NovelToon NovelToon
Embers Of The Twin Fates

Embers Of The Twin Fates

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Action / Romantis / Fantasi / Epik Petualangan / Mengubah Takdir
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: ibar

di dunia zentaria, ada sebuah kekaisaran yang berdiri megah di benua Laurentia, kekaisaran terbesar memimpin penuh Banua tersebut.

tapi hingga pada akhirnya takdir pun merubah segalanya, pada saat malam hari menjelang fajar kekaisaran tersebut runtuh dan hanya menyisakan puing-puing bangunan.

Kenzie Laurent dan adiknya Reinzie Laurent terpaksa harus berpisah demi keamanan mereka untuk menghindar dari kejaran dari seorang penghianat bernama Zarco.

hingga pada akhirnya takdir pun merubah segalanya, kedua pangeran itu memiliki jalan mereka masing-masing.

> dunia tidak kehilangan harapan dan cahaya, melainkan kegelapan itu sendiri lah kekurangan terangnya <

> "Di dunia yang hanya menghormati kekuatan, kasih sayang bisa menjadi kutukan, dan takdir… bisa jadi pedang yang menebas keluarga sendiri <.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MEMBANGKITKAN KEKUATAN TERPENDAM

Benturan Ki di tubuhku semakin kuat, seperti sesuatu yang hendak menerobos dari kedalaman terdalam diriku.

Nafas Wulan semakin berat ketika ia menjaga kestabilan energiku, namun matanya tidak terlepas sedikit pun dari tubuhku yang memancarkan cahaya biru lembut.

“Kenzie… tetaplah di sini. Jangan tenggelam terlalu jauh,” bisik Wulan, meski aku tahu suaranya tidak lagi mampu menjangkau kesadaranku.

Suaranya samar tapi aku bisa mengetahui bahwa Wulan berbicara denganku.

Di dalam dunia batinku, lautan Ki yang sebelumnya masih bergelombang kini mulai berubah.

Gelombangnya mereda, menyusut—

Namun justru dari kedalaman muncul pusaran besar, seperti mata badai yang ingin melahap semuanya.

Aku tidak takut.

Aneh…

Untuk pertama kalinya, aku tidak takut pada kekuatan ini.

Karena sekarang aku tahu…

Ini memang milikku.

Berbeda dengan sebelumnya,

Aku sangat ketakutan dengan kekuatan yang dahsyat karena trauma masa lalu.

DI DUNIA LUAR

Rava dan Liera terpaku dengan wajah pucat.

“Wulan… dia—dia tidak akan mati kan!?” tanya Liera, suaranya gemetar.

“Tidak,” jawab Wulan tegas namun tetap waspada.

“Justru saat ini… Kenzie sedang menciptakan pusat Ki-nya sendiri.”

“Pusat… Ki?” Rava mengerutkan kening.

“Setiap kultivator memiliki dunia batin,” jelas Wulan.

“Biasanya, pada tahap Pemadatan Ki, dunia batin itu hanya berupa ruang kosong dengan titik energi kecil.”

Ia menatapku, seolah menyaksikan keajaiban.

“Tapi Kenzie… memiliki lautan Ki di dalam dirinya..”

Liera nyaris menjatuhkan batu giok di tangannya.

“Lautan!? Apa itu tidak berbahaya!?”

“Itu justru… luar biasa.”

Nada Wulan merendah, hampir seperti kagum.

“Namun jika gagal… seluruh Ki-nya bisa menghancurkan tubuhnya dari dalam.”

“APA!?” Rava panik.

Wulan mengangkat tangannya, menahan Ki yang semakin liar.

“Tenang. Selama aku di sini, aku tidak akan membiarkan Ki-nya meledak.”

Namun ucapan itu belum selesai—

CRAAACK!

Retakan tanah membesar, bergetar seperti ada sesuatu yang bangkit dari bawah permukaan.

Pohon-pohon di sekitar bergoyang meski angin hampir tak ada.

Daun-daun naik ke udara, berputar pelan dalam formasi lingkaran, seolah mengikuti irama Ki dari tubuhku.

“Apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya…?” gumam Liera.

Wulan menjawab dengan suara pelan, seolah ia sendiri sedang menyadarinya tepat di detik itu.

“Dunia batinnya sedang… membentuk inti.”

KEMBALI KE DALAM DIRIKU

Pusaran raksasa itu mengarah kepadaku.

Gelombang lautan Ki naik setinggi gunung, ingin menenggelamkanku sepenuhnya.

Tetapi aku berdiri tegak di dalam kesadaranku.

Tidak mundur.

Tidak takut.

Tidak mengelak.

Karena kali ini…

Aku memilih menerima kekuatanku sendiri.

“Jika aku harus memiliki kekuatan,” gumamku pada diri sendiri, “aku akan memilikinya dengan caraku.”

Pusaran itu menghantamku—

Namun bukannya memecah kesadaranku…

Sesosok lingkaran cahaya muncul tepat di dadaku.

Sumber.

Pusat.

Inti.

Lautan Ki yang tak terkendali itu mulai tersedot ke satu titik, membentuk spiral cahaya biru kehijauan yang berputar seperti bintang di langit malam.

Dadaku terasa seperti ditarik dari luar dan dalam sekaligus—

Tapi tidak sakit.

Hanya… berat.

Penuh.

Kuat.

Sampai akhirnya—

DUARRR!!

Inti Ki terbentuk.

Seukuran tetes air, namun memancarkan kekuatan seperti gunung.

Tubuhku tersentak.

Ki melonjak naik.

Kesadaranku kembali ke dunia nyata.

DI DUNIA LUAR

“Wulan—!”

“Tubuhnya bercahaya!!”

Rava dan Liera menutup mata mereka karena cahaya terlalu terang. Angin meledak keluar dari tubuhku seperti gelombang yang menggulung seluruh hutan Elyndor dalam getaran lembut namun kuat.

Untuk beberapa detik, hutan menjadi hening.

Lalu—

HUUUSH—

Semua daun yang berputar jatuh perlahan.

Ki yang berputar liar menghilang.

Cahaya meredup.

Dan aku—

Aku membuka mata.

Warna merahnya lebih jelas.

Pandangan lebih tajam.

Napas lebih stabil.

“Kenzie…?” panggil Wulan perlahan.

Aku tidak menjawab.

Aku merasakan dunia…

Lebih luas.

Lebih tenang.

Lebih… jelas.

Ki dalam tubuhku tidak lagi seperti badai.

Tidak lagi menolak kendali.

Tidak lagi mengaum seperti binatang buas.

Kini Ki itu…

Mengikutiku.

Seperti lautan yang akhirnya mengenali tuannya.

Aku bangkit perlahan.

Rava dan Liera mundur satu langkah tanpa sadar.

Bukan karena takut.

Namun karena mereka bisa merasakan—

Perubahannya.

Aura yang menempel di tubuhku bukan lagi aura seorang anak yang berlatih keras…

Tapi seperti seseorang yang baru saja membuka pintu menuju dunia yang lebih besar.

Wulan tersenyum tipis, lega sekaligus bangga.

“… Selamat,” katanya.

Aku menatap tanganku.

Ki mengalir seperti sungai kecil yang taat pada setiap gerakanku.

“Aku… menerobos batasnya,” gumamku.

“Ya,” jawab Wulan.

“Dan bukan hanya itu. Dunia batinmu telah membentuk pusat Ki. Itu… bukan sesuatu yang bisa dicapai sembarang orang.”

Rava bersiul panjang.

“Kalau begini… kau benar-benar gila, Kenzie.”

Liera tertawa kecil, meski masih terlihat takut.

“Sepertinya… kita semua harus mengejar ketertinggalan.”

Aku menghela napas panjang.

Lalu memandang ke arah Wulan.

“… Terima kasih.”

Wulan menggeleng.

“Aku hanya membantumu menemukan jalan. Sisanya… kau yang melakukannya sendiri.”

Aku menatap ke arah timur—ke arah Sekte Gunung Langit yang menjadi tujuan kami sejak awal datang kesini.

Hati terasa lebih ringan, meski beban masa lalu tidak hilang.

Namun satu hal kini berbeda:

Aku tidak lagi hanya membawa nama Laurent sebagai luka…

Aku membawanya sebagai janji.

Setelah badai Ki mereda, langit sore di atas hutan Elyndor menjadi lebih jernih. Awan-awan tipis bergerak perlahan melewati celah pepohonan, seolah alam pun ikut menenangkan diri setelah melihat apa yang terjadi.

Aku menarik napas panjang.

Udara terasa berbeda — lebih ringan, lebih bersih, dan entah bagaimana… lebih akrab di paru-paruku.

Wulan mendekat dan memeriksa nadi Ki di pergelangan tanganku.

Sentuhannya hangat, stabil, dan penuh ketelitian.

“Alirannya kini rapi,” katanya dengan nada puas.

“Tidak ada lagi benturan liar. Dunia batinmu sudah stabil walau baru terbentuk.”

Aku mengangguk.

“Rasanya seperti seluruh tubuhku… baru saja dirangkai ulang.”

“Tentu saja,” jawab Wulan sambil tersenyum kecil.

“Kau seperti membuka pintu besar yang selama ini tertutup di dalam dirimu.”

Rava melangkah mendekat sambil mengangkat batu giok miliknya yang kini padam.

“Jadi… itu tadi emang ‘normal’ bagi seorang manusia?”

Nada suaranya antara kagum dan takut.

Liera mencubit lengannya sendiri.

“Normal dari mana… hampir kukira kau akan berubah jadi monster, Kenzie!”

Aku terkekeh pelan.

“Kalau aku berubah jadi monster, aku akan mengejarmu duluan.”

“JANGAN BERCANDA!!” Liera memukul pundakku, tapi wajahnya memerah karena lega.

Rava mengusap rambutnya yang kusut.

“Jadi begini rasanya punya teman yang lahir untuk bikin jantung orang lain copot.”

Wulan tidak ikut bercanda. Ia menatapku dalam-dalam, seakan memastikan aku benar-benar baik.

“… Kenzie,” katanya perlahan.

“Ada sesuatu yang perlu kau tahu.”

Aku berbalik menatapnya.

Ada keseriusan yang jarang muncul di wajahnya.

“Dunia batinmu… tidak biasa. Lautan Ki itu bukan milik seorang pemula.”

Ia meletakkan tangan di dadanya sendiri, menarik napas dalam.

“Dengan pusat Ki sebesar itu, perkembanganmu ke depan akan sangat cepat.”

“Cepat.....

seberapa cepat?” tanyaku.

Ia menjawab tanpa ragu:

“Jika kau tetap bertahan hidup…

kau bisa mencapai ranah yang seharusnya dicapai seseorang dalam belasan tahun… hanya dalam beberapa tahun.”

Rava dan Liera langsung menegang.

“… Itu terlalu cepat,” gumam Rava.

“Terlalu mengerikan,” tambah Liera.

Aku sendiri tidak segera merespons.

Karena ucapan itu tidak hanya menjanjikan kekuatan…

tetapi juga bahaya yang tak terhitung.

Wulan menatapku, dan suaranya melembut.

“Kenzie, jalur yang kau pilih tidak mudah.

Kau membawa nama Laurent… dan itu berarti ada segelintir orang akan mencoba menghancurkanmu.”

Aku mengepalkan tangan.

“Aku tahu.”

Wulan tersenyum samar.

“Kalau begitu, pastikan kau tidak jatuh sebelum mencapai puncak.”

MALAM HARI

Cahaya matahari mulai menguning, menandakan sore menuju senja. Hutan Elyndor mengeluarkan aroma tanah lembap dan dedaunan yang terkena cahaya miring.

“Kita istirahat di dataran tinggi itu,” kata Wulan sambil menunjuk tebing kecil dengan dataran lapang di atasnya.

Kami naik bersama, dan ketika tiba di puncak, pemandangan yang terlihat membuat kami semua terdiam.

Di kejauhan, siluet puncak-puncak gunung yang menjulang tinggi terlihat jelas.

Salah satunya—

yang paling tinggi, paling bersinar, dan paling anggun—

adalah Gunung Langit, tempat Sekte Gunung Langit berdiri.

Awan mengelilingi puncaknya seperti selendang putih.

Bangunan-bangunan batu biru pucat terlihat samar di antara kabut.

Rava bersuit kagum.

“Itu dia… tujuan kita di awal.”

Liera menatap dengan mata berbinar.

“Aku tidak percaya… kita akhirnya bisa melihat dengan dekat sekte gunung langit!"

Aku tetap diam, menatap Gunung Langit dengan perasaan yang sulit dijelaskan.

Itu bukan hanya sekte.

Itu adalah kesempatan.

Tempat aku bisa tumbuh, memperkuat diri, dan…

mungkin… menemukan petunjuk untuk bisa berkembang lebih jauh lagi.

Di belakangku, Wulan berbicara pelan.

“Itu adalah tempat yang akan mengubah hidupmu, Kenzie.”

Aku mengangguk.

“Aku siap.”

Menjelang malam, kami menyalakan api unggun kecil. Suara malam mulai terdengar, serangga, burung malam, dan desir lembut angin gunung.

Kami makan bersama, sederhana namun hangat.

Rava tertawa saat bercerita tentang masa kecilnya.

Liera mengeluh tentang latihan keras yang akan menunggu kami.

Wulan duduk di sampingku, diam, seperti sedang memikirkan sesuatu.

Ketika Rava dan Liera akhirnya tertidur lebih awal karena lelah, hanya kami berdua yang tersisa. Api unggun memantulkan cahaya lembut di wajah Wulan, membuat mata birunya terlihat lebih tenang.

“Wulan,” panggilku pelan.

Ia menoleh.

“Terima kasih… untuk hari ini.”

Ia menggeleng.

“Aku sudah bilang. Kau yang melakukan semuanya.”

“… Tapi tetap saja.”

Wulan tersenyum tipis, lalu menatap api.

“Kenzie,” katanya lirih.

“Mulai sekarang… jangan lagi memikul semuanya sendirian.

Kau bukan lagi anak yang berlari seorang diri di hutan.

Kami ada bersamamu.”

Aku terdiam.

Ucapan itu sederhana…

tapi terasa hangat.

Ringan.

Dan jujur.

Aku menatap wajahnya lebih lama daripada yang seharusnya.

Ia menyadarinya… namun tidak menghindar.

Angin malam berhembus pelan.

Untuk pertama kalinya sejak kekaisaran runtuh…

aku merasa tidak sendirian.

Sebelum tidur, aku berdiri sebentar di tepi dataran tinggi. Angin dingin menyapu rambutku. Di kejauhan, Gunung Langit berdiri megah, menunggu kami.

Aku mengepalkan tangan.

“Aku akan naik ke sana… dan menjadi kuat.”

“Untuk diriku… untuk masa depanku…”

“… untuk melindungi Reinzie dan orang yang ada di sekitarku.”

Langit malam seakan mendengar sumpah itu.

Bintang-bintang berkelip lebih tajam.

Esok hari, perjalanan menuju Sekte Gunung Langit akan dimulai.

1
أسوين سي
💪💪💪
أسوين سي
👍
{LanLan}.CNL
keren
LanLan.CNL
ayok bantu support
أسوين سي: mudah-mudahan ceritanya bagus sebagus Qing Ruo
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!