NovelToon NovelToon
Hello, MR.Actor

Hello, MR.Actor

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Duda / Cinta pada Pandangan Pertama / Pengasuh
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Be___Mei

Sebuah insiden kecil membuat Yara, sang guru TK kehilangan pekerjaan, karena laporan Barra, sang aktor ternama yang menyekolahkan putrinya di taman kanak-kanak tempat Yara mengajar.

Setelah membuat gadis sederhana itu kehilangan pekerjaan, Barra dibuat pusing dengan permintaan Arum, sang putri yang mengidamkan Yara menjadi ibunya.

Arum yang pandai mengusik ketenangan Barra, berhasil membuat Yara dan Barra saling jatuh cinta. Namun, sebuah kontrak kerja mengharuskan Barra menyembunyikan status pernikahannya dengan Yara kelak, hal ini menyulut emosi Nyonya Sekar, sang nenek yang baru-baru ini menemukan keberadan Yara dan Latif sang paman.

Bagaimana cara Barra dalam menyakinkan Nyonya Sekar? Jika memang Yara dan Barra menikah, akankah Yara lolos dari incaran para pemburu berita?

Ikuti asam dan manis kisah mereka dalam novel ini. Jangan lupa tunjukkan cinta kalian dengan memberikan like, komen juga saran yang membangun, ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Be___Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hello, Mr. Actor Part 13

...-Zona aman adalah musuh diam-diam yang membuat manusia gagal berkembang. Kalau mau marah, marah aja!-...

...***...

25 juta!

Sungguh, penyesalan itu selalu datang belakangan. Dirinya yang sok-sokan akan mengganti kerugian Barra, terhenyak mendengar total biaya rumah sakit Arum.

"Itu di luar biaya trauma."

Hah! Kedua bola mata Ayara membulat mengetahui ada biaya lain selain biaya rumah sakit.

"Pak Barra, ada diskon, nggak?" Kali ini Yara harus memutuskan ujat malu.

Barra tersenyum samar, dan ini membuat Yara merasa diremehkan. "Bukannya kamu sendiri yang menawarkan ganti rugi ini? Itu artinya kamu sudah siap dengan apa yang terjadi."

Menahan diri terlalu lama itu menyesakan dada, apalagi lawan bicaranya ini seolah memandang rendah isi dompetnya, yah ... walaupun kenyataannya memang seperti itu.

"Ya sudah, jadi berapa yang harus saya bayar?" Ekonomi yang sulit tak membuat dirinya kehilangan rasa tinggi hati, alhasil, penyesalan itu semakin besar ketika Barra menyebutkan nominal 35 juta.

"10 juta untuk biaya trauma! Ya Allah, kenapa aku sombong sekali!" pekik Yara dalam hati.

Usai memaksakan diri bersikap arogan, pada akhirnya Ayara meminta keringanan kembali dari Barra. Setidaknya berikan dia waktu untuk mengumpulkan uang dahulu.

1 minggu, itulah waktu yang Barrata berikan untuk Yara. Dan ketika gadis ini meminta tambahan waktu, dengan ringan sang artis mengurangi jatah waktu 1 minggu menjadi 3 hari, alih-alih menambahkan waktu.

Jika saja Ayara bisa, ingin sekali dirinya mencakar wajah Barra. Dia pikir mencari uang itu gampang? Apalagi untuk dirinya yang seorang calon pengangguran ini. Ck! Mengingat nasib pekerjaannya yang masih abu-abu, Yara rasanya ingin menangis. Entah kesalahan apa yang telah dia lakukan di masa lalu, hingga harus menanggung kehidupan yang sulit ini.

Ayara melangkah gontai, sedangkan Barra menyunggingkan senyuman setelah mereka tak lagi berhadapan. Dua anak manusia ini kini berjalan berlawanan arah, meninggalkan diri masing-masing.

Jalanan yang ramai seolah sepi, Ayara kembali tenggelam dalam lamunan. Saat dirinya hendak menyebrang jalan, sebuah mobil mewah nyaris saja menabrak dirinya.

"Maaf, saya lengah," ujarnya meminta maaf, namun, dalam pandangan yang tak fokus.

Seorang pria yang duduk di kursi belakang, mengerutkan kening. Dia pria yang pernah melihat Ayara mengomeli Latif di minimarket.

"Dasar ceroboh!" gumamnya.

"Tuan ..."

"Biarin aja. Cepat," titahnya pada sang supir sekaligus asisten pribadinya.

Mobil mewah itu kembali melaju, meninggalkan Ayara, yang juga kembali melangkah.

Sesampainya di rumah, tekanan kembali Yara dapatkan. Dirinya mendapat undangan untuk menghadiri rapat para wali murid.

Sekuat-kuatnya Yara, akhirnya gadis ini menangis juga. Kemana dia harus mencari uang 35 juta? Kalau dia diberhentikan dari sekolah itu, apakah dia masih bisa menjadi guru TK? Sedangkan keteledoran kali ini akan masuk ke dalam daftar riwayat kinerjanya.

"Nenek ... Yara lelah," lirihnya terisak. Tangis yang awalnya bak rintik hujan, perlahan menjadi deras. Suara tangisnya bisa terdengar hingga keluar rumah.

Cukup lama Ayara menangis. Setelah sesak di dada sedikit berkurang, barulah tangisnya mulai mereda.

Baru saja dirinya bangkit untuk mengambil air minum, sebuah ketukan pada daun pintu menarik atensinya. Seorang tetangga datang, menanyakan utang Latif .

"Berapa, Bang?" tanya Yara. Paman durjana itu berutang uang untuk membeli rokok pada tetangga yang berprofesi sebagai tukang parkir.

"35 ribu, Neng. Maaf ya, abang mintanya sama kamu. Kata Latif kamu yang bayar."

"Hem, nggak pa-pa. Terima kasih, ya, Bang," tuturnya usai menyerahkan uang sebesar 35 ribu.

"Iya, sama-sama, Neng. Aku permisi ya. Assalamualaikum," pamit tetangga itu.

"Waalaikumsalam," sahut Yara lemah.

Dirinya terduduk di ruang tamu. "Sepertinya angka 35 bukan angka yang bagus untukku."

Niat untuk mengambil air minum pupus sudah. Demi menenangkan diri gadis ini rebahan. Dipandanginya foto sang nenek, wanita paling hebat baginya.

Lagi-lagi air mata menggenangi kedua pipi Yara. Isak tangis kembali menjadi tersedu, menyayat hati.

Kembali sebuah ketukan terdengar dari daun pintu.

"Assalamualaikum."

Suara yang tak asing, dialah sang paman durjana.

"Waalaikumsalam," sahut Yara sembari mengambil duduk. Kerudungnya nampak miring, namun dia tak menghiraukan hal itu.

Ada apa dengan penampilan Yara, di matanya masih tersisa air mata. "Neng, kamu kenapa?"

Akhir-akhir ini Latif begitu perhatian padanya, membuat hati yang lara ter-enyuh. Alhasil Latif menangis lagi dan kali ini begitu nyaring.

"Hei! kenapa?" terpekik. Senakal apapun dirinya, tak pernah dia membuat Yara menangis seperti ini.

Dia datang dengan membawa kue leker kesukaan Yara. meletakkan makanan di atas meja dan dirinya menarik kedua tangan sang keponakan. Demi mereda tangis, Yara menutupi kedua matanya, namun, apalah daya air mata masih berembes melalui sela-sela jemarinya.

"Kenapa sih, Neng?"

Tak ada jawaban, Yara masih menangis.

"Neng! Ayo cerita!" sentak Latif.

Ternyata, hujan setelah kemarau panjang itu sangat lebat. Dia seperti balas dendam karena begitu lama tertahan karena terik matahari yang menyapa bumi hingga tandus. Seperti inilah tangisan seorang Yara. Menjadi wanita tangguh adalah pilihan yang dengan terpaksa dia pilih. Menangis, sungguh itu sebuah pantangan baginya. Namun masalah kali ini meruntuhkan tembok kesabaran Yara, hingga akhirnya dia menjatuhkan diri pada kubangan kesedihan dan meluapkan kesedihan itu sejadi-jadinya.

Setelah tangis itu hanya menyisakan rintik hujan saja, Yara menceritakan apa yang telah terjadi pada Latif.

Pria itu seperti mendadak menjadi manusia normal, dengan baiknya menjadi seorang pendengar untuk Ayara.

"Aku akan mencari bantuan."

"Kemana? Kita orang susah, orang kere," lirih Yara mengusap kedua matanya.

"Enggak, kita bukan orang susah. Kita cuman nggak mau ketemu orang kaya itu aja."

Ucapan Latif langsung mendapat penolakan dari Ayara. Mengingat hubungan tak baik yang bermula dari keputusan mendiang kakeknya, Yara sangat menolak niat Latif untuk mengadu pada keluarga mereka.

"Terus kita harus gimana? Punya duit segitu aja nggak pernah." Ucapan Latif memang benar, selama ini mereka hidup dalam perekonomian yang pas-pasan. Memiliki utang sebanyak itu tentu membuat beban pikiran mereka, terlebih untuk Yara.

"Entahlah, paman. Aku capek. Nanti kita pikirkan. Aku harus mandi," ujar Ayara beranjak dari kursi.

Latif mengangguk. "Ya, untuk sementara kita lupain dulu masalah ini. Aku udah beli makanan kesukaan kamu, kelar mandi kita makan kuenya sama-sama, ya."

"Hem," sahut Yara singkat.

Selepas Ayara pergi untuk mandi, Latif memandangi foto sang ibu yang bersanding bersama sang ayah. Jika ditelisik, wajahnya dan wajah sang ayah sangat mirip.

Sudah lama dirinya kehilangan sang ayah, yang lebih dulu meninggal sebelum ibunya juga berpulang pada sang illahi.

Namun, mengingat dirinya yang memiliki darah asli sang ayah, masalah yang sedang mereka hadapi inu membuatnya berniat untuk menemui kerabat jauh yang kaya raya itu.

Tapi ... Akh, Latif tak ingin membuat masalah baru dalam kehidupannya dan Yara.

Menggaruk kasar kepalanya, meski tak gatal sama sekali. Latif bahkan membenamkan wajah pada bantal sofa, karena kesal tak menemukan jalan keluar dari masalah mereka.

Tring! Suara notifikasi pada ponsel Latif.

Jefrey: "Gimana keadaan Yara hari ini?"

Sudut bibir Latif terangkat naik. Pucuk dicinta ulam pun tiba ....

...To be continued ......

...Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa like, komen dan saran yang membangun, ya. ...

1
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Mau loncat aku! tapi langsung inget, abis makan bakso!
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Excellent!
Kamu seorang laki-laki ... maka bertempurlah sehancur-hancurnya!
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Kalo cinta dimulai dari menghina, ke depannya kamu yang akan paling gak bisa tahan.
Drezzlle
udah di depan mata, tinggal comot bawa pulang
Drezzlle
ya ampun, kamu kok bisa sampai ceroboh Yara
Drezzlle
betul, kamu harus tegas
Drezzlle
tapi kamu masih di kelilingi dengan teman yang baik Yara
Drezzlle
nggak butuh maaf, bayar hutang
ZasNov
Asyiiikk.. Dateng lagi malaikat penolong yg lain.. 🥰
ZasNov
Kak, ada typo nama nih..
Be___Mei: Huhuhu, pemeran yang sebenernya nggak mau ditinggalkan 🤣 Gibran ngotot menapakan diri di part ini
total 1 replies
ZasNov
Ah inget tingkah Jena.. 🤭
Be___Mei: kwkwkwk perempuan angst yang sadis itu yaaaa
total 1 replies
ZasNov
Gercep nih Gavin, lgsg nyari tau siapa Jefrey..
Yakin tuh ga panas Barra 😄
Be___Mei: Nggak sih, gosong dikit doang 🤣🤣
total 1 replies
ZasNov
Modus deh, ngomong gt. biar ga dikira lg pedekate 😄
ZasNov
Akhirnya, bisa keren jg kamu Latif.. 😆
Gitu dong, lindungin Yara..
Be___Mei: Kwkwkw abis kuliah subuh, otaknya rada bener dikit
total 1 replies
ZasNov
Nah, dewa penolong datang.. Ga apa2 deh, itung2 Latif nebus seuprit kesalahan (dari ribuan dosa) dia sama Yara.. 😄
Mega
Lakok isa baru sadar to, Neng Yara. kikikikikikik
Be___Mei: 🤣🤣😉 iso dong
total 1 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Piala bergilir apa pria bergilir?
Be___Mei: Piala mak
total 1 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Rada ngebleng nih.
Masa iya Yara bener mamanya Arum
Be___Mei: Biar ringkes aja pulangnya si emaknya Arum 😭 🙏🤭
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆: Masa?

kenapa harus angin duduk, Mak?
total 3 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Cihh pendendam banget
Be___Mei: Biasa mak, penyakit orang ganteng 🤣🤣
total 1 replies
Mega
Ya Allah ISO AE akal e
Mega: Aku punya pestisida di rumah 😏 boleh nih dicampur ke kopinya.
Be___Mei: Beban banget kan manusia itu
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!