa membuat hati umma Sinta teriris.

yuk ikuti kisah nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 Perut kamu sakit?

Dokter Harfa menatap cincin yang di berikan dokter Langit tadi. Apa keputusan dokter Harfa sudah benar menerima lamaran dokter Langit.

Dokter Harfa tak tahu, hanya saja dokter Harfa tak ingin kedua orang tuanya terus menerus mendesak diri ya menikah.

Apa yang salah dengan usia. Toh, banyak di luar sana juga yang belum menikah walau usianya sudah menginjak kepala empat.

"Semoga saja keputusan ku sudah benar."

Gumam dokter Harfa, menyimpan cincin itu di dalam laci.

"Harus nya aku bahagia, sudah lah."

Dokter Harfa tak tahu, perasaan apa yang selalu menghantui dirinya. Ia benar-benar tak tahu. Harusnya dokter Harfa bahagia di lamar oleh laki-laki yang selalu menunggunya. Tapi, dokter Harfa malah merasakan perasaan biasa saja.

"Aku sudah memutuskan dan aku harus berusaha menerima dokter Langit. Dia peria yang baik."

Dokter Harfa belum memberitahu pada kedua orang tua atas lamaran dokter Langit. Dokter Harfa ingin memastikan hatinya dulu. Ketika sudah mantap baru akan berbicara kepada kedua orang tuanya.

"Sebentar lagi tahun baru, mungkin hari yang pas memberitahu mereka tentang lamaran ini."

Gumam dokter Harfa, seperti nya tahun baru adalah hari yang cocok memberitahu keluarga besar.

...

"Bi, Ummah. Harfa berangkat dulu ya."

"Iya sayang, hati-hati di jalan."

Dokter Harfa mencium tangan kedua orang tuanya secara bersamaan.

Semenjak menjadi kepala dokter bedah kesibukan dokter Harfa semakin padat. Tentu harus berangkat pagi-pagi meninggalkan kedua orang tuanya yang sudah renta.

"Bi, kapan putri kita akan menikah?"

"Doa kan saja. Allah pasti sudah menyiapkan jodoh untuk Harfa."

"Aamiin,"

"Kakak Ifa sudah ada yang menjaga. Ummah berharap, Harfa juga ada yang menjaganya sebelum Ummah pergi."

"Suttt, Ummah, kok ngomongnya gitu."

"Harfa sudah banyak melalui banyak hal, Bi. Ummah tak ingin Harfa terus terbelenggu oleh masa lalu. Kesalahan yang pernah Harfa buat membuat Harfa sulit sekali menerima laki-laki."

"Ummah, dulu Harfa masih labil. Usia dia sekarang sudah matang. Abi yakin Harfa tidak akan membuat kesalahan yang sama. Apalagi sampai sekarang kita tidak tahu alasan apa yang membuat Harfa memutuskan membatalkan pernikahannya dengan Bumi."

Abi Farel dan ummah Sinta memang sampai detik ini tidak tahu alasan apa. Kenapa dokter Harfa membatalkan pernikahannya dengan Bumi.

Harfa tidak banyak cerita tentang apapun. Bahkan sampai detik ini mereka tak tahu jika dokter Harfa mengalami hal-hal yang sulit dalam hidupnya.

"Anak itu semakin tertutup semenjak kejadian yang terjadi pada kakak Ifa."

"Semoga saja dengan melihat kebahagiaan kakak Ifa sekarang membuat Harfa mau menikah Ummah."

"Itu yang Ummah harapkan, Bi."

Setiap orang tua memang ingin melihat anak-anak bahagia.

Namun mereka sering lupa, akan bertanya. Apa yang terjadi. Kebanyakan hanya bisa menghakimi tanpa mau mencari tahu.

Tak banyak orang tua yang seperti itu. Ketertutupan seorang anak pada orang tuanya adalah kegagalan orang tua dalam mendidik.

Tapi, tak banyak juga seorang anak tidak bercerita karena tak ingin menjadi beban bagi kedua orang tuanya. Mereka cenderung kasihan jika harus membebani kedua orang tua dengan masalahnya.

Lantas, para pembaca berada di posisi mana.

Semoga saja tidak ada yang saling menyalahkan dalam hal ini. Hanya saja butuh pemahaman yang sangat kuat. Untuk menghasilkan pengertian.

...

Dokter Harfa sudah sampai di rumah sakit. Mengerjakan pekerjaan seperti biasa.

Sebagai seorang dokter tentu tidak banyak waktu luang untuk bersantai. Mengurus ini itu dan masih banyak hal lainnya.

Dokter Harfa dan dokter Langit pun sudah sepakat jika mereka tidak akan memberitahu kedua sahabatnya sebelum waktunya.

Dokter Langit tak akan menuntut lebih, sudah di terima saja dokter Langit bahagia. Hanya tinggal menunggu waktu saja mereka mengumumkan pertunangan mereka.

Semoga saja tidak ada kendala apapun di depan sana.

Tidak ada yang tak tahu bukan. Manusia hanya bisa berencana. Tapi, mereka lupa jika Allah yang menentukan semuanya.

Dokter Harfa berpapasan dengan dokter Zahra yang akan di periksa oleh dokter kandungan.

Setiap bulan memang dokter Zahra cek rutin bersama dokter Sam untuk program hamil. Sudah banyak hal yang mereka lakukan agar dokter Zahra hamil.

"Mau cek?"

"Iya, doakan kamu ya. Semoga ada sebuah keajaiban."

"Aamiin, semoga saja kalian cepat di beri momongan."

Doa dokter Harfa yang terbaik untuk sahabatnya.

Dokter Harfa termenung sejenak. Memikirkan dokter Zahra yang belum punya anak. Tanpa sadar dokter Harfa mengusap perutnya sendiri.

Merenungi sesuatu yang mustahil terlintas di benaknya.

"Di usia ini, apa kelak aku juga akan kesulitan seperti mereka?!"

Gumam dokter Harfa tanpa sadar. Perasaan menginginkan seorang anak hadir di dalam perutnya. Bagaimana bisa, sedang dokter Harfa belum menikah.

Dokter Harfa tak tahu, perasaan nya selalu saja aneh.

"Jika aku menikah tahun ini, itu berarti peluangku punya anak cuma lima tahun lagi. Usia empat puluh tahun itu sangat beresiko.

Hm,.."

Helaan nafas panjang terdengar berat. Entah apa yang dokter Harfa pikirkan lagi. Kenapa tiba-tiba merindukan sosok baby. Membuat dokter Harfa jadi kangen pada keponakannya, Zidan.

Sudah lama rasanya dokter Harfa tidak bertemu Zidan.

"Perut kamu sakit?"

Tanya dokter Langit tiba-tiba entah datang dari arah mana kenapa dokter Harfa tak menyadarinya.

Dokter Harfa sedikit terkejut langsung menjauhkan tangannya dari perut.

"Tidak."

"Jangan bohong, saya melihat kamu memegang perut."

"Sedikit, mungkin epek mau datang bulan."

Bohong dokter Harfa karena tak mungkin berkata jujur.

"Sudah minum obat?"

"Nanti saja, sakitnya sudah hilang kok."

"Beneran."

Khawatir, itulah yang di rasakan dokter Langit. Ia tak mau dokter Harfa kenapa-kenapa. Sebagai seorang dokter tentu dokter Langit pun tidak asing dengan rasa sakit mau datang bulan.

"Iya, jangan khawatir."

"Ok."

"Saya mau periksa pasien dulu. Jaga kesehatan."

"Siap."

Jawab dokter Harfa, terasa kaku itulah yang di rasakan dokter Harfa. Merasa aneh dengan interaksi mereka. Tapi, dokter Harfa harus seperti itu karena dokter Langit mungkin sebentar lagi akan menjadi calon suaminya.

Rasanya aneh menikah dengan sahabat sendiri.

Karena tak mau memikirkan yang belum terjadi. Dokter Harfa pergi ke ruangannya. Dokter Harfa harus menyiapkan diri untuk jadwal operasi nanti sore.

Sebelum itu, dokter Harfa harus mengecek keadaan nenek ya Sky dulu. Hari ini, nenek Sky akan pulang dan itu pemeriksaan terakhir dokter Harfa sebelum nenek Sky pulang.

"Assalamualaikum, nenek."

"Waalaikumsalam, dokter cantik."

"Wah, hari ini kelihatannya nenek begitu semangat."

"Tentu, hari ini nenek akan pulang."

"Saya periksa dulu ya?"

"Baik."

Sang nenek diam, membiarkan dokter Harfa memeriksa dirinya.

"Dimana Sky, nek?"

"Keluar sebentar. Gak tahu nelpon siapa."

"Hm, Kalau sudah pulang, nenek harus tepat waktu minum obat ya. Kalau ada waktu nanti Harfa ke sana."

"Siap. Nenek akan minum obat tepat waktu."

"Bagus."

Dokter Harfa senang melihat nenek Sky sudah sembuh dan bisa pulang hari ini.

Dokter Harfa mengantar kepergian nenek Sky sampai parkiran. Nenek Sky sudah seperti nenek sendiri bagi dokter Harfa.

"Jaga nenek dengan baik, Sky."

Pesan dokter Harfa pada Sky yang sudah masuk kedalam mobil.

"Siap kak. Terimakasih banyak."

"Sama-sama."

Dokter Harfa melambaikan tangan menjadi salam perpisahan mereka.

Bersambung ..

Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...

1
Psbu Paus biru
sangat bagus
Psbu Paus biru
🥰🥰🥰🥰
Psbu Paus biru
😍😍😍
Drezzlle
mampir kak
Rahma Qolayuby: terimakasih banyak kak🥰
total 1 replies
Drezzlle
/Cry/ baru mulai udah sedih
Tien
kenapa diulang ceritanya kak
Rahma Qolayuby: bukan di ulang kk, cuma ini di daftarin buat kompetisi nulis periode 2
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!