Elang Langit Perkasa, sifat yang dimiliki Elang sangat sesuai dengan namanya. Bebas, kuat dan juga pantang terkalahkan. Dan yang membuatnya semakin brutal karena terlahir di keluarga Mafia.
Dari sekian banyak wanita yang mendekatinya, hanya seseorang yang bisa mencuri hati Elang, Raysa Putri Ayu. Wanita yang dia temui di waktu yang salah, wanita yang menyelamatkan nyawanya. Tapi untuk mendapatkan Raysa tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan ekstra dan juga air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MJ.Rrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Elang.
Elang meraih tubuh Raysa dan memeluknya, membuat Raysa semakin terisak.
Elang melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Raysa, menatap dalam kedua mata wanita itu yang basah. Elang akhirnya mengulurkan tangan dan menghapusnya.
“Kamu sadar tidak apa arti air mata ini?” Tanya Elang, Raysa menggelengkan kepala.
“Karena perasaan kamu kepada kakak.” Jawab Elang, Raysa kembali meraih tubuh Elang dengan air mata tidak berhenti menetes.
Raysa mengakuinya, walau dia tidak berucap. Raysa perlahan mulai memiliki perasaan kepada Elang, setiap hari dia juga merindukan pria itu dan ingin bertemu dengannya.
“Kamu bisa menolak Ray.” Ucap Elang pelan, Raisa menggelengkan kepala melepaskan pelukan Elang dan menatap kedua mata pria itu.
“Kak mama dan papa bukan orang tua yang buruk, mereka sangat baik kak. Mereka berjuang untuk memenuhi semua keinginan aku, mengorbankan semuanya untuk menyekolahkan aku. Aku tidak mungkin membuat mereka kecewa kak, tidak mungkin. Mana bakti ku sebagai anak yang telah mereka perjuangkan selama ini, aku tidak mau di cap anak durhaka.” Balas Raysa yang kembali terisak lirih.
Elang menganggukkan kepala paham, Elang membenarkan semua perkataan Raysa.
“Tapi masa kamu merelakan kebahagian kamu Ray?” Tanya Elang lirih menatap iba kearah wanita yang dicintainya itu.
“Bagaimana lagi, hanya itu yang bisa aku lakukan untuk membalas kebaikan mereka.” Jawab Raysa pasrah dan menyerah dengan takdir yang ditentukan orang tuanya.
Elang terdiam, dia juga tidak mau menghasut Raysa untuk menentang orang tuanya. Bagi Elang keluarga juga adalah segalanya, bahkan dia juga pernah di posisi yang sama, Elang harus merelakan 10 tahunnya demi menjalankan hukuman dari sang papa.
“Tenanglah, jangan menangis lagi. Sebaiknya kita kembali istirahat, kamu terlihat sangat lelah. Besok kita bicarakan lagi.” Ucap Elang, Raysa menganggukkan kepala dan kembali membaringkan tubuhnya.
Elang juga melakukan hal yang sama, tidur di posisi duduk tadi membuat kepalanya pegal. Sebelum ikut berbaring, Elang lebih dulu mengganti lampu kamarnya. Raysa dengan berani memeluk Elang yang berbaring di sampingnya, jantung Elang langsung berdebar-debar. Elang mengulurkan tangannya ke bawah kepala Raysa, menjadikan salah satu tangannya sebagai bantal dan membalas pelukan Raysa.
Perasaan Elang bercampur aduk antara senang dan juga sedih, dia senang karena perlahan Raysa mulai membuka hatinya tapi Elang bingung bagaimana cara mengatasi permasalahan rumit yang sedang mereka hadapi.
….
Suara alarm dari ponsel Raysa membuat wanita itu terkejut, Raysa segera membuka mata dan tersenyum sendu menatap wajah Elang yang sangat dekat dengan wajahnya.
“Pagi.” Sapa Elang perlahan membuka mata dan mencium singkat bibir Raysa
“Pagi juga, ayo bangun nanti aku terlambat.” Balas Raysa segera bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi.
Elang keluar dari kamar, dia memutuskan untuk membersihkan diri di kamar mandi belakang. Dan setelah selesai Elang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, sarapan yang sederhana karena tidak banyak bahan makanan di rumahnya.
“Ayo sarapan dulu.” Ucap Elang ketika Raysa keluar dari kamar.
“Kapan kakak membeli baju ini?” Tanya Raysa ikut duduk di meja makan.
“Kemarin sepulang kamu dari sini, kakak menyiapkan semuanya biar nanti kalau menginap kamu sudah memiliki baju ganti.” Jawab Elang, Raysa tersenyum tipis mulai menyantap sarapan yang disediakan oleh Elang.
“Ray, sekarang kamu fokus saja bekerja ya. Jangan pikirkan lagi masalah kemarin, nanti kita pikirkan jalan keluarnya pelan-pelan.” Ucap Elang menghibur Raysa, Raysa menganggukkan kepala setuju.
….
“Bastian, kamu awasi Vanya. Aku tidak suka dia selalu menindas Raysa, jangan buat aku marah dan karirnya hancur.”
Bastian menghela nafas kasar setelah membaca pesan dari Elang, mau tidak mau Bastian harus melakukannya karena Elang pasti akan melakukan apapun yang terucap dari mulutnya.
“Baik.” Balas Bastian.
“Oke, terima kasih.” Ketik Elang, pria itu segera pergi meninggalkan parkiran rumah sakit setelah mengantarkan Raysa.
Elang melanjutkan perjalanannya ke arah markas, pria itu merencanakan sesuatu untuk menyelesaikan masalah Raysa.
…..
“Ray.” Panggil Vanya ketika Raysa akan memasuki ruangan Bastian, terlihat beberapa file di tangannya.
“Iya dok, ada apa?” Tanya Raysa.
“Ini, hari kamu gantikan saya lagi.” Jawab Vanya akan memberikan semua file itu, tapi langsung di cegah oleh Bastian.
“Hari ini Raysa juga banyak pekerjaan, kamu kerjakan sendiri atau minta bantuan asisten kamu.” Ucap Bastian, Vanya langsung menatap tajam kepadanya.
“Apa-apan sih kamu Bas.” Protes Vanya tidak suka.
“Saya perhatikan dari kemarin kamu selalu memanfaatkan Raysa, padahal kamu tidak ada kesibukan. Raysa bukan asisten kamu, dia asisten saya dan yang harus dia kerjakan adalah perintah saya. Masuk Ray.” Balas Bastian juga membalas tatapan tajam Vanya, walau dia menyukai Vanya tapi dia juga tidak suka dengan sikap Vanya yang seenak hatinya saja.
“Kamu sekarang sudah seperti Elang, selalu membela dia padahal kamu lebih dulu kenal aku dari dia dan kamu sahabat baik aku.” Ucap Vanya marah meninggikan suaranya.
“Terserah kamu mau berkata apa, sekarang kerjakan tugas kamu.” Balas Bastian, dia segera masuk kedalam dan menutup pintu.
Vanya dengan nafas naik turun menahan amarah menghentakkan kakinya pergi dari sana.
“Dok.” Ucap Raysa lirih merasa bersalah karena membela dia, Bastian dan Vanya harus berdebat pagi ini.
“Kamu seharusnya menolak Ray, bukan dia yang menggaji kamu.” Jawab Bastian mendudukan tubuhnya dan menghela nafas kasar.
….
Elang yang telah sampai di markas segera masuk kedalam ruangan dan meminta Heru salah satu anggotanya untuk ikut masuk.
“Saya ada kerjaan untuk kamu.” Ucap Elang, Heru menganggukkan kepala dan duduk di depan Elang.
“Apa tuan.”
Elang memberikan semua map berisikan data seseorang kepada Heru, Heru langsung mengambil dan membacanya dengan teliti.
“Hari ini kamu langsung terbang kesana, saya tunggu informasi dari kamu secepatnya.” Ucap Elang.
“Baik tuan, saya pastikan informasinya akurat.” Balas Heru, pria itu segera berdiri dan pergi meninggalkan ruangan Elang.
“Semoga saja ada satu kesalahan yang bisa membuat keluarga Raysa membatalkan pernikahan mereka.” Gumam Elang didalam hati, pria itu menyandarkan tubuhnya.
….
Sore menjelang, hari ini Raysa tidak se lelah kemarin. Hari ini tidak banyak pasien, dia lebih banyak bersantai di ruangan dokter Bastian. Bastian dokter yang sangat bertanggung jawab, dia mendatangi sendiri pasiennya dan tugas Raysa hanya mencatat hasil pemeriksaan. Dan ketika jam pulang, dia juga bisa segera pulang kerumah.
“Sore ma.” Sapa Raysa begitu membuka pintu mobil, kebetulan sang mama sedang menyiram tanaman.
“Kamu sudah pulang, sibuk banget ya sampai tidak bisa pulang semalam.” Balas Lestari, Raysa tersenyum memeluk mamanya itu.
“Ya mau bagaimana lagi ma, namanya juga pekerjaan. Ma aku masuk dulu.” Ucap Raysa, Lestari menganggukkan kepalanya.
Sesampai di kamar Raysa segera membersihkan diri, dia sangat senang karena bisa pulang cepat hari ini. Raysa memanfaatkan waktu senggangnya untuk memanjakan diri, dia melakukan beberapa ritual didalam kamar mandi.