NovelToon NovelToon
ELLARA

ELLARA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Teen School/College / Keluarga / Romansa
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: HaluBerkarya

Ellara, gadis 17 tahun yang ceria dan penuh impian, hidup dalam keluarga yang retak. Perselingkuhan ayahnya seperti bom yang meledakkan kehidupan mereka. Ibunya, yang selama ini menjadi pendamping setia, terkena gangguan mental karena pengkhianatan sang suami bertahun tahun dan memerlukan perawatan.

Ellara merasa kesepian, sakit, dan kehilangan arah. Dia berubah menjadi gadis nakal, mencari perhatian dengan cara-cara tidak konvensional: membolos sekolah, berdebat dengan guru, dan melakukan aksi protes juga suka keluyuran balap liar. Namun, di balik kesan bebasnya, dia menyembunyikan luka yang terus membara.

Dia kuat, dia tegar, dia tidak punya beban sama sekali. itu yang orang pikirkan tentangnya. Namun tidak ada yang tahu luka Ellara sedalam apa, karena gadis cantik itu sangat pandai menyembunyikan luka.

Akankah Ellara menemukan kekuatan untuk menghadapi kenyataan? Akankah dia menemukan jalan keluar dari kesakitan dan kehilangan?

follow ig: h_berkarya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Anak wanita gila!

Tidak sampai 15 menit, motor Ellara sudah sampai di gerbang sekolah. Dia mengelus dada pelan kala melihat pintu gerbangnya belum tertutup, dan masih ada sisa waktu 5 menit bel masuk. Ellara merapikan tampilannya, kemudian turun dari motor.

“Aku masih tidak percaya, kenapa mereka bisa sedekat itu? Apa dulu Melody teman di sekolah lamanya? Atau teman saat SMP? Atau mereka sempat tetanggaan? Tapi mana mungkin, Gavin di singapura sementara Melody? Dia ada di Jakarta, hanya beda tempat tinggal dan sekolah saja denganku” pikiran Ellara sedang berbisik sejak tadi. Bahkan dia sampai lupa tujuannya datang lumayan cepat hari ini. Melihat Gavin yang datang ke rumahnya untuk menjemput Melody, Ellara merasa agak sedikit panas.

“Benar benar aneh, aku nggak di ingat, giliran Melody saja dia gercep, sialan Gavin gila!!!!” Ellara menghentak hentakan kakinya.

“lihat saja nanti ya, aku nggak bakal memaafkan mu Gavin Alvarano Wijaya!!” batinnya terus saja mendumel, langkahnya begitu cepat menyusuri koridor sekolah. Dia tidak peduli dengan tatapan banyak orang padanya, yang Ellara butuhkan sekarang adalah duduk diam di kelas.

Brughhhhhh!!!

“Haissss, aku menabrak tembok apa manusia sih, keras banget!” Gerutu Ellara sembari memegang keningnya.

“Kalau jalan itu lihat ke depan Sweetie, main tabrak aja” Arkana, untung saja yang menabraknya adalah Ellara, jika orang lain, mungkin dia sudah mengamuk dan mungkin nasib orang itu ada pada tangannya.

“Pria gila ini, mana badannya kayak batu, sakit kening ku” Dia mengelus keningnya, mendongak pelan menampilkan bibir cemberut pada Arkana.

“Apasih, lucu banget saat begini” Arkana membatin.

“kenapa muka kamu yang cemberut , harusnya aku yang marah karena sudah di tabrak” ujar Arkana.

“Arka, marahnya besok besok, okey! Aku lagi tidak punya mood untuk berdebat denhan kamu pagi ini!” Ellara berlalu, meninggalkan Arkana yang hanya tersenyum tipis menatapnya dari belakang. Dia juga tidak berniat menganggu gadis itu hari ini.

Seiring berjalan menuju kelasnya, tatapan orang orang pada Ellara pagi ini terlihat berbeda. Awalnya gadis itu cuek seperti biasa, wajahnya menampilkan tampang datar dan angkuh, tapi lama lama suara bisik bisik mereka berhasil membuat Ellara menghentikan langkah.

“Lihatlah anak wanita gila itu, dia masih menampilkan wajah angkuh  dan tampang biasa saja, apa dia tidak peduli dengan mamanya? Kelihatannya dia tidak ada beban hidup sama sekali”

“Iya, kalau aku jadi Ellara, malu juga punya ibu yang gila..”

“pantas saja info tentang dirinya sangat tertutup rapat, ternyata dia menyembunyikan identitas yang menjadi anak wanita gila”

Ellara menoleh, manik cokelat itu menggelap, dia mendekati beberapa orang di sana.

“Ulangi!” Suaranya sangat rendah namun penuh intimidasi. Tatapannya tajam, menghunus manik gadis di depannya. Mereka mundur perlahan, gemetaran melihat Ellara mode seperti itu.

“Ulangi saya bilang!!!” Sekali lagi, kali ini suaranya terdengar lantang, menekan setiap aura di sekitar koridor itu. Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka, tapi tidak ada satu pun yang berani mendekat, apalagi berniat menolong siswi itu dari amukan Ellara.

Mereka hanya menonton, bahkan ada juga yang perlahan pergi dari sana karena takut mereka juga ikut terkena imbas dari amarahnya.

“Mulut ini, mulut ini yang begitu lancang tadi kan? Kalian berdua jangan pergi!!!” Ellara mencengkam rahang salah satu gadis di sana, gadis yang memulai gosip itu. Dia juga menatap dua orang temannya yang tadi ikut menimpali, jadi mereka bertiga berada dalam tekanan Ellara sekarang.

“Kemana nyalimu tadi, sekarang juga aku suruh ulangi kalimat yang kamu ucapkan tadi, sialan!!!”

“ka,kan memang be-benar, mama kamu ada di rumah sakit jiwa kan..”

Plak!!!,

 Brugghhhh

Tamparan yang sangat keras, kepala gadis itu sampai menoleh dan membentur tembok, menyisakan sakit yang luar biasa.

“Siapa kamu berani bicara tentang mama saya, Kamu benar benar ingin mati!”

Brughhh

brughhh

brughhhh

Dia membenturkan kepala gadis itu ke tembok berkali kali, rambutnya dia tarik dengan kuat, hingga sebagian rambut tipis gadis itu rontok di tangannya.

“To-tolong hentikan” kepala gadis itu sudah berdarah, banyak, sangat banyak. Teman teman yang melihat itu semakin gemetar ketakutan. Sebelum Ellara menghampiri mereka, kedua orang itu berinisiatif berlutut di bawah kaki Ellara, mengucapkan minta maaf berkali kali, karna takut nasib mereka akan sama dengan satu teman mereka.

Ellara belum mengubris, dia masih fokus pada mulut gadis tadi yang sudah lancang berbicara. Membenturkan bagian wajah gadis itu.

Dia tersenyum sinis, entah dari mana datangnya, tiba tiba di tangan Ellara ada sebuah silet.

“Sepertinya mulut ini memang perlu di robek” ujarnya masih dengan pandangan gelap. Dia tersenyum, tapi senyum itu seperti senyum iblis yang siap menerkam.

Gadis di depannya kian pucat, selain karena darah yang terus keluar dari kepalanya, gadis itu juga pucat karena ketakutan. Dia memegang bibirnya, kemudian mepet ke tembok.

.

.

.

“kamu nanti saja lanjutnya, sekarang__” dia menoleh, berjalan mendekat ke kedua gadis yang kini terlihat saling peluk.

“Ja-jangan Ellara, kami minta maaf, tolong jangan buat hal seperti itu pada kami, hiksssss..” tangisan mereka tidak berhenti, melihat ke sekeliling, sudah tidak ada siapa pun selain mereka berempat. Dan ya, ini memang cukup menarik, karena suasana di koridor itu agak jauh ke belakang.

“Minta maaf? Apa kalian lihat aku orangnya mudah memaafkan?” tanya Ellara semakin menciptakan jarak. Dia menunduk, memperhatikan wajah ketakutan mereka dengan senyum sinis.

“Dengar, AKU TIDAK SUKA ADA YANG BERBICARA TENTANG MAMA SAYA, AKU TIDAK SUKA!!! DAN KALIAN, KALIAN SANGAT BERANI, HEM!!!!!” kali ini, suara Ellara terdengar menggelegar. Dia menarik tubuh dua gadis itu untuk berdiri,  hal yang sama dia lakukan seperti tadi pada gadis itu.

“Siapa yang membeberkan hal pribadiku pada kalian, hah???  Jawab atau aku bunuh kalian bertiga sekarang!!!!!!” teriaknya lagi dan lagi. Tidak salah, kontrol emosi gadis itu memang tidak stabil, apalagi ada orang yang memicu kemarahannya seperti ini, maka jangan harap emosi tersebut akan cepat hilang.

Dia sudah berusaha, Ellara sudah berusaha untuk mengontrol emosinya selama ini. Melakukan hal hal yang dia sukai, dan itu berhasil untuk satu tahun terakhir.

Tapi sekarang, dia kambuh lagi gara gara tiga gadis di depannya. Pasti ada yang membocorkan hal tersebut, dan Ellara sangat yakin kalau mereka tahunya dari orang lain.

“Kami, kami....” Suara mereka tercekat kala Ellara memulai aksinya. Tidak penting mendengar penjelasan, itu akan kembali membuatnya makin emosi.

Brughhhhhh

Brughhhhh

“Shhhhhhttttt, Sa-kit tolong....”

“Ellara!!!!”

“Sweetie..” Arka dan Ghea berlari cepat, mereka dari lantai atas. Kelas Ellara memang ada di lantai tiga di sekolah itu, jadi mereka agak lama datang ke sana.

“Tolong tenangkan diri kamu, mereka akan mati jika kamu membentur terus menerus!!” Arka langsung memeluk erat tubuh gadis itu. Ellara yang terus berontak kalah tenaga, di bandingkan tubuh kecilnya, sangat mudah untuk Arka mengendalikan gadis itu.

Sementara Ghea, dia langsung berlari ke kelas Gavin, memanggil pria itu untuk mengurus masalah yang terjadi.

Tak lama, Gavin dan tiga temanya datang ke sana dengan wajah tampak panik. Pria itu tertegun melihat Ellara yang berada dalam pelukan Arkana, tapi Gavin melupakan tentang hal itu terlebih dahulu. Dia, Lucas dan Aiden membopong tubuh gadis tadi, satunya sudah pingsan.

Mereka berlalu dari sana, membawa ketiganya ke mobil Lucas, dan berlalu ke rumah sakit.

...----------------...

“Kenapa kamu menghalangiku, brengsekkkk!! aku mau membunuh mereka Arkana, aku ingin merobek mulut mereka!!” Ellara berteriak histeris di lorong itu. Dia memukul dada bidang Arkana dengan sekuat tenaga, melampiaskan emosinya pada pria tersebut.

Arkana tidak menghentikannya, dia membiarkan Ellara memukulnya sampai gadis itu lelah sendiri. Perlahan air matanya luruh, menangis dalam pelukan Arkana.

“mereka berbicara tentang mamaku, hiks... aku ingin merobek mulut tajam mereka, aku peduli pada mama Arkana,  hanya saja dia tidak mengenali ku lagi,hiksssss... dia sering memanggilku pelakor itu, aku__aku hiksss,hiksssss..” tangisan Ellara pecah. Dia sesenggukan, membasahi seragam Arkana.

“Iya, tapi ini salah Sweetie. Nanti kalau mereka mati, kamu akan di penjara!”

“Aku tidak peduli, lagi pula hidupku tidak ada gunanya sekarang, Arkana! Aku kehilangan arah, Mama yang sangat aku rindukan pelukannya sekarang menatapku penuh benci, aku___” dia tercekat, terus menangis.

Arkana memeluknya erat, mengusap pelan air mata gadis itu.

“Dengar Sweetie, jika kamu di penjara, itu akan membuat mama kamu tambah depresi nantinya, kamu mau?” mengusap pelan kepala Ellara. Gadis itu menggeleng, dia menatap Arkana lamat.

“Apakah mama akan kembali mengingatku?”

“tentu saja, dia akan sembuh dan akan kembali mengingat putri cantiknya” jawaban pria itu begitu menenangkan hati Ellara. Perlahan, tangisan gadis itu mulai berhenti.

“Ini, kamu minum dulu obatnya!” Ghea membawa sebotol air mineral dengan sebiji pil antidepresan untuk meredakan emosi Ellara.

Ellara menerimanya, menelan obat itu dalam sekejap.

“Tarik nafas, hembuskan..” titah Ghea dengan penuh kelembutan. Mereka bertiga sekarang duduk bersandar pada tembok, Ellara masih bersandar pada dada bidang Arkana.

Dia menarik nafas kemudian menghembusnya pelan.  Belum reda sepenuhnya, mereka berdua membawa Ellara ke halaman belakang. Duduk di sana sembari menikmati pemandangan bunga dan hijaunya rumput.

...****************...

“Sudah mulai tenang, Sweetie?” tanya Arkana dengan suara pelan. Hampir satu jam mereka berada di sana, mereka bertiga tidak mengikuti kelas di jam pertama.

Ellara tidak menjawab, dia menatap Ghea.

“Apa obatku masih ada?” tanyanya. Ghea menggeleng pelan, obat gadis itu sudah habis tadi.

“ya udah, aku mau menemui dokter Nadia dulu..” dia beranjak, hendak berlalu dari sana tapi Arkana menarik tangannya.

“Jangan sekarang Sweetie, tunggu tiga puluh menit lagi, pastikan emosi kamu benar benar reda dulu!”  tirah pria itu dengan suara yang cukup tajam.

Ellara kembali duduk, benar benar menurut perintah Arkana.

Sementara di balik tembok, Gavin yang sejak tadi melihat hal itu begitu teriris. Melihat Ellara menangis, hatinya tersentil. Pertama kali dia melihat sisi rapuh gadis itu, itu pun terlihat dari jarak jauh.

Gavin belum berani mendekat, dia hanya memantau di balik tembok.

Bukan hanya itu, Gavin juga menatap iri pada Arkana. Kenapa harus cowok itu yang mengambil satu langkah di depannya. Dari pembicaraan mereka yang terlihat sangat akrab, Gavin bisa menyimpulkan kalau pria itu tahu banyak hal.

Tidak ingin terlalu lama ada di sana, Gavin pergi ke ruang osis untuk menenangkan pikirannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
siti sopinah
sukaaaaa jalan ceritanya
💫0m@~ga0eL🔱
/Coffee/+5⭐ biar emosi reda /Smirk/
💫0m@~ga0eL🔱
baru baca udah bikin Oma naik darah /Joyful//Facepalm/
💫0m@~ga0eL🔱
karya nya bagus bikin emosi naik turun semangat author 💪
Anna🌻: makasih kak🥰🥰🥰
total 1 replies
💫0m@~ga0eL🔱
tarik dia, buka paksa bajunya ellara /Determined//Chuckle/
💫0m@~ga0eL🔱
semngat, hajar pelakor itu /Determined/
💫0m@~ga0eL🔱
asyik, ada pembalap cewek 🚴🚴🚴🚴🚴
Idahyanti Baco
lanjut dong
Anna🌻: oke, siapp
total 1 replies
Idahyanti Baco
bagus banget kok kurang peminatnya ya?
Anna🌻: makasih ya kak sudah baca, nantikan up selanjutnya ya
total 1 replies
Lulu💞
Bagus🥰🥰
siti sopinah
bagus banget jalan ceritanya
Anna🌻: makasih ya kak, nantikan terus ya🥰🥰
total 1 replies
cibyyy
jangan sampai salting juga thor😀
Anna🌻: setidaknya like
total 1 replies
ChaManda
maminya Gavin Hamidun kah???/CoolGuy/
IamEsthe
Lebih baik pakai garis panjang atas, dibandingkan garis panjang bawah.

"Kenapa diam? Anda sudah menyadarinya? Ya sudah, aku ke kam—"
IamEsthe: sama2 ya. ayo saling belajar bersama
Anna🌻: Noted, makasih koreksinya kak/Heart//Pray/
total 2 replies
IamEsthe
Terlalu panjang dialog tagnya, dibuat lebih ringkas dan epic agar pembaca suka dan tidak monoton
IamEsthe
Saran aja ya. Dialog tagnya terlalu panjang dan berbelit-belit, coba dipersingkat jadi lebih epic dan bagus.
IamEsthe
"Dia pulang," gumamnya pelan.

Koreksi sedikit ya.
ChaManda
lah kamu malah sibuk deketin si melon/CoolGuy/
ChaManda
kok aku nangis yaa/Frown/
ChaManda
cemburu, El?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!