NovelToon NovelToon
SERENA (Aku Ingin Bahagia)

SERENA (Aku Ingin Bahagia)

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Anak Yatim Piatu / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Guru Jahat
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nita03

Doa Serena setiap waktunya hanya ingin bahagia, apakah Serena akan merasakan kebahagiaan yang dia impikan? atau malah hidupnya selalu di bawah tekanan dan di banjiri air mata setiap harinya?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Halaman Tiga Belas

****

Hari Senin pagi, Serena bersiap lebih awal dari biasanya. Ia mengenakan setelan kerja sederhana namun rapi, dan memilih naik ojek online ke tempat kerja barunya. Hafiz sebenarnya sudah menawarkan tumpangan sejak malam sebelumnya lewat pesan, tapi Serena dengan halus menolak.

Setibanya di lobby gedung perusahaan, Serena agak terkejut saat melihat Hafiz sudah berdiri di sana, menunggunya. Ia mengenakan jas formal dan tampak berbeda dari biasanya.

"Selamat pagi," sapa Hafiz.

"Pagi," jawab Serena, berusaha tetap tenang.

Tak lama, seorang pria paruh baya dengan sikap tegas namun ramah datang menghampiri. Pak Fadlan, ayah Hafiz sekaligus pemilik perusahaan, langsung memperkenalkan Hafiz kepada beberapa staf yang baru, termasuk Serena.

"Mulai hari ini, Hafiz akan aktif sebagai CEO di perusahaan ini," ujar Pak Fadlan, disambut anggukan dan ucapan selamat dari para staf.

Serena tersenyum tipis. Ia tidak tahu harus merasa canggung atau tidak, mengingat kini Hafiz bukan hanya teman, tapi juga atasannya.

Setelah sesi pengenalan singkat, HRD mengajak Serena berbincang. Ia ditawari beberapa posisi, termasuk sebagai sekretaris dan beberapa posisi di divisi keuangan. Namun Serena menolak dengan halus.

"Saya lebih nyaman bekerja di bagian umum saja, Bu. Kalau memungkinkan," ujar Serena.

HRD mengangguk, menghargai pilihannya. Serena pun resmi memulai harinya sebagai staf di divisi umum, dengan semangat baru meski bayangan masa lalu belum sepenuhnya pudar.

.

Setelah proses administrasi selesai, Serena diantar ke ruang Divisi Umum. Ruangan itu cukup luas dan terbagi rapi antar-meja. Seorang wanita paruh baya yang tampak ramah berdiri menyambutnya.

"Selamat datang, Serena. Saya Bu Sinta, kepala divisi di sini. Mari saya kenalkan dengan tim kami.”

Serena pun diperkenalkan satu per satu kepada rekan-rekan sekantornya. Ada Rina, staf senior yang murah senyum; kemudian Andra yang penuh semangat; juga Fifi dan Jaya yang tampak akrab saling bercanda. Semua menyambut Serena dengan hangat.

"Senang akhirnya ada teman perempuan baru lagi di sini," ucap Fifi sambil tersenyum.

Serena mengangguk, merasa sedikit lega. Suasana baru ini memberikan rasa nyaman yang belum pernah ia rasakan sebelumnya di tempat kerja lamanya.

Ternyata tidak begitu buruk, bahkan waktu kerja di kantor lama. Baru di kenalkan saja sudah ada yang tidak menyukai nya, berbeda dengan sekarang.

“Serena.” Panggil Fifi.

“Iya Mbak, kenapa?” Tanya Serena.

“Jangan panggil Mbak, sepertinya kita seumuran. Aku 24 tahun, kamu berapa?”

“Sama 24 tahun.”

“Nah kalau gitu panggil nama aja, yang seumuran sama kita cuma Jaja, Mbak Rina udah 35 tahun, Bang Andra sudah 30 tahun.”

“Hampir lupa, Aku mau tanya. Kamu ada hubungan Sesuatu sama Pak CEO baru kita? Soalnya banyak yang bilang dulu kalian kerja di kantor yang sama.” Tanya Fifi.

Mbak Rina, Andra dan Jaja ikut menatap Serena karena sama penasaran.

“Kita hanya temenan doang kok, teman setim waktu di perusahaan lama.” Jawab Serena.

“Tapi sepertinya kalian dekat banget, sampai ikut pindah juga kesini.” Ucap Jaja.

“Nggak dekat banget, aku memang di tawarin pindah sama Mas Hafiz langsung. Kebetulan di tempat lama teman aku cuma beliau, sama karyawan lain nya nggak begitu dekat. Di ajak pindah mungkin disana lingkungan kerja nya agak toxic.” Balas Serena.

“Kalau di sini kamu jangan khawatir, orang-orang nya pada baik. Sama nggak ada yang manggil Lo Gue juga di area kantor.” Ucap Mbak Rina.

Mereka berhenti berbicara karena Bu Sinta datang.

.

Saat jam istirahat tiba, Serena membuka tasnya dan menyadari bahwa ia tidak membawa bekal makan siang.

"Serena, ikut ke kantin yuk!" ajak Mbak Rina sambil menggandeng tangannya. "Sekalian kenalan sama menu-menu andalan di sini."

"Iya, kamu harus coba nasi goreng seafood-nya. Katanya sih favorit Bu Sinta," tambah Andra dengan antusias.

"Dan jangan tertipu sama tampilan ayam penyetnya. Kelihatannya biasa aja, tapi pedasnya bisa bikin kamu mikir dua kali," timpal Jaya sambil terkekeh.

Serena akhirnya ikut bersama rombongan kecil dari Divisi Umum menuju kantin. Suasana hangat di antara mereka membuat Serena tak lagi merasa canggung. Di kantin, mereka duduk di satu meja panjang, bercanda dan saling melempar cerita tentang pengalaman kerja mereka.

"Eh, Fi, inget nggak minggu lalu kamu lupa matiin komputer dan file laporanmu kehapus?" goda Mbak Rina.

Fifi mencibir. "Iya iya, makanya jangan suka naruh kopi di samping keyboard. Tapi ya ampun, Serena, kamu harus tahu, Jaya tuh paling jago bikin teh manis dari galon belakang. Semua orang kalau mau teh, pasti dia yang disuruh."

Serena tertawa kecil. "Wah, bisa jadi bisnis sampingan ya, teh manis buatan Jaya."

Suasana jadi lebih cair, obrolan mengalir santai, dan Serena mulai merasa bahwa ia benar-benar diterima. Untuk pertama kalinya dalam waktu lama, ia makan siang sambil tersenyum tulus.

"Kamu tinggal di mana, Serena?" tanya Rina, sambil menyuap nasi goreng.

"Aku ngontrak, deket stasiun. Bareng temen lama, namanya Delina," jawab Serena sambil tersenyum kecil.

"Wah, asik tuh. Deket stasiun berarti gampang banget kemana-mana," kata Fifi sambil mengangguk. "Kalau weekend kita suka hangout lho, kalau kamu mau ikut nanti ajak aja si Delina sekalian."

"Iya, kita sering nonton bareng, karaoke, kadang juga main ke taman kota. Tapi nggak wajib sih, kalau kamu mau istirahat di rumah juga nggak apa-apa," timpal Andra cepat, seolah tahu Serena tipe yang pendiam.

"Terima kasih, kalian baik banget," ucap Serena, kali ini dengan senyum lebih lebar.

Jaya mencondongkan tubuh, berbisik pelan, "Pokoknya jangan sungkan ya, di sini nggak ada yang senior-senioran banget. Yang penting kerja kompak."

Jam makan siang pun hampir usai. Mereka mulai merapikan nampan dan gelas plastik, bersiap kembali ke ruangan masing-masing. Serena berdiri terakhir, memandangi rekan-rekan barunya dengan perasaan hangat yang mengalir pelan dalam dadanya.

Ia tahu, hari ini mungkin bukan awal dari kesempurnaan. Tapi ini awal dari sesuatu yang jauh lebih baik dari masa lalunya.

.

Sore harinya, pukul enam tepat, Serena baru keluar dari kantor setelah menyelesaikan lemburan selama satu jam bersama timnya. Ia berjalan pelan menuju lobby, membuka ponsel untuk memesan ojek online seperti biasa.

Namun langkahnya terhenti ketika melihat Hafiz sudah berdiri di dekat pintu masuk utama, tangan di saku, wajahnya tenang namun penuh maksud.

"Serena," sapa Hafiz, menghampiri. "Aku antar pulang, ya?"

Serena ragu sejenak. "Nggak usah repot, aku bisa naik ojol kok."

"Kebetulan aku juga baru selesai meeting. Anggap aja ini... bentuk perhatian dari CEO ke staf barunya," kata Hafiz, separuh bercanda.

Serena tertawa kecil. "Baiklah... tapi boleh kita makan dulu? Aku belum sempat makan malam."

Hafiz mengangguk senang. "Pecel lele? Masih favoritmu?"

Serena meliriknya cepat. "Mas Hafiz masih ingat?"

"Jelas," jawab Hafiz, menyunggingkan senyum.

Tak lama kemudian mereka duduk berdua di sebuah warung pecel lele pinggir jalan. Meja plastik, kursi panjang, dan lampu remang-remang yang menggantung seadanya justru menghadirkan nostalgia.

Serena menikmati suapan sambal dan lele goreng yang renyah. Hafiz tidak banyak bicara, hanya sesekali mengajak berbincang ringan soal pekerjaan dan suasana kantor.

"Aku senang kamu cocok di divisi umum," katanya pelan.

"Orang-orangnya baik. Aku merasa dihargai."

Hafiz mengangguk. Dalam hatinya, ia lega. Serena sudah mulai membuka diri. Mungkin perlahan, tapi itu cukup.

Malam semakin larut ketika Hafiz akhirnya mengantar Serena sampai ke depan kontrakannya. Tak ada percakapan panjang. Hanya tatap mata yang saling memahami bahwa hari ini... adalah langkah kecil menuju sesuatu yang lebih hangat.

1
Yuni Ngsih
Duh Author ada orang yg ky gtu pdhal masih klwrga ,hrsnya membimbingnya bkn memarahinya cerita kamu bafu nongol bikin ku marah & kezel Thor ,kmu sih yg bikin ceritra bgs banget jd yg baca kbw emozi ....he....lanjut tetap semangat
Nita: terima kasih kak, udah mampir.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!