NovelToon NovelToon
Istri Simpananku, Canduku

Istri Simpananku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Ibu Pengganti
Popularitas:65.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fauzi rema

Revana Arnelita...tidak ada niatan menjadi istri simpanan dari Pimpinannya di Kantor. namun kondisi keluarganya yang mempunyai hutang banyak, dan Ayahnya yang sakit-sakitan, membuat Revana menerima tawaran menjadi istri simpanan dari Adrian Wijaksana, lelaki berusia hampir 40 tahun itu, sudah mempunyai istri dan dua anak. namun selama 17 tahun pernikahanya, Adrian tidak pernah mendapatkan perhatian dari istrinya.
melihat sikap Revana yang selalu detail memperhatikan dan melayaninya di kantor, membuat Adrian tertarik menjadikannya istri simpanan. konflik mulai bermunculan ketika Adrian benar-benar menaruh hatinya penuh pada Revana. akankah Revana bertahan menjadi istri simpanan Adrian, atau malah Revana menyerah di tengah jalan, dengan segala dampak kehidupan yang lumayan menguras tenaga dan airmatanya. ?

baca kisah Revana selanjutnya...semoga pembaca suka 🫶🫰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Bab 24

...“Oke..jadi kapan kamu mau aku nikahi, besok ?” -Adrian...

Lobi Kantor 🏤💫

Langkah Adrian dan Revana memasuki gedung kantor menarik perhatian beberapa karyawan. Adrian tampak tenang, penuh wibawa seperti biasa, sementara Revana berusaha menjaga jarak agar tidak terlihat terlalu dekat.

Namun, Clara yang sudah menunggu di dekat lift langsung menyipitkan mata begitu melihat mereka datang bersamaan lagi.

Clara mendekat ke arah Revana, wanita itu berbisik cepat.

“Rev… serius deh, kenapa lagi-lagi kamu datang bareng Pak Adrian? Jangan bilang kamu di jemput beliau dari rumah?”

Revana tersentak, matanya membesar, buru-buru menggeleng.

“Bukan, bukan… ini cuma kebetulan aja. Tadi aku lagi nunggu taxi dijalan, eh beliau pas lewat, ya sudah sekalian aku ikut nebeng.” jawab Revana gelagapan, tapi berusaha santai.

Clara melipat tangannya di dada, jelas tak puas dengan jawaban itu.

“Rev, please… jangan bikin aku penasaran. Kamu nggak biasanya begini. Jangan-jangan… ada sesuatu ya antara kamu sama Pak Adrian?” tanya Clara setengah bercanda, setengah menyelidik.

Revana tersenyum kaku, matanya melirik kanan-kiri memastikan tak ada yang mendengar.

“Clara… jangan mikir aneh-aneh dulu...jadi bicara begitu, nanti kalau ada yang dengar bisa salah paham..Tolong ya... ” kata Revana memohon.

Clara terdiam, ia masih menatap Revana dengan curiga, tapi akhirnya hanya menghela napas panjang.

Clara menepuk bahu sahabatnya.

“Oke… aku nggak bakal maksa kamu buat bicara. Tapi kalau nanti kamu butuh cerita, aku siap dengerin, Rev.”

Revana mengangguk pelan, mencoba tersenyum, meski hatinya bergetar hebat. Ia tahu cepat atau lambat Clara pasti akan tahu apa yang terjadi tentang dirinya dan juga Sang atasan.

Sementara itu, Adrian yang berdiri agak jauh hanya melirik sekilas ke arah mereka, sudut bibirnya terangkat tipis. Ia bisa menebak percakapan dua sahabat itu, dan entah kenapa, ia merasa senang karena Revana masih berusaha menyimpan hubungan mereka rapat-rapat.

✨️

Pagi ini Ruang meeting dipenuhi suasana serius. Para manager sudah duduk rapi dengan dokumen masing-masing. Adrian masuk dengan wajah tegas, auranya langsung mendominasi ruangan. Revana duduk di sudut meja, membuka laptopnya, berusaha fokus meski jantungnya masih berdebar akibat pertanyaan dari Clara tadi.

Saat rapat dimulai, Adrian berbicara lugas, memberi arahan dengan suara berat yang penuh wibawa.

Namun, di sela-sela penjelasannya, pandangan matanya sesekali melirik ke arah Revana. Tidak terlalu kentara, tapi cukup untuk membuat Revana salah tingkah, ujung penanya beberapa kali jatuh, tangannya berkeringat dingin.

Anton, salah satu manager, menyodorkan berkas.

“Pak Adrian, ini draft kontrak untuk proyek baru. Perlu ditandatangani hari ini.”

Adrian menerima berkas itu, tapi bukannya langsung menandatangani, matanya justru kembali menoleh sekilas pada Revana, seolah menunggu gesturnya.

Revana buru-buru menunduk, berpura-pura sibuk mengetik notulen.

Clara yang duduk tak jauh dari Revana memperhatikan gelagat itu. Mata Clara menyipit, semakin yakin ada sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan antara atasan dan bawahan.

Setelah rapat berakhir, semua orang mulai berkemas. Adrian berdiri tegak di depan, tangannya merapikan jas yang ia kenakan.

“Revana, ikut saya sebentar ke ruang kerja.” suaranya datar, tapi penuh makna, pria itu menatap Revana dalam.

Semua kepala langsung menoleh. Clara terperangah, bahkan Anton sempat menaikkan alis. Revana merasa canggung di lihat banyak orang, tapi ia tak bisa menolak. Segera Revana mengikut langkah Adrian yang berjalan duluan keluar meninggalkan ruangan meeting.

Revana sengaja berjalan lambat ketika masuk ke ruangan Adrian, ia menutup pintu itu rapat, lalu melangkah mendekat sampai di depan meja kerja Adrian.

Adrian bersandar di kursinya, tatapan matanya tidak pernah lepas dari sosok Revana. Sorotnya penuh mendamba, bercampur dengan ketegasan seorang pria yang tahu apa yang ia mau.

“Mendekatlah, Rev.” titah Adrian dengan suara rendah.

Revana tersentak.

“Pak… kita sedang di kantor. Kalau ada yang lihat—”

Adrian mengangkat sebelah alis, bibirnya terangkat membentuk senyum tipis penuh kode. Tangannya bergerak ringan, memberi arahan agar Revana berjalan ke arahnya.

Revana menggeleng cepat, tapi langkahnya justru goyah.

“Tidak, Pak Adrian. Tolong jangan main-main seperti ini.”

Namun Adrian tiba-tiba meraih tangannya dengan tegas. Sekejap tubuh Revana terhuyung, jatuh tepat di pangkuannya.

Revana kaget

“Pak! Apa-apaan ini—”

Tangannya refleks memukul dada Adrian dengan kesal. Suara pukulannya memang keras, tapi justru membuat Adrian tertawa kecil.

Adrian mendekat, menyibakkan rambut Revana dengan lembut, sambil berbisik di telinganya

“Jangan marah Baby...aku hanya merindukanmu. Dan aku tak peduli kalau ini di kantor sekalipun.”

Wajah Revana memerah, hatinya berdebar tak karuan. Ia mencoba melepaskan diri, tapi genggaman Adrian justru semakin erat. Tatapan mata pria itu seolah membakar sekaligus melembutkan hatinya di waktu yang sama.

Tanpa menunggu reaksi Revana, pria itu meraup bibir merah Revana dengan rakus, Revana sampai gelagapan, namun perlahan ia mulai menikmatinya. Bibir mereka saling melumat, menyesap...dan saling memberikan kehangatan. Revana mengalungkan kedua tangannya di leher Adrian, sedangkan salah satu tangan Adrian sudah menelusup bebas ke dalam rok Revana.

Tok tok tok

Ketukan pintu terdengar.

Revana terkejut. Refleks ia segera melepaskan bibirnya dari Adrian, wajahnya panas memerah. Dengan panik, ia beranjak dari pangkuan Adrian, hampir tersandung kursi sebelum akhirnya bisa berdiri tegak di samping meja, merapikan rok dan bajunya yang berantakan.

Begitu juga dengan Adrian yang langsung menegakkan duduknya, berdeham pelan sambil merapikan dasinya dan jas yang sedikit berantakan. Sorot matanya masih menyimpan bara, tapi suaranya tenang.

“Masuk.”

Pintu terbuka. Anton melangkah masuk dengan map tebal di tangannya. Langkahnya berhenti sesaat ketika matanya menyapu pemandangan di ruangan itu, Revana dengan pipi semerah delima, sementara Adrian berlagak tenang, meski jelas-jelas ada jejak canggung di wajahnya.

Anton menaikkan alisnya, senyum nakal tersungging.

“Wah… saya ganggu kalian, ya?” kata Anton sambil tersenyum jahil.

Revana buru-buru menunduk, pura-pura merapikan dokumen di meja untuk mengalihkan rasa malunya.

“T-tidak, Pak Anton. Saya hanya… sedang membantu Pak Adrian.”

Adrian menyeringai tipis, tatapannya seolah menantang Anton.

“Kamu terlalu banyak bicara, Ton. Mana laporan yang kubutuhkan?”

Anton meletakkan map itu perlahan, tatapannya tetap iseng.

“Nih, laporan sudah aku teliti. Tapi… sepertinya ada ‘laporan lain’ yang jauh lebih menarik di sini.”

Revana semakin menunduk, hatinya berdebar keras. Adrian hanya terkekeh kecil, lalu menutup map di hadapannya dengan sekali tepukan.

“Keluar sekarang, Ton. Sebelum aku benar-benar mengusirmu.” kata Adrian datar, tapi penuh makna.

Anton tertawa, berjalan keluar sambil melirik sekali lagi pada Revana.

“Baik, baik. Santai saja, Bos. Kalau kalian butuh ‘sesuatu’. Bilang saja ke aku.”

Pintu kembali menutup. Ruangan kembali hening, menyisakan Revana yang masih menahan rasa malu luar biasa, sementara Adrian justru terlihat semakin puas dengan situasi itu.

Adrian menatap Revana sambil tersenyum menggoda.

“Sayang, ayo lanjutkan lagi kegiatan kita tadi.”

Revana spontan menoleh dengan wajah penuh protes, tapi kata-kata Adrian membuat dadanya kembali bergetar.

“Pak Adrian! Tadi itu… gila ya? Kalau sampai Pak Anton benar-benar lihat, saya bisa malu setengah mati!”

Adrian hanya terkekeh, seolah tidak merasa bersalah sedikit pun.

“Kalau dia memang lihat, ya biarkan saja, itu bukan masalah besar. Anton sahabatku. Dia tahu apa yang harus dijaga.”

Revana mendengus, melipat kedua tangannya di dada. Ia menatap Adrian kesal.

“Bapak tuh keterlaluan! Di kantor, Pak… ini tempat kerja, bukan tempat untuk—”

Adrian memotong, suaranya rendah tapi menusuk.

“Bukan ‘Bapak’. Sudah kubilang, saat kita berdua… panggil aku Adrian. Atau… lebih manis lagi, panggil aku papi sayang.”

Revana langsung terdiam, wajahnya makin merah. Ia menatap Adrian dengan sorot tajam, tapi Adrian malah berdiri dan mendekat, menurunkan suaranya tepat di telinga Revana.

“Kenapa kamu harus malu, hm? Kamu sudah jadi bagian dari hidupku. Biarkan dunia tahu.” bisik Adrian.

Revana menelan ludah, jantungnya berpacu tak karuan. Ia mendorong dada Adrian dengan pelan.

“Saya bukan milik siapa pun, Pak. kita belum menikah.”

Namun sorot matanya goyah, dan Adrian bisa membaca jelas ketidakmampuan gadis itu untuk benar-benar menolak.

Adrian tersenyum tipis, tangannya meraih jemari Revana lalu mengecupnya singkat.

“Oke..jadi kapan kamu mau aku nikahi, besok ?”

Revana terdiam, dia melepaskan tangannya digenggaman Adrian dengan kesal, lalu menarik nafas panjang.

"Tau ah...kamu bikin aku pusing..." Revana membalikkan badan, berjalan cepat ke arah pintu.

Adrian kembali tertawa kecil, lalu dengan cepat ia berkata sedikit keras.

"Baby, nanti sore kamu harus ikut denganku, awas jangan kabur.." kata Adrian sebelum Revana benar-benar keluar dari ruangannya.

Revana menoleh ke arah Adrian sekilas, lalu ia hanya mendengus kesal.

...⚘️...

...⚘️...

...⚘️...

...Bersambung......

1
Ma Em
Nadia kamu yg berulah kamu yg marah itulah akibat dari semua kelakuanmu pada anak2 dan suamimu karena Nadia terlalu terlena dgn kemewahan sehingga melupakan suami dan anak2 nya , jgn sampai Nadia mencelakakan Revana Thor .
Ririn Susanti
ayo nadia beli kulkas biar gk panas
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik 🥰
Ma Em
Adrian secepatnya klarifikasi berita yg tdk benar jgn sampai menghancurkan segalanya , beritahu semua masalah yg ada di keluargaku agar TDK berkepanjangan dan langsung bungkam orang2 yg ingin menjatuhkan mu Adrian .
kalea rizuky
hmmm apapun alesannya selingkuh tetap g bs di benarkan paham
Anita Rahayu
TOLONG THOR BUAT NADYA MALU KARNA JADI ISTRI DAN IBU YG GAGAL DIA DI CERAIKÀN KARNA TUKANG BELANJA GK URUS SUAMI DAN ANAK TITIK
DAN UTK RANI BUAT DIA SADAR DIRI KERJA JGN NGAREPIN MANTAN KAKAK IPAR UNTUK BIAYA HIDUPNYA BUAT VIRAL👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈
Ma Em
Selamat untuk Alesya yg sdh diterima di kedokteran dan juga Alesya tdk terhasut sama Rani dan Nadya yg ingin memecah belah Adrian dan Revana .
Anita Rahayu
Thor langsung ke penjara aja karna ke tangkep tangan usaha nyelakainnya gagal sama adiknya biar tobat tuh 2 benalu😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈
Ma Em
Adrian benar Alesya hrs hati2 sama Rani karena dia akan berbuat jahat pada Alesya , pokonya Alesya jgn sampai lengah jgn percaya mulut manis tapi berbisa apalagi Rani emang sdh TDK suka pada Alesya .
refinorman norman
💪 thor,,, up lagi donk
Ma Em
Rani yg tdk tau malu dan tak tau diri wajar Alesya masuk kuliah di kedokteran karena bapaknya mampu membiayai kuliah anaknya lah si Rani cuma ipar minta dibayarin juga uang kuliahnya mending kalau Nadya kelakuan nya benar dan baik2 sama anaknya yg ada di otak Nadya cuma uang ..uang dan uang ga ada yg lain dasar keluarga benalu kamu Rani dan keluargamu .
Anita Rahayu
buat nadya kalah di persidangan DAN
dia jadi gembel kalau butuh uang harus kerja biar dia tau capeknya jadi adrian kayak mana
MANTAP GK THOR🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😈
Ma Em
Nadya nekad menjual semua perhiasannya demi untuk memenangkan gugatan harta Gono gini yg banyak , tapi blm tentu dapat Nadya y perhiasan yg ada saja kamu jual takut nanti setelah habis simpananmu sidangnya kalah Nadya dapat zonk .
Ma Em
Semoga keputusan Adrian untuk berpisah dgn Nadya tdk ada hambatan dan dimudahkan di segala urusannya .
Ma Em
Nadya itu akibat kelakuanmu yg sdh mengabarkan kan suami dan anak2 mu , Nadya tdk akan bisa lagi membuat Adrian kembali pada Nadya karena sekarang Adrian sdh punya istri yg mau mengurus kebutuhannya dan juga anak2 nya dan Nadya sdh kalah telak dari Revana , terima saja nasibmu Nadya yg tdk bisa berfoya foya lagi .
Ma Em
Nadya ngaku istrinya Adrian tapi tdk pernah mengurus rumah tangganya suami dan anak2 nya dia abaikan sekarang Nadya nuntut haknya dari Adrian sedangkan kerjaannya cuma foya2 menghabiskan uang Adrian .
Ma Em
Alesya berani kasih tau mamanya tentang Adrian sdh nikah lagi dgn Revana yg membuat Nadya jadi sock karena tdk menyangka Adrian berani nikah lagi , makanya Nadya punya suami itu dilayani dgn baik bkn cuma dijadikan ATM berjalan doang uangnya mau tapi suami dan anak2 nya tdk diperhatikan
Ma Em
Nadya mau anak2 nya kembali tinggal bersama nya tapi kelakuan nya sangat kasar pada Andrew dan Alesya mana mau anaknya tinggal dgn Nadia malah lbh berpihak ke ibu tiri karena Revana baik bisa ngemong dan sayang sama mereka berdua
Ma Em
Pasti Adrian ngamuk tuh langsung ceraikan saja Nadya jgn biarkan Nadya merusak mental Andrew dan Alesya malah akan membuat anak2 jadi trauma nanti .
Anita Rahayu
buat nadya di ceraikan adrian hari itu juga dan hak asuh anak jatuh ke tangan adrian sekaliaan video kelalaian nadya sebagai ibu yg gk ngurus anaknya sendiri plisss thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!