Hanna harus menerima kenyataan pahit bahwa sang suami telah memiliki hubungan dengan saudara kandungnya.
Ia merasa di bodohi dengan sikap suaminya yang baik dan penyayang, begitu juga dengan sikap adik kandungnya yang terlihat baik dan polos. Namun ternyata mereka menjalin hubungan terlarang di belakangnya.
Apakah Hanna akan memaafkan suami dan adiknya? atau ia akan pergi dari kehidupan rumah tangganya?
Yuk ikuti ceritanya! jangan lupa like, komentar, dan suscribe ya. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratih Ratnasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
Dafa si anak kecil yang lucu ia terkejut melihat Hanna yang berada di rumahnya.
"Tante... Itu kan Tante cantik," Dafa langsung menghampiri Hanna yang sedang sarapan di meja makan.
"Tante cantik..." teriaknya sambil berlari.
"Dafa jangan lari nanti jatuh!" ujar Bram melihat dafa yang ingin menghampirinya.
"Ayah kenapa ada Tante cantik di sini?"
"Tante lagi main di sini," kata Dafa, ia menatap Hanna dengan mata berkedip.
"Wah, akhirnya Tante cantik main ke rumahku," Hanna tersenyum gemas pada Dafa, lalu ia mengusap rambutnya dengan lembut.
"Tante kan sudah janji padamu akan main ke sini," ucap Hanna, lalu Dafa memeluk Hanna dengan erat. Bram yang melihatnya merasa kagum, ia seperti melihat Dafa dengan ibunya yang telah tiada.
"Dafa ayo mandi dulu," ujar bibi pengasuh Dafa.
"Tante, aku mau mandi dulu, ya. Tante jangan dulu pergi,"
"Iya, sayang. Mandi yang bersih ya, Tante tunggu di sini."
Setelah kepergian Dafa, Hanna kembali mengobrol dengan Bram.
"Aku mau minta Mas Bram bantu carikan aku kontrakan, aku tak bisa lama-lama tinggal di sini?"
"Mencari kontrakan di sekitar sini sangat susah, lebih baik kamu tinggal di sini saja untuk sementara."
"Maaf, Mas. Tapi aku tidak enak kalau tinggal di sini, apalagi Mas Bram kan seorang duda."
Bram tertawa mendengarkan ucapan Hanna.
"Memangnya kenapa kalau aku duda, aku tak akan bermacam-macam padamu. Untuk apa aku menaksir wanita yang sudah bersuami, aku hanya ingin menolongmu saja."
"Em hehe, bukan itu maksudku, Mas. Aku takut terjadi fitnah."
"Begini saja, aku akan memberimu pekerjaan untuk jadi baby sitter untuk Dafa, bagaimana? Apa kamu mau?"
"Tapi bukankah Dafa sudah memiliki baby sitter?"
"Iya memang sudah, kebenaran aku sedang membutuhkan pekerja karena pengasuh Dafa tidak hanya jadi baby sitter, tapi dia juga sambil bersihkan rumah. Jadi aku minta kamu untuk bekerja di sini, sepertinya Dafa menyukaimu."
"Akan ku pikirkan dulu, Mas."
"Baiklah, kalau gitu habiskan dulu sarapannya." Hanna pun mengangguk tersenyum pada Bram, ia bersyukur karena Bram telah menolongnya.
Setelah selesai sarapan, Hanna pergi ke kamar yang telah Bram sediakan. Ia mengambil ponselnya, kemudian ia mengaktifkan ponselnya yang telah ia matikan semalaman.
Hanna terkejut melihat banyak panggilan masuk dan juga pesan masuk dari Revan. Ia membaca satu persatu pesan dari suaminya. Revan mengirim pesan pada Hanna untuk kembali ke rumah, ia meminta maaf telah melakukan kesalahan. Namun, hati Hanna masih merasakan sesak di dadanya, ia belum bisa memaafkan Revan yang sudah membuatnya marah dan kecewa. Hanna sudah memantapkan diri untuk bercerai dengan Revan, ia tak mau jika harus kembali pada Revan apalagi ia sudah mengetahui perselingkuhannya dengan Sarah.
Baru beberapa menit ia mengaktifkan ponselnya, tiba-tiba ada telepon masuk dari Revan.
Tangan Hanna bergetar, seluruh tubuhnya merasa lemas melihat siapa yang menghubunginya.
"Mas Revan, untuk apa dia menghubungiku lagi?" air matanya tak terasa kembali menetes, mengingat apa yang telah dilakukan suami dan adiknya.
"Setelah kau khianati aku, kini kau menghubungiku lagi. Harusnya kau malu apa yang sudah kau perbuat kepadaku.
Revan mengirim pesan kembali pada Hanna untuk menerima panggilannya. Hanna pun terpaksa menerima panggilan itu, ia ingin tahu apa yang akan Revan sampaikan padanya.
"Hanna, kau di mana?"
"Kenapa? Ada perlu apa kau menghubungiku lagi!"
"Hanna pulanglah, tolong jangan seperti ini,"
"Setelah apa yang kau lakukan padaku, kini kau ingin aku kembali lagi. Dasar pria egois!"
"Hanna, aku minta maaf. Kita bicarakan ini baik-baik."
"Apa yang ingin kamu bicarakan denganku, Mas. Kau sudah mengkhianati aku, kau sudah berselingkuh dengan adikku. Untuk apa aku kembali padamu."
"Hanna, aku minta maaf, aku..." belum sempat Revan bicara, Hanna sudah mematikan teleponnya lebih dulu.
Dari luar pintu, Bram sedang menguping pembicaraan Hanna. Ia baru tahu ternyata Hanna sedang ada masalah dengan suaminya. Ia terkejut ketika Hanna berbicara bahwa sang suami berselingkuh dengan adiknya.
"Mas Bram! Kau di sini?" Hanna terkejut ketika melihat Bram yang berada di depan pintu.
"Ah, Hanna. Aku minta maaf, aku mengantarkan ini untukmu." Bram memberikan sebuah pakaian ganti untuk Hanna, karena Hanna masih memakai pakaian yang kemarin.
"Terima kasih, Mas. Maaf aku sudah merepotkanmu."
"Tidak sama sekali, pakailah." Hanna pun mengambil pakaian itu, kemudian ia menutup pintu kamarnya untuk segera mengganti pakaian baru.
"Ayah, Tante cantik mana?" tanya Dafa yang baru saja datang.
"Tante sedang ganti baju dulu, tunggulah di sana," titahnya pada Dafa.
"Ayah, apa Tante cantik itu akan tinggal di sini selamanya?"
"Ayah tidak tahu, sayang. Nanti kau tanyakan saja pada Tante itu."
"Kenapa ayah tidak menikahinya saja, Dafa kan ingin memiliki ibu seperti teman-teman Dafa," ucapnya dengan polos.
"Hust, Dafa jangan seperti itu, ya. Tante cantik sudah memiliki suami. Ayah tak mungkin menikahinya," kata Bram memberi pengertian.
"Suami itu apa, ayah?" Bram menepuk jidatnya, ia lupa bahwa berbicara dengan Dafa harus jelas.
"Suami itu seperti ayah, Tante cantik sudah memiliki pria yang seperti ayah."
"Oh begitu," wajah Dafa yang tadinya ceria, kini berubah jadi mengeluh. Bram melihat perubahan pada wajahnya.
Tak lama kemudian Hanna keluar dari kamar, ia melihat Dafa dan Bram sedang menunggunya, kemudian ia menghampiri mereka berdua.
"Hai, Dafa. Kamu sudah selesai mandinya?" tanya Hanna pada Dafa, namun Dafa tak menjawabnya.
"Dafa, kamu kenapa sayang?"
"Tante, kalau Tante tak mau menikah dengan ayahku, kenapa Tante datang ke sini?" ucap Dafa dengan polosnya, membuat Hanna menatap Bram. Ia tak mengerti dengan apa yang di katakan Dafa.
"Apa maksudmu, sayang."
"Maafkan Dafa, dia memang selalu seperti itu,"
"Ah begitu?"
Tiba-tiba Dafa sedih, ia mengeluarkan air matanya dihadapan Bram dan juga Hanna.
"Sayang, kenapa kau menangis?" tanya Bram.
"Aku sedih, karena Tante cantik tidak tinggal di sini. Kenapa ayah tak menikahinya biar Tante cantik tinggal di sini." Hanna mengerutkan keningnya mendengar ocehan Dafa, ia baru mengerti apa yang Dafa inginkan.
"Sayang, ayah tak bisa menikahi Tante Hanna. Tante Hanna sudah memiliki suami, tapi Tante Hanna akan tinggal di sini untuk jadi pengasuhmu," ucapnya, padahal Hanna belum menyetujui tawaran dari Bram. Tapi Hanna terpaksa mengiyakannya karena ia tidak tega melihat Dafa bersedih.
Wajah Dafa yang tadinya sedih dan murung, kini kembali ceria mendengar apa yang dikatakan ayahnya. Dafa langsung memeluk tubuh Hanna dengan erat.
"Terima kasih Tante, aku senang Tante akan tinggal di sini bersamaku,"
"Iya, sayang. Tante akan tinggal di sini." Hanna membalas pelukan Dafa, lalu ia mengecup keningnya membuat Bram melihatnya dengan kagum.
...----------------...